Molnupiravir Dinilai Ampuh Jadi Obat Covid-19, Pemerintah Upayakan Segera Ada di Indonesia
Obat Covid-19, Molnupiravir buatan perusahaan farmasi Merck & Co digadang-gadang menjadi obat unggulan setelah terbukti mengurangi hingga 50 persen
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA – Obat Covid-19, Molnupiravir buatan perusahaan farmasi Merck & Co digadang-gadang menjadi obat unggulan setelah terbukti mengurangi hingga 50 persen potensi kematian dan gejala berat pasien Covid-19.
Terkait hal ini, Juru bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Ri dr. Siti Nadia Tarmizi menyampaikan apabila obat Covi-19 tersebut akhirnya mendapat izin dari otoritas Amerika Serikat dan seluruh dunia bisa menggunakannya, Indonesia telah menyiapkan strategi agar mendapatkan obat itu.
“Tentu kita upayakan. Kapasitas dari produksi daripada Merck sendiri pasti tidak mecukupi untuk kebutuhan global,” ujarnya dalam program Sapa Indonesia KompasTV, Rabu (6/10/2021).
Siti menjelaskan lebih lanjut, bahwa nantinya, mengenai obat Covid-19 Molnupiravir akan diatur penggunaannya.
“Apabila obat ini menghambat replikasi virus, orang dengan gejala ringan sudah diberikan obat ini atau orang dengan gejal sesak tapi belum berat baru diberikan obat ini. Tentu nanti akan melibatkan banyak pihak,” terangnya.
Namun, ia menegaskan pihaknya tetap mengupayakan obat Molnupiravir ada di Indonesia meski belum tahu persis berapa jumlahnya secara pasti, melihat ada keterbatasan produksi.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Daeng M Faqih pun mengutarakan, informasi tentang obat ini menjadi kabar gembira, tapi secara profesional harus tetap memeriksanya.
“Pihak Merck & Co mengajukan emergency use ke BPOM AS. Itu masih kita tunggu. Termasuk, apakah betul obat ini efektif membunuh virusnya atau hanya mengurani tingkat perberatan atau perburukan,” kata Daeng.
Keunggulan Molnupiravir
Pada kesempatan yang sama, Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane menuturkan, sebenarnya selain Molnupiravir, ada 640 jenis obat yang sedang dalam tahap pengembangan.
Hanya saja yang maju lebih dulu sampai ke uji klinik fase tiga dan sudah disetujui untuk uji coba fase 3 adalah Molnupirarir.
“Yang menarik dari obat ini, adalah dia memang obat yang didesain untuk Covid-19, sementara obat-obat lain itu biasanya obat untuk virus lain tetapi diuji cobakan juga untuk Covid-19,” katanya.
Jadi, memang yang dibutuhkan obat-obat yang dapat mengurani kematian akibat Covid-19. Mengingat, di Indonesia sendiri, permasalahnnya adalah angka kematian yang tinggi akibat perburukan yang cukup banyak.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt, menjelaskan bahwa obat Molnupiravir termasuk obat oral antivirus atau obat antivirus yang diminum. Cara kerja obat molnupiravir sama seperti obat antivirus favipiravir.
"Obat ini sendiri cara kerjanya menghambat reproduksi virus. Sebenarnya kalau secara spesifik sangat mirip dengan (obat) favipiravir karena (obat) bekerjanya di satu enzim yang namanya RNA-dependent RNA polymerase," imbuh dia.
Saat ini, Merck memang sudah melaporkan hasil uji klinis fase 3 terkait obat molnupiravir. Akan tetapi, lanjut Zullies, sebetulnya uji klinis ini belum selesai dilakukan.
“Dimulainya (uji klinis) pada 19 Oktober 2020 dan perkiraan selesainya 8 November 2021. Jadi sebetulnya sekarang belum selesai," ujarnya menerangkan.
Baca juga: Corona Melonjak, Presiden Jokowi Sebut Pemerintah akan Bagi Gratis 2 Juta Paket Obat Covid-19
Baca juga: Jual Obat Covid 5 Kali Lipat Harga Eceran Tertinggi, Pemilik Apotek Global dan Karyawan Ditangkap
Molnupiravir Dinilai Bisa Jadi Harapan Baru Penanganan Covid-19
Obat Covid-19 Molnupiravir besutan perusahaan farmasi asal Amerika Serikat, Merck & Co tengah ramai jadi perbincangan.
Mengingat obat tersebut diklaim mampu mengurangi risiko kematian pada pasien hingga 50% dan perawatan inap di rumah sakit akibat covid-19.
Obat yang berpotensi menjadi obat antivirus Covid-19 pertama di dunia ini juga dilirik banyak negara, termasuk Malaysia dan Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, Guru Besar Fakultas Farmasi UGM Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt mengatakan Molnupiravir dapat menjadi harapan baru untuk dapat mengobati orang yang terpapar Covid-19 dan mencegah gejala buruk.
"Kalau dari segi obat, saya kira bagus, sebuah harapan," kata Zullies dikutip dari Kompas.com, Rabu (6/10/2021).
Hal ini, kata dia, merujuk dari data di laman Merck, menunjukkan bahwa hasil penelitian klinisnya sejauh ini memang baik.
Adanya hasil yang sudah baik ini juga yang membuat Merk tidak harus melakukan uji klinis terhadap obat tersebut sampai akhir.
"Karena (rencana awal melibatkan) 1.850 responden, sementara ini baru melibatkan 762 subyek dan hasilnya baik, kemudian mereka akan melanjutkan sampai 1.500 orang tapi FDA (Food and Drug Administration AS) sudah menyarankan untuk tidak perlu melanjutkan karena hasilnya sudah baik," ujarnya.
Sebab itu, lanjut Zullies pihak Merck tengah