Jenderal Nasution Berhasil Lolos dari Penculikan PKI, Tapi Berduka Kehilangan Putri Bungsunya
Pada masa itu, Nasution merupakan Menteri Pertahanan dan Keamanan dan merangkap sebagai Wakil Panglima Besar Komando Tertinggi.
Pasukan tersebut mulai masuk ke dalam rumah. Mereka mengetok pintu. Akan tetapi tidak dibuka oleh istri Nasution.
Pada akhirnya, mereka menembaki pintu kamar berkali-kali.
Suara tembakan itu membuat seisi rumah dicekam ketakutan.
Beruntungnya, istri Nasution, serta ibu dan adik Nasution, Mardiah yang lari ke kamar Nasution selamat dari tembakan.
Tapi sayang, tembakan itu mengenai si kecil Ade. Tiga peluru menembus punggung si kecil.
Di saat yang sama, suara kegaduhan itu terdengar oleh Lettu Pierre Tendean yang terbangun.
Kamarnya memang terpisah dari rumah utama.
Kemudian, dia berlari menuju sumber suara dengan membawa senjata. Tapi pasukan Cakrabirawa bertanya tentang identitasnya.
Tendean menjawab sebagai ajudan Nasution. Namun, sebagian besar pasukan salah mendengar dan mengiranya sebagai Nasution.
Pada akhirnya, Tendean diikat dan dibawa ke truk.
Tepat pukul 04.08 WIB, pasukan Cakrabirawa meninggalkan rumah itu.
Kematian Ade Irma Suryani dan Lettu Pierre Tendean meninggalkan luka yang sangat dalam diri Nasution.
Di saat dirinya berhasil kabur, justru sang putri kesayangan dan ajudannya harus merenggang nyawa menjadi perisainya.
“Anakku yang tercinta. Engkau telah gugur sebagai perisai untuk Ayahmu," kata Nasution seperti dikutip dalam buku yang berjudul “Tujuh Prajurit TNI Gugur: 1 Oktober 1965”.
“Ya Allah, terimalah putri kami ini dengan segala kebaikannya."