Internasional

Turki Khawatirkan Masuknya Pengungsi Afghanistan, Ribuan Tentara Dikerahkan ke Perbatasan

Pemerintah Turki sangat mengkhawatirkan masuknya pengungsi Afghanistan yang dinilai akan menjadi krisis baru di negaranya.

Editor: M Nur Pakar
AP/Emrah Gurel
Para pemuda yang merupakan desersi militer Afghanistan yang melarikan diri ke Turki melalui Iran duduk di rerumputan perbukitan Tatvan, Provinsi Bitlis, timur Turki, Rabu (18/8/2021). 

SERAMBINEWS.COM, TATVAN - Pemerintah Turki sangat mengkhawatirkan masuknya pengungsi Afghanistan yang dinilai akan menjadi krisis baru di negaranya.

Turki mengirim ribuan tentara untuk memperkuat perbatasannya dengan Iran.

Guna menghentikan potensi masuknya warga Afghanistan yang melarikan diri dari Taliban.

Kedatangan yang tidak teratur sudah meningkat ketika warga Afghanistan yang melarikan diri berminggu-minggu dan berbulan-bulan yang lalu muncul di perbatasan Turki.

Mereka melakukan perjalanan panjang melintasi Iran.

Sekelompok orang Afghanistan yang ditemui The Associated Press (AP) di dekat perbatasan mengatakan mereka merupakan tentara Afghanistan.

Mereka melarikan diri dari negara itu ketika serangan Taliban meningkat.

Baca juga: Donald Trump Tuduh Joe Biden Buat Aib di Afghanistan, Minta Segera Mengundurkan Diri

“Kami keluar karena terpaksa, krena Taliban telah menyerang negara kami dan sekarang mengendalikannya, " kata Feroz Seddiqi.

"kami berharap pemerintah Turki menerima kami,” harapnya.

Dia menjelaskan mereka telah mendaki gunung untuk mencapai Turki dengan menahan rasa haus dan lapar.

Nesar Ahmad, anggota lain dari kelompok itu, mengatakan juga mengalami penjarahan oleh pencuri yang mengambil uang dan ponsel mereka.

Pemerintahan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menepis peringatan dan kritik dari partai-partai oposisi tentang peningkatan jumlah migran dari Afghanistan.

Minggu ini, dia mengakui Turki menghadapi gelombang pengungsi baru dari Afghanistan.

Erdogan mengatakan akan bekerja sama dengan Pakistan untuk mencoba dan membawa stabilitas di negara yang dilanda perang itu.

Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar mengatakan perbatasan dengan Iran diperkuat dengan pasukan dan tembok yang dibangun di perbatasan hampir selesai.

Turki sudah menjadi rumah bagi sekitar 4 juta migran, kebanyakan dari mereka adalah pengungsi Suriah yang melarikan diri dari perang saudara di negara tetangga.

Sentimen anti-migrasi sudah tinggi di negara itu karena bergulat dengan kesengsaraan ekonomi, termasuk pengangguran yang tinggi yang diperburuk oleh pandemi virus Corona.

Gambar video yang beredar di media sosial selama beberapa bulan terakhir menunjukkan sekelompok pemuda yang diduga tiba di Turki dari Iran.

Baca juga: Jerman, Inggris dan Swedia Tata Ulang Bantuan ke Afghanistan

Beberapa media melaporkan hingga 1.000 migran telah melintasi perbatasan dengan Iran setiap hari.

Partai-partai oposisi telah meminta pemerintah untuk mengambil alih perbatasan dan mencegah gelombang migrasi baru.

Mereka juga telah memperingatkan terhadap setiap perjanjian migrasi baru antara Turki dan negara-negara Barat seperti yang dicapai Ankara dengan UE pada 2016.

Berdasarkan kesepakatan itu, Ankara setuju untuk mencegah aliran migran ke Eropa.

Sementara UE berjanji, antara lain untuk mengirim miliaran Euro ke Turki untuk para pengungsi Suriah.

Partai oposisi utama juga mengklaim Erdogan membuat kesepakatan rahasia dengan Presiden AS Joe Biden.

Di mana Turki akan menerima warga Afghanistan yang telah bekerja dengan pasukan AS.

Kedutaan Besar AS merilis sebuah pernyataan pada Rabu (18/8/2021) yang mengatakan klaim itu sama sekali tanpa dasar.

Baca juga: Taliban Bersumpah Hormati Hak Perempuan, Harus Seusai Hukum Islam

Akar, yang memeriksa perbatasan dengan Iran mengatakan bahwa 62.000 orang dicegah melintasi perbatasan itu sejak awal tahun ini.

“Kami akan mengintensifkan upaya kami dan memperkuat pemahaman bahwa perbatasan kami tidak dapat dilewati,” katanya.

Surat kabar Yeni Safak, yang dekat dengan pemerintah, melaporkan bentangan tembok sepanjang 155 kilometer (96 mil) dari rencana 241 kilometer telah didirikan di perbatasan.

Hampir 200 menara pengawas yang dilengkapi dengan pengawasan elektro-optik juga telah dibangun, kata surat kabar itu.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved