Internasional
Konflik Tigray Telah Tewaskan Ribuan Orang, Ratusan Ribu Orang Kelaparan
Ribuan orang dilaporkan tewas dalam bentrokan di Ethiopia utara, saat pertempuran antara militer dan pemberontak Tigray terus berlanjut.
Perang dimulai tahun lalu, setelah berbulan-bulan perseteruan antara pemerintah Perdana Menteri Abiy Ahmed dan para pemimpin TPLF, partai politik utama di wilayah Tigray.
Baca juga: Presiden Mesir Sebut Keamanan Nasional Masuk Garis Merah, Bendungan Ethiopia Ancam Aliran Sungai Nil
Perdana menteri mengirim pasukan ke Tigray untuk menggulingkan pemerintah daerah setelah menuduh TPLF merebut kamp militer.
Pemerintah telah menetapkan TPLF sebagai kelompok teroris, sementara itu mengatakan itu adalah pemerintah Tigray yang sah.
Ribuan orang diperkirakan tewas dan jutaan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka, dengan beberapa melarikan diri ke Sudan.
Kedua belah pihak telah dituduh melakukan kekejaman, termasuk pemerkosaan dan pembunuhan massal warga sipil.
Setelah TPLF secara tak terduga merebut kembali Tigray dari tangan tentara dan pasukannya pada bulan Juni, mereka berhasil maju ke wilayah tetangga Amhara dan Afar.
Dalam dua minggu terakhir ini, tentara dan sekutunya tampaknya menghentikan pasukan Tigrayan.
Bahkan mendorong mereka kembali dan mendapatkan kembali kendali atas beberapa daerah strategis.
Tetapi daerah-daerah utama di Afar dan Amhara, termasuk kota bersejarah Lalibela dengan gereja-gereja pahatan batu warisan dunia UNESCO, tetap berada di bawah kendali TPLF.
Baca juga: Tentara Ethiopia Hancurkan Pemberontak Tigray dari Sudan
Pada Jumat (3/9/2021), PBB menuduh pemerintah secara efektif memblokir pasokan bantuan ke Tigray, memperingatkan bahwa jutaan nyawa terancam.
PBB memperkirakan 5,2 juta orang membutuhkan bantuan mendesak jika situasi kelaparan terburuk di dunia dalam beberapa dekade ingin dihindari.
Sebelumnya dikatakan sekitar 400.000 orang sudah hidup dalam kondisi seperti kelaparan.
Tetapi pada Sabtu (4/9/2021), pemerintah Ethiopia mengatakan 500 truk bantuan telah memasuki wilayah itu, termasuk 152 dalam dua hari terakhir.
Jumlah pos pemeriksaan keamanan juga telah dikurangi, katanya.
Belum ada verifikasi independen atas klaim ini.
PBB mengeluh tidak ada satu truk pun yang sampai ke Tigray sejak 22 Agustus, padahal dibutuhkan 100 truk per hari.(*)