Berita Lhokseumawe
Sepanjang 1,6 Km Jalan di Cot Trieng, Lhokseumawe Dibangun, Memudahkan Petani Angkut Hasil Panen
Karena jalan merupakan salah satu akses untuk memudahkan membawa hasil panen untuk dijual ke pasar.
Penulis: Zaki Mubarak | Editor: Nur Nihayati
Karena jalan merupakan salah satu akses untuk memudahkan membawa hasil panen untuk dijual ke pasar.
Laporan Zaki Mubarak | Lhokseumawe
SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Sepanjang 1,6 Kilometer (Km) jalan di Cot Trieng, Lhokseumawe dibangun.
Pembangunan jalan gampong itu terkait program Tentara Manunggal Membangung Desa (TMMD) di daerah setempat.
Adanya jalan mulus ini diharapkan dapat mendorong ekonomi petani dalam hal mengangkut hasil panen.
Karena jalan merupakan salah satu akses untuk memudahkan membawa hasil panen untuk dijual ke pasar.
Salah satu tokoh masyarakat Desa Cot Trieng, Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe Tgk Abdullah, mengaku senang melihat ada pembangunan di Gampong yang ia tempati.
Gampong tersebut dihuni sekitar 300 kepala keluarga, dan pernah menjadi kawasan basis Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan pernah dikepung ribuan aparat TNI.
Baca juga: Pasca Balita Meninggal Tenggelam, Kapolres Bireuen Ingatkan Warga Hati-hati Tinggal Dekat Irigasi
Baca juga: Sholat Tahajud, Berikut Penjelasan Ulama dan Jumlah Rakaat Sesuai Sunnah, Kapan Waktu Terbaik
Baca juga: Manajer Chelsea Puji Lukaku, Pemain yang Sempat Diabaikan Seusai Pindah dari Inter Milan
Apalagi setelah Satgas TMMD ke-112 Kodim 0103 Aceh Utara membuka akses jalan usaha tani sepanjang 1.656 meter atau 1,6 kilometer dengan lebar 4 meter.
"Saya mewakili warga lainnya, merasa senang sekarang apalagi jalan yang dibangun oleh Satgas TMMD ini dapat memudahkan bagi petani untuk mengangkut hasil pertanian," kata tokoh masyarakat, Abdullah, kepada Serambinews.com, Rabu (15/9/2021).
Ia menyebutkan, di lokasi Gampong mereka ada sekitar 99 % warganya mayoritas berpenghasilan dari bertani.
Abdullah, menambahkan, ada area potensial untuk pengembangan tanaman padi bagi warga masyarakat, namun tidak memiliki jaringan irigasi.
"Khusus di Cot Trieng ada sekitar 6.000 hektare lahan yang berpotensi untuk dibangun persawahan, namun enggak ada irigasi, sehingga masyarakat jika hendak turun sawah hanya mengandalkan air tadah hujan," sebutnya.
Ditambahkannya, selama ini, petani padi di Cot Trieng disamping berharap turun hujan juga memanfaatkan parit yang ada.
"Caranya dengan disedot menggunakan mesin untuk mengairi sawah, namun jika parit kering terpaksa penanaman padi dihentikan," katanya.