Mencetak Calon Diplomat dari Aceh, Umuslim Gelar Airmun

DIPLOMASI merupakan praktik untuk menjalin relasi dengan pihak lain atau sebuah negara melalui kerjasama dialog dan negosiasi

Editor: bakri
Dokumen Umuslim 
Mahasiswa Hubungan Internasional Umuslim Peusangan Bireuen, juara Airmun yang digelar Himahi Umuslim 

Pemuda-pemudi Aceh diharapkan termotivasi untuk selalu aktif dalam memajukan bangsa, dengan menjadi diplomat ulung yang akan berkiprah di forum-forum internasional.

DIPLOMASI merupakan praktik untuk menjalin relasi dengan pihak lain atau sebuah negara melalui kerjasama dialog dan negosiasi. Hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan yang menguntungkan sesuai dengan kepentingan masing-masing pihak.

Banyak juga yang menyebutkan bahwa diplomasi adalah suatu bentuk seni, yaitu seni bernegosiasi antarnegara. Dalam hal ini, negosiasi dapat berlangsung antara dua negara atau secara bilateral dan dengan banyak negara atau secara multilateral.

Tujuan diplomasi adalah untuk menjalin mempererat dan meningkatkan hubungan dengan negara lain. Hal yang menjadi bahan diplomasi adalah segala bentuk kepentingan nasional yang mencakup politik ekonomi budaya dan sosial.

Indonesia pun memiliki cukup banyak diplomat yang memainkan peran penting dalam pergaulan internasional sejak masa kemerdekaan. Seperti Agus Salim yang mendapat julukan sebagai The Grand Old Man karena kepiawaiannya dalam melakukan perundingan dengan negara-negara Arab serta memimpin delegasi Indonesia di forum PBB tahun 1947.

Juga ada Sutan Sjahrir yang mewakili Indonesia dalam Sidang Dewan Keamanan PBB pada Agustus 1947 untuk membahas permasalahan Indonesia dan Belanda terkait Agresi Militer Belanda I.

Dalam Sidang Dewan Keamanan PBB itu, ia memberikan pidato tentang sebuah bangsa muda bernama Indonesia yang memiliki peradaban panjang. Pidato Sjahrir tersebut mampu membuat takjub seluruh peserta sidang yang mewakili sejumlah negara.

Dari Aceh, kita mengenal Teuku Faizasyah, seorang diplomat yang memulai kariernya bekerja di Kementerian Luar Negeri pada 1990. Dia dipercaya untuk menjabat sebagai staf Sub Direktorat Amerika Utara di Direktorat Amerika, hingga tahun 1992.

Tahun 1994, Faiza langsung ditunjuk untuk menjadi Kepala Sub Bagian Pariwisata ASEAN di Biro Ekonomi ASEAN, hingga tahun 1995. Kemudian Faiza ditugaskan ke luar negeri sebagai staf ekonomi di Kedutaan Besar RI (KBRI) Washington DC (AS) selama tiga tahun berikutnya.

Pada April 2008, Faiza dilantik sebagai Kepala Biro Administrasi Menteri (BAM) yang secara fungsional mengemban tugas sebagai Juru Bicara Departemen Luar Negeri.

Kini, Aceh melalui jurusan Hubungan Internasional (HI) Universitas Almuslim (Umuslim)  Peusangan, Bireuen, berniat mencetak lebih banyak lagi diplomat-diplomat ulung dengan menggelar Aceh Internasional Relations Model United Nations (Airmun) pada Selasa (28/9).

Hasilnya, 10 mahasiswa HI Umuslim memenangkan perlombaan yang mensimulasikan sidang PBB itu.

Mereka adalah Ridha Akmal (Best Delegate), Safriana (Best Position Paper Delegate), Aqil Faza Saifullah (The Most Outstanding Delegate), Sri Maulida (The Most Outstanding Delegate), Siti Nurhaliza Harahap (Honorable Mention Delegate), Mirda (Honorable Mention Delegate), Hayatun Nufus (Verbal Accommodation), Badratun Nafis (Verbal Accommodation), Firly Aprilia (Verbal Accommodation), dan Risma Maulina (Verbal Accommodation).

Dalam perlombaan Airmun ini, peserta dituntut untuk bisa berperan sebagai diplomat dari negara masing-masing. Tema yang diusung; "Penggunaan Sumber Daya Alam Tak Terbarukan dalam Mengurangi Permasalahan Lingkungan".

Peserta juga dituntut untuk bisa menyelesaikan masalah lingkungan yang terjadi di dunia internasional. Para peserta bernegosiasi, diplomasi, menarik perhatian, berdiskusi, berdebat untuk bisa memenangkan perlombaan.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved