Ekspor Ikan

Ongkos Tinggi, Ekspor Ikan dari Aceh ke Luar Negeri Turun Drastis Selama Pademi

Misalnya ikan tenggiri musang, dilelang dengan harga Rp 40.000/Kg. Jenis ikan tenggiri musang ini, paling banyak disukai pihak hotel, restauran dan ru

Penulis: Herianto | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/FOR SERAMBINEWS.COM
Nelayan sedang bongkar ikan hasil melaut di dermaga PPS Kutaradja Lampulo, Selasa (31/8/201). 

Laporan Herianto I Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Pegusaha dan pedagang ikan di Lampulo sudah jarang mengekspor ikan ke luar negeri akibat biaya tinggi.

Seperti diketahui saat ini ongkos kirim ikan melalui udara dari Banda Aceh ke Singapura, berada di atas Rp 40.000/Kg, dari sebelumnya Rp 20.000/Kg.

“Kalaupun ada yang melakukan kegiatan ekspor, hanya beberapa orang saja, tidak banyak,” kata Murdani, pedagang ikan antar pulau kepada Serambinews.com, Selasa (31/8/2021) di Banda Aceh.

Contohnya dalam beberapa minggu ini, harga lelang ikan di PPS Kutaradja cukup bagus.

Misalnya ikan tenggiri musang, dilelang dengan harga Rp 40.000/Kg. Jenis ikan tenggiri musang ini, paling banyak disukai pihak hotel, restauran dan rumah makan. Bahkan untuk ikan tenggiri jenis lainnya, harga lelangnya lebih mahal lagi Rp 60.000-Rp 65.000/Kg.

Baca juga: FAKTA Bupati Probolinggo Puput Tantriana dan Suami Jadi Tersangka Suap, KPK Amankan Rp362.500.000

Ungkapan senda juga dilontarkan, Dirut PT Yakin Pasifik Tuna, Almeer. Ia mengatakan, sepanjang tahun 2021 ini, baru sekali melakukan ekspor ikan ke luar negeri melalui udara.

Ongkos kirim ikan ke luar negeri via udara sekarang ini untuk pengiriman partai besar, sebut Almeer sekitar Rp 42.000/Kg, sedangkan untuk partai kecil bisa mencapai Rp 62.000/Kg. Karena ongkos kirimnya sudah tinggi, eksportir ikan di Aceh sudah jarang mengekspor ikannya ke luar negeri, karena sudah kalah di ongkos.

Harga jual ikan di dalam negeri, kata Almeer, pada tahun ini lebih bagus, ketimbang luar negeri. Ikan tuna dilelang dengan harga Rp 35.000-Rp 40.000/Kg, sementara di luar negeri, harganya juga sekitar itu.

Jadi, bila harga beli di luar negeri, nilainya dirupiahkan, ditambah ongkos kirim yang sudah tinggi, harga jualnya sudah tidak ekonomis lagi.

Baca juga: Taliban Izinkan Wanita Afghanistan Lanjutkan Pendidikan, Kelas Tidak Boleh Dicampur deng Pria

"Makanya pengusaha ikan di dalam negeri, sudah jarang menjual ikannya ke luar negeri,” ujarnya.

Selain itu, kata Almeer, dalam dua tahun terakhir ini, sejak pandemi covid 19 ini, produksi hasil tangkapan ikan nelayan turun sekali.

Hal ini dipengaruhi perubahan iklim yang terjadi di tengah laut, sangat ekstrem.

Almeer menyebutkan menurut pawang boat tangkap ikan dan nakhoda sampai posisi akhir Agustus ini, tekanan angin di laut masih sangat tinggi antara 17-20 knot.

Baca juga: 7 Wanita Muda yang Digaruk dari Cafe GK Dipulangkan, Ini Penjelasan Kabid Penegakan Syariat Islam

Tekanan angin sebesar itu, sangat berbahaya bagi nelayan yang sedang melaut, kapalnya bisa tergulung ombak besar di tengah laut.

Jadi, kata Almeer, kalau harga ikan di dalam negeri masih relatif bagus, pertama karena produksi hasil tangkapan ikan nelayan sedang menurun, sementara permintaannya sedikit naik.

Sementara itu, Kepala UPTD PPS Kutaradja Lampulo, Oni Kandi yang dimintai penjelasannya mengatakan, apa yang disampaikan para pengusaha perikanan di Lampulo, Murdani dan Almeer, sudah benar sekali.

Hasil tangkapan ikan dari boat-boat nelayan yang bermarkas di PPS Kutaradja Lampulo, dalam bulan Agustus 2021 ini, menurun. Pada hari Minggu (29/8) kemarin, boat ikan PPS Kutaradja Lampulo yang pulang dari melaut sebanyak 15 unit kapal, jumlah ikan yang dibawa pulang yang di catat petugas pencatat ikan di Lampulo sekitar 77,5 ton.

Kalau jumlah ikan itu, dibagi 15 unit boat kapal yang pulang melaut, rata-rata boat ikan membawa pulang ikan hasil tangkapannya sekitar 5,1 ton per unit bot.

Untuk boat ikan berkapasitas 30 – 60 GT, sebut Oni kandi, membawa ikan pulang dari melaut sebanyak 5 ton, masih sedikit, apalagi mereka pergi melaut berkisar 4 – 6 hari.

Jadi, kenapa selama bulan Agustus ini, harga lelang ikan tetap tinggi, pertama hasil tangkapannya sedikit, pembelinya di pasar lokal cukup tinggi.

Ikan selayang, sebut Oni, kalau musim banyak ikan hanya dilelang dengan harga Rp 7.000-Rp 9.000/Kg, tapi sekarang ini, harganya lelangnya mencapai Rp 17.000-Rp 20.000/Kg. Begitu juga cakalang harganya lelangnya kini Rp 18.000/Kg-Rp 25.000/Kg, ikan tongkol bodrek di lelang mencapai Rp 15.000/Kg.

Biasanya kalau musim banyak ikan harga lelangnya sangat murah Rp 5.000-Rp 7.000/Kg.

Oni mengatakan, sejak harga ikan di pasar lokal cukup bagus, pedagang ikan dari luar daerah sudah jarang masuk ke PPS Kutaradja Lampulo. Mereka, kalah bersaing dalam pembelian harga ikan dan ongkos angkut.

Kalau pedagang dari luar datang beli ikan ke PPS Kutaradja Lampulo, mereka harus berani beli ikan dengan harga yang lebih tinggi.

Sejumlah perusahaan perikanan yang ada di PPS Kutaradja, sejak mereka membentuk Asosiasi Industri Ikan Aceh, mereka berani beli ikan nelayan sedikit tinggi, untuk dijual kembali ke luar dengan harga yang sedikit tinggi.

“Karena itu, para pedagangan dari luar, sudah jarang datang ke PPS Kutaradja Lampulo, untuk beli ikan. Kita harapkan, pada musim banyak ikan Asosiasi Industri Ikan Aceh, juga membeli ikan hasil tangkapana nelayan Lampulo dengan harga yang wajar,”ujar Oni Kandi.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved