Invest In Aceh

Gubernur Nova Janji Gelar Karpet Merah untuk Pengusaha yang Investasi di Aceh

Gubernur Aceh Ir Nova Iriansyah MT akan menggelar karpet merah kepada pengusaha yang akan berinvestasi di Aceh.....

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Muhammad Hadi
FOR SERAMBINEWS.COM
Gubernur Aceh, Nova Iriansyah usai diskusi dengan beberapa pengusaha nasional bertempat di Kantor Badan Penghubung Pemerintah Aceh, Jakarta Pusat, Sabtu, 28 Agustus 2021 

Laporan Fikar W.Eda | Jakarta

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Gubernur Aceh Ir Nova Iriansyah MT akan menggelar karpet merah kepada pengusaha yang akan berinvestasi di Aceh.

Ia menjamin tidak ada pungli dan gangguan keamanan. "Kami dari Pemerintah Aceh akan gelar karpet merah khusus untuk para investor yang ingin berinvestasi di Aceh, tidak ada pungli saya jamin, dan tidak ada yang mengganggu saya jamin.

Alhasil rakyat Aceh pendapatannya naik akibat lapangan kerja baru, dan angka kemiskinan bisa turun, itu yang kami inginkan," kata Nova Iriansyah dalam diskusi diskusi dengan beberapa pengusaha nasional  di Kantor Badan Penghubung Pemerintah Aceh, Jakarta Pusat, Sabtu (28/8/2021).

Pertemuan itu memang membahas terkait peluang investasi di sektor agrobisnis, pertambangan, pengelolaan hutan dan perikanan.

Baca juga: Kemenag Aceh Umumkan Juara Kompetisi Sains Madrasah Tingkat Kabupaten/Kota

Dalam diskusi itu, Gubernur Nova didampingi Asisten II Sekda Aceh bidang Perekonomian dan Pembangunan, Mawardi, Direktur Utama PT Pembangunan Aceh (PEMA) Zubir Sahim, Kadis ESDM Aceh, Ir Mahdinur MM, Komisaris Utama PT PEMA Sulaiman dan beberapa direksi dari perusahaan nasional yang hadir.

Nova mengatakan, Pemerintah Aceh sangat welcome atas segala kerjasama yang dibangun demi pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan membuka lapangan kerja yang ada di Aceh.

Dalam pertemuan itu Gubernur menyampaikan Aceh memiliki potensi besar untuk pengembangan bisnis, karena itu potensi investasi masih sangat besar.

"Contohnya lagi di Aceh masih banyak terdapat illegal mining (tambang ilegal), nah, tambang ilegal yang dilakukan oleh rakyat ini saya tidak mau rakyat dikejar-kejar (hukum) terus, kita mau melegalkan dan sedang mengupayakannya.

Sehingga nanti semua happy, produknya dibeli oleh pengusaha, rakyat tidak dikejar-kejar (hukum) lagi dan tidak ada oknum yang mengganggu," ungkap Nova.

Baca juga: Calon Mahasiswa Pascasarjana (S2) Umuslim Bireuen Ikut Tes Wawancara

"Fokus kita saat ini adalah yang menyangkut dengan kepentingan rakyat tapi juga tidak melupakan masalah lingkungan dan lain-lain," jelas dia.

Selanjutnya Gubernur memaparkan bahwa Aceh memang memiliki potensi.

Namun potensi sifatnya hanya diam, jika tidak melakukan sesuatu maka selamanya hanya jadi potensi, jadi segala potensi itu harus dikelola secara baik.

"Namun disini saya juga tidak setuju kalau Aceh kemudian ‘dikeruk’ habis-habisan (SDA nya)  seperti yang sudah terlanjur terjadi di Papua.

Dan mendengar paparan tadi kita berpotensi membuka peluang Investasi ini selama aktivitas bisnis yang dilakukan peduli dengan masalah lingkungan, sustainability, dan green business," lanjut Nova.

Sebagai informasi, Aceh adalah satu-satunya Provinsi di Pulau Sumatera yang memiliki luas hutan sebesar 70 persen.

Nova menambahkan, saat ini Aceh memiliki potensi terbaik di bidang pertambangan dan pembangkit listrik.

Baca juga: Lembah Panjshir Bakal Jadi Arena Perang, Taliban Kerahkan Pejuang Untuk Serang Pasukan Ahmad Massoud

Banyak perusahaan nasional dan multinasional sedang melakukan aktivitas bisnis di Aceh, namun kendala yang dihadapi saat ini karena pandemi Covid-19 saja.

Saat ini, Pemerintah Aceh sedang dalam proses penyelesaian kerjasama investasi dari Uni Arab Emirate (UAE) di Pulau Banyak, Aceh Singkil yang rencananya akan dibuatkan kawasan wisata dan resort dengan nilai investasi sekitar 10 Triliun.

Dalam waktu dekat akan berkunjung ke UAE beserta rombongan Pemerintah Pusat untuk melakukan penandatangan kerjasama Investasi ini.

Ini tentunya menjadi peluang besar bagi para investor nasional yang ingin berpartisipasi dalam pembangunan Aceh, sehingga dari hulu ke hilir aktivitas bisnisnya tetap di Aceh.

Sehingga dapat menyerap tenaga kerja lokal, mengurangi angka kemiskinan dan hilirisasi tidak selalu bergantung pada provinsi di luar Aceh sebagaimana yang saat ini terjadi.

Baca juga: Harga Emas Melonjak Naik, Berikut Harga Emas Hari Ini dan Rincian Harga Emas Per Gram

"Harus ada hilirisasi, yang paling konkret dan to the point, saat ini kita perlu rice milling (pabrik beras) karena saat ini, setengah dari total produksi gabah kita.

Saat petani masih potong padi, truk-truk dari medan sudah antri untuk dibawa ke Medan gabahnya, baru dipulangkan ke Aceh lagi ketika sudah jadi beras, kami membeli dengan nilai hingga empat kali lipat," kata Nova prihatin.

Apalagi, tambahnya, Nilai Tukar Petani (NTP) Aceh masih 90%. Harusnya 110-120%, kita belum sampai 100%.

Baca juga: Lhokseumawe Zona Merah, Meninggal Akibat Covid-19 Nyaris Tiap Hari Terus Bertambah, Ini Grafiknya

“Artinya petani kita saat ini hanya bisa bertahan hidup, syukur-syukur jika mendapat bantuan pupuk dari pemerintah sehingga NTPnya bisa 100%.

Jadi,  bagi saya jika ada rice milling (penggilingan) di Aceh, NTP petani Aceh bisa naik di atas 100 persen," sebutnya.

Jajaran pengusaha nasional yang hadir dalam diskusi itu antara lain Budianto Ciawi dari PT Sari Makmur Tunggal Alam Mandiri, Ir Andreas Nugroho Adi dari PT Integra Indocabinet, Handani Sismita dari PT Alam Jaya, Novie Vina dari PT Bumi Nusantara Sehat dan lain-lain. (*)

Baca juga: Pasangan Mesum dan Mucikari Ditangkap di Meulaboh, Ini Tarifnya dan Ada Kondom Bekas Pakai

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved