Internasional

Remaja Yaman Putus Sekolah, Pilih Bekerja Untuk Membantu Keluarga

Sejumlah remaja Yaman harus Putus Sekolah dan bekerja membantu keluarga, akibat perang belum juga berkesudahan.

Editor: M Nur Pakar
AFP
Seorang remaja putus sekolah bekerja memotong besi bangunan di Sanaa, Yaman. 

SERAMBINEWS.COM, SANAA - Sejumlah remaja Yaman harus Putus Sekolah dan bekerja membantu keluarga, akibat perang belum juga berkesudahan.

Seperti, Harith Mansour yang berusia 15 tahun menghabiskan hari-harinya dengan meremas-remas leher ayam.

Mencabuti bulu dan mengantongi daging segar untuk pelanggan sebuah toko kecil di ibu kota Yaman, Sanaa.

Dia adalah salah satu dari anak-anak Yaman yang tidak diketahui jumlahnya yang bekerja untuk memberi makan keluarga mereka dan tempat tinggal.

Karena korban perang enam tahun mendorong negara itu semakin dalam ke dalam kemiskinan dan kelaparan.

Baca juga: Profesor di Yaman Tewas Ditembak Kelompok Bersenjata, Sempat Kritik Houthi di Medsos

“Saya harus mengambil pekerjaan ini karena ayah saya tidak dapat menutupi biaya rumah tangga sendiri," ujarnya.

"Tidak cukup untuk sekolah atau hal-hal lain,” kata Mansour, yang berhenti belajar di kelas delapan.

Di tempat lain di ibu kota Abdo Muhammad Jamales, juga berusia 15 tahun dan mengenakan sandal dan kemeja, memotong baja panjang di jalan untuk digunakan dalam struktur beton.

Pertempuran di kota kelahirannya Hodeidah di Yaman barat membuat orang tua dan delapan saudara kandungnya mengungsi ke pedesaan terdekat dua tahun lalu.

Dengan ayahnya yang tidak sehat dan tidak dapat bekerja, Jamales dan saudaranya pindah ke Sanaa.

Jamales menghasilkan 3.000-4.000 riyal ($6-7) sehari tetapi lebih dari setengahnya digunakan untuk makanan dan akomodasi, dengan sedikit yang tersisa untuk dikirim pulang.

Baca juga: Tentara Yaman Bersama Rakyat Memukul Mundur Milisi Houthi di Marib

“Sebelumnya, saya biasa belajar dan duduk dan, alhamdulillah, semuanya baik-baik saja: makanan dan minuman datang dengan mudah," ujarnya.

"Tapi sekarang susah... sekarung tepung harganya 18.000-19.000 riyal, sebelumnya 5.000-8.000,” katanya.

Inflasi harga dalam ekonomi yang dilanda perang adalah pendorong utama krisis kelaparan Yaman yang terus-menerus.

Biaya sekeranjang makanan minimum di Yaman telah meningkat lebih dari 20 persen tahun ini, menurut data PBB.

Sebelum konflik terakhir meletus pada akhir 2014, Yaman bekerja sama dengan PBB untuk mengurangi pekerja anak.

Usia minimum untuk bekerja adalah 14 tahun, dan 18 tahun untuk pekerjaan berbahaya.

Tetapi organisasi anak-anak UNICEF mengatakan perang telah meningkatkan lebih dari dua kali lipat jumlah anak putus sekolah menjadi 2 juta.

Baca juga: Pasukan Yaman Berhasil Rebut Markas Besar dari Milisi Houthi di Marib, Didukung Jet Tempur Koalisi

Dengan anggaran keluarga pada titik puncaknya, anak perempuan dinikahkan pada usia dini, anak laki-laki direkrut sebagai tentara dan anak-anak dikirim untuk bekerja.

Lebih dari 3.600 anak direkrut ke dalam konflik bersenjata dalam enam tahun terakhir, kata PBB.

Zakaria Naguib, 16, mulai bekerja di bengkel logam di Sanaa dua tahun lalu.

"Situasi perang inilah yang mendorong saya untuk bekerja," kata Naguib, saat percikan dari baja gerinda terbang di sekitar wajahnya yang tidak terlindungi.

"Pekerjaan ini memberi kami makanan sehari-hari," ujarnya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved