Berita Kutaraja
Pemulihan DAS di Aceh Mendesak untuk Hindari Bencana, Mengemuka dalam Diskusi FJL dan Walhi
Taksiran kerugian akibat bencana tersebut mencapai Rp 874,1 miliar. Salah satu penyebab karena kerusakan daerah aliran sungai (DAS).
Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Saifullah
Untuk mencegah terjadi longsor dan banjir perlu diperkuat daya tahan tanah dengan menanam pohon.
“Potensi longsor dan banjir bisa dihindari kalau kawasan hulu, hutan lindung ditanami berakar kuat,” ujar Ibnu.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh, Muhammad Nur menerangkan, penyebab lain akan tingginya bencana alam di Aceh ialah, maraknya pertambangan ilegal di hulu sungai dan galian C secara serampangan.
Dia mencontohkan, jembatan di Bireuen ambruk karena dampak galian C di sungai tersebut.
Baca juga: Krueng Meureudu dan Beuracan di Pijay Rawan Picu Bencana, BNPB Turun ke Lapangan Lakukan Verifikasi
"Pertambangan di kawasan hutan harus ditindak. Selama ini seperti ada pembiaran. Tambang ilegal maupun legal itu berdampak pada kerusakan sungai dan airnya tercemar,” ujar Nur.
Sementara itu, Teknik Pengairan Madya Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera I Banda Aceh, Agustian menyebutkan, untuk saat ini daerah paling rawan bencana banjir bandang di Aceh itu meliputi Aceh Singkil dan Aceh Utara.
Di Aceh Utara, terdapat Sungai Jambo Aye dan di Singkil terdapat Sungai Alas. Kondisi sungai ini dalam keadaan tidak sehat sehingga berpotensi mendatangkan bencana banjir bandang.
“Itu karena perambahan hutan, ilegal logging, dan pengrusakan aliran sungai," ucap Agustian.
Agustian menambahkan, beberapa sungai telah direhab dengan dibangun tanggul. Langkah ini untuk mencegah banjir luapan ke permukiman warga.
Baca juga: Abrasi Krueng Kluet Aceh Selatan Makin Meluas, Gampong Kedai Padang Terancam Tenggelam
"Akan tetapi, jika kawasan hulu tidak dipulihkan usaha itu tidak akan memberikan dampak besar terhadap mitigasi," paparnya.(*)