Luar Negeri
Pasukan Taliban Penggal Kepala Tentara Afghanistan, Merayakan Sambil Memuji Pemimpin Mereka
Video itu juga berisi pujian kepada pemimpin mereka dan merayakannya sambil memegangi kepala korban yang terpenggal dengan rambutnya.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Safriadi Syahbuddin
“Beberapa metode penyiksaan mereka adalah menguliti seseorang hidup-hidup,” kata Bolduc.
Bolduc menambahkan bahwa dia telah melihat tiga mayat yang dipenggal selama 10 perjalanannya di Afghanistan.
Seorang wanita yang pindah ke India dari Afghanistan juga dilaporkan mengungkapkan bahwa anggota Taliban melakukan hubungan badan dengan mayat.
“Mereka juga memperkosa mayat. Mereka tidak peduli apakah orang itu hidup atau mati," katanya.
Baca juga: Amerika Serikat Cela Taliban, Tidak Memenuhi Janji Bentuk Pemerintahan Inklusif
Rekaman mengerikan 36 detik dari pemenggalan kepala dan perayaan dilaporkan muncul setelah juru bicara Taliban menjanjikan amnesti bagi pekerja pemerintah.
Mengklaim bahwa mereka tidak melakukan kekerasan, dan bersikeras bahwa perempuan mereka akan memiliki hak asasi manusia.
Video 36 detik dari pasukan Taliban itu bertolak belakang dengan pernyataan juru bicara Taliban Suhail Shaheen kepada BBC pada Sabtu (11/9/2021).
Ia mengatakan bahwa mereka telah berubah secara signifikan lebih baik, bukan lagi kelompok yang haus darah.
"Kami adalah rakyat Afghanistan," kata Shaheen.
"Banyak dari kami melakukan perlawanan, melawan Uni Soviet saat itu, lalu sekarang pendudukan 20 tahun oleh AS dan sekutu," ujarnya.
"Sekarang, kami fokus mengangkat kehidupan rakyat kami, membangun Afghanistan, menciptakan lapangan kerja bagi rakyat kami, membangun kesejahteraan negara," lanjutnya.
Baca juga: Dua Wartawan Afghanistan Dibuat Jera di Sel Tahanan Taliban karena Liput Demonstrasi
"Jika saya membandingkannya dengan masa lalu, (saat itu) kami memiliki perang domestik, pertempuran. Tapi sekarang, kami lebih fokus pada kegiatan ekonomi kami, pada penciptaan lapangan kerja, perluasan pendidikan, kebutuhan lain dari masyarakat," ungkapnya.
Menanggapi pertanyaan soal aksi kekerasan Taliban yang beredar, Shaheen berkata,
"Kekerasan bukan kebijakan resmi. Jika ada yang ingin berdemonstrasi, mereka harus mendapatkan izin dari menteri dalam negeri dan menyatakan demonstrasi akan berlangsung."
Dia menambahkan bahwa mereka yang ingin mengorganisir protes harus mendapatkan izin resmi dari kementerian dalam negeri.