Wawancara Khusus
Penderita Sakit Jantung Aman Divaksin
Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Dr dr Isman Firdaus SpJP(K), memastikan
Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Dr dr Isman Firdaus SpJP(K), memastikan, penderita penyakit jantung boleh dan aman divaksin Covid-19. Menurut Isman, pasien jantung termasuk kelompok rentan yang harus dilindungi.
"Pasien dengan penyakit jantung baik itu gagal jantung, gangguan irama, setelahpemasangan ring, atau penyakit jantung koroner segera vaksin," katanya, Senin (9/8/2021). Ia menjelaskan, PERKI sudah mengeluarkan surat rekomendasi agar penderita penyakit jantung divaksin sesuai kondisinya. Artinya tidak semua pasien jantung bisa langsung divaksin, ada aturannya.
Berikut petikan wawancara khusus Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra, dan Manajer Pemberitaan Tribun Network, Rachmat Hidayat, dengan Dr dr Isman Firdaus SpJP(K), Senin (9/8/2021).
Penderita penyakit jantung apakah boleh divaksin atau ada aturan tersendiri?
Jangankan sebelum masa Covid-19 ini, pasien gagal jantung, jantung koroner itu rekomendasinya ada salah satunya untuk vaksin. Misalkan gagal jantung akut, edema paru--orang awam menyebutnya seperti paru-paru basah--jadi menyebabkan banjir paru-parunya akibat kegagalan jantung. Kemudian serangan jantung sendiri salah satunya dicetuskan oleh infeksi. Kondisi individu rentan pasien jantung, tentunya perlu dilindungi.
Pasien dengan penyakit jantung baik itu gagal jantung, gangguan irama, pasca pemasangan ring, atau penyakit jantung koroner, sebenarnya individu rentan yang perlu dilindungi. Salah satunya dengan cara, pertama tentu menjaga protokol kesehatan dan dilindungi dengan vaksin.
Minimal kalau sudah kena misalkan apes-apes kena Covid-19 tapi nggak terlalu berat, ya ini yang kita harapkan. Jadi justru direkomendasikan, pasien dengan penyakit jantung untuk dilakukan vaksinasi.
Satgas vaksinasi Perki dan Satgas Covid-19 Perki, sudah mendiskusikan sehingga kita sudah mengeluarkan rekomendasi bahwa pasien dengan penyakit jantung untuk segera divaksin. Namun, tidak semua penyakit jantung. Ada namanya penyakit jantung yang kejadian akut. Apa itu akut? Kejadian yang muncul sehingga harus dirawat di rumah sakit, misalnya gagal jantung akut, serangan jantung. Itu perlu dirawat dulu.Kalau sudah sehat dua minggu di rumah atau sudah pulang, sudah stabil, dua minggu boleh divaksin.
Kita fokus menangani kegawatan jantung dulu. Kalau kegawatannya sudah selesai, lalu dua minggu atau empat minggu kemudian bisa divaksin. Ada pasien jantung yang pemasangan ring, misalnya dia prosedurnya bersifat rencana karena ada penyempitan, maka itu pun bisa divaksin sekitar satu minggu setelah tindakan.
Kalau tidak ada keluhan, misalnya ada penyakit jantung coroner tidak ada keluhan tidak apa-apa. Keluhannya seperti sesak napas, berdebar-debar, nyeri dada, atau kulitnya biru, maka itu sebaiknya untuk ditunda. Ada keluhan ditunda, tidak ada keluhan segera divaksin.
PERKI mengirim surat revisi rekomendasi vaksinasi Covid-19 tanggal 5 Agustus 2021 kepada Ketua Umum IDI. Bisa dijelaskan, apa yang direvisi?
Yang direvisi adalah terkait jangka waktu. Setelah kita belajar satu tahun pandemi dan dengan program vaksinasi saat ini ternyata kita lihat bahwa yang sebelumnya kita bilang stabil tiga bulan, maka setelah dievaluasi satu minggu ternyata aman-aman saja. Ini adalah konsensus kita bersama, tidak perlu menunggu sampai tiga bulan stabilnya, cukup kalau kegawatan sudah teratasi, satu minggu kemudian silahkan divaksinasi. Dua minggu juga boleh.
Dan juga ada batasan tensi. Sebenarnya kita sudah sepakati bersama tekanan darah, jadi saat itu bersama dengan Kementerian Kesehatan kemudian dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). Karena tensi ini kan sangat dipengaruhi tak hanya dari tekanan darah itu sendiri, tapi kondisi psikis. Seringkali orang datang mau vaksin, tensinya melejit langsung. Padahal, di rumah tensi 110 atau 120, eh pas ketemu yang mau vaksin jadi 190.
Disuruh istirahat 30 menit tetap tidak turun-turun, pas disuruh pulang baru turun lagi. Jadi, itu yang kita sebut namanya penyakit hipertensi karena takut sama dokter atau jarum suntik. Akhirnya kita kasih batasan khusus tanpa kita menampikkan, tekanan darah yang terkontrol itu harus di bawah 140/80.
