Perintah Anies Pugar Makam Muhammad Daud Syah Direalisasikan, Cucu Sultan Aceh Letak Batu Pertama
Peletakan batu pertama itu tanda dimulainya pemugaran makam Sultan Aceh Muhamad Daud Syah di Taman Pemakaman Umum Ramawamangun, Jakarta Timur, Senin (
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Mursal Ismail
"Saya atas nama keluarga dan juga masyarakat, mengucapkan terima kasih kepada Gubernur DKI Jakarta karena sudah memberi perhatian begitu besar untuk memugar makam kakek kami ini.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Taman Iskandar Muda, Gubernur Aceh dan seluruh masyarakat Aceh yang di Jakarta maupun di Aceh dan dimana pun berada yang telah memberikan dukungan terhadap pemugaran makam ini.
Kiranya Allah SWT membalas budi baik ini dengan pahala berlimpah," kata Teungku Dian Angraeni.
Ketua Umum PP TIM Surya Darma memberi apresiasi tinggi kepada gubernur Anies Baswedan.
"TIM menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada gubernur DKI yang telah melakukan pemugaran untuk menghormati sosok penting dalam sejarah perlawanan terhadap kolonialis Belanda," kata Surya Darma.
Pekan lalu Gubernur Aceh Nova Iriansyah juga menyampaikan ungkapan terima kasih dan penghargaan kepada Gubernur DKI atas pemugaran makam Sultan Aceh tersebut.
Gubernur Nova mengirimkan sepucuk surat kepada Gubernur Anies yang disampaikan melalui Kepala Badan Penghubung Pemerintah Aceh di Jakarta.
Sejarah Muhammad Daud Syah
Sultan Aceh Muhammad Daud Syah yang pernah bersembunyi di Loyang Sekam, sebuah gua terletak di Kampung Gunung Suku Rawe Kecamatan Lut Tawar Aceh Tengah dalam usaha menghindari kejaran Belanda, menolak menyerahkan kedaulatan kepada Belanda.
Pada 10 Januari 1903 setelah bermusyawarah dengan para Dewan Kesulthanan, Sultan Daud Syah menghadap pimpinan Belanda di Sigli melalui Van Der Maaten.
Ia dibujuk untuk menandatangani surat penyerahan Kedaulatan Aceh kepada Belanda, tapi ditolak mentah-mentah dan merobek serta melemparkan surat tersebut ke Van Heuts. Sultan menyatakan tekad “LEBIH BAIK AKU MATI BERKALANG NYAWA DARI PADA AKU SERAHKAN NEGERI ACEH KEPADA PENJAJAH BELANDA.”
Sultan kemudian dibawa ke Banda Aceh dan ditahan dalam sebuah rumah khusus di kawasan Keudah.
Tapi dari balik tahanan Sultan masih mengatur strategi penyerangan terhadap markas-markas Belanda di Kutaraja, dan Sultan berusaha memohon bantuan pasukan dari Kaisar Jepang untuk mengusir Belanda dari Aceh dalam sebuah surat yang dikirimkan melalui perwakilan (kedutaan Jepang) di Singapore, dan akhirnya diketahui Spionase Belanda hingga membuat Van Heutz Berang dan memutuskan Sultan harus di “Externiring” keluar Aceh bersama keluarganya.
Mula-mula Sultan dibuang ke Ambon. Di sana disana pun beliau masih dihormati oleh Raja di Ambon dan sempat mendakwahkan Islam hingga mengislamkan beberapa raja di sana.
Pada saat Sultan Muhammad Daudsyah diasingkan ke Ambon juga sempat disambut baik oleh keluarga Raja Samu- samu.