Nah, namun bisa direkomendasikan untuk vaksin bila di bawah 180 masih okelah. Silakan divaksin. Kadang-kadang ada yang tensinya sampai 200. Itu tunggu 30 menit, biasanya nunggu aja, tarik napas, santai, tensi bisa jadi 140 atau 120 lagi. Kita punya toleransi di bawah 180. Mungkin itu perubahan revisinya hanya di situ.
Yang kedua karena ada vaksin Moderna, maka ini menjadi salah satu yang kita sikapi. Kita tahu vaksin Moderna, Pfizer sudah masuk. Vaksin cara kerjanya berbeda-beda ya. Ada yang berbasis mRNA, ada yang berbasis kuman yang dilemahkan. Nah ini yang berbasis mRNA itu ada reaksi-reaksi. Terus terang saya divaksin dengan booster ketiga ini meriang-meriang, ya itu tandanya bagus bereaksi. Kadang memang mRNA itu begitu, antibodinya terbentuk, dua tiga hari istirahat cukup, insyaallah dua hari tiga hari bisa aktivitas lagi sehari-hari. Tidak perlu ada lagi yang dikhawatirkan terkait vaksin berbasis mRNA, seperti Moderna, Pfizer.
Poin nomor lima surat rekomendasi tentang vaksinasi pada individu penyakit jantung bawaan dan penyakit jantung rematik dapat dilihat pada lampiran satu. Ini maksudnya apa? Apa ada kekhususan terhadap penyakit jantung bawaan dan penyakit jantung rematik?
Di baliknya ada tentang penyakit jantung bawaan. Jadi khusus karena sudah dimulai untuk vaksinasi pada anak-anak, diatas 12 sampai 18 tahun. Nah kadang ada anak-anak yang juga punya sakit jantung. Sakit jantung kan nggak cuma orang dewasa. Ada anak-anak yang sakit jantung bawaan, kelainan katup, nah itu juga tidak perlu khawatir.
Rekomendasi Perki menyampaikan disitu bahwa tidak perlu ada kekhawatiran, tetaplah untuk divaksinasi. Tentunya tadi, selama tidak ada sesak napas, nyeri dada, berdebar, kulit biru, tidak ada tanda-tanda akut, silakan divaksin. Itu lampiran berikutnya khusus untuk anak-anak dengan kelainan jantung bawaan atau penyakit jantung rematik.
Penyakit jantung bawaan itu jadi kalau ada sekatnya bolong atau bocor atau habis operasi bedah jantung diganti klepnya atau katupnya, sekatnya ditambah. Kalau penyakit jantung rematik itu sering pada anak-anak remaja itu katupnya jadi kaku, kemudian diganti katupnya dengan katup mekanik atau dengan katup buatan. Dan itu semua aman untuk divaksin.
Penderita sakit jantung perlu mendapat surat dari dokter jantung sebelum datang ke tempat vaksin?
Tidak perlu ya. Namun terkadang teman-teman kita dokter jantung banyak banjir konsul dari masyarakat untuk minta rekomendasi. Sebenarnya nggak ada masalah nggak apa-apa.
Apakah varian Delta akan membawa efek yang masif atau berbeda kepada orang-orang yang berpenyakit jantung?
Sebenarnya mau varian Delta, Alpha, atau Lambda, itu semuanya sama pada prinsipnya. Dari segi virulensi, kegawatan ke jantung itu semuanya sama. Selama ada infeksi maka terjadi proses yang kita sebut namanya reaksi radang dalam tubuh. Di paru itu bisa mencentuskan terjadinya eksaserbasi itu bahasanya. Dan munculnya kegawatan ulangan dari penyakit jantung sendiri. Itu bahayanya virus apapun, apalagi sampai menyebabkan reaksi inflamasi, selain juga laporan-laporan bahwa Covid-19 bisa menyebabkan pembekuan darah dan miokarditis atau radang di jantung.
Mereka yang mempunyai penyakit jantung mempunyai persentase paling tinggi untuk terserang Covid-19 apapun variannya?
Penyakit jantung tidak ada hubungannya dengan penularan Covid-19. Karena penularan Covid-19 terkait dengan protokol kesehatan. Pakai masker, kemudian kepatuhan dalam tidak berkerumun. Namun infeksi Covid-19 ini berdampak pada 50 persennya perawatan di rumah sakit. Jadi 50 persen pasien yang kena Covid-19 itu ada komorbid. 50 persen komorbidnya itu 80 persennya kardiocerebrovaskular. Jadi kalau tidak ada penyakit jantung bisa isoman dirumah. Tapi kalau ada penyakit jantung itu 50 persen itu dirawat di rumah sakit.
Saran bagi penderita penyakit jantung dan pembuluh darah agar dalam situasi ini mereka selamat atau setidaknya kalau kena Covid-19 tidak parah?
Ketat protkes (protokol kesehatan)-nya. Di rumah saja, apa-apa kalau bisa maskernya betul-betul proper, yang betul, hindari kerumunan. Kedua, segera vaksinasi yang sesuai rekomendasi. Ketiga, konsumsi obat jantung jangan stop. Kalau memang harus konsumsi pengencer darah ya minum. Kalau habis segera cari di platform online untuk mendapatkan obat. (tribun network/reynas abdila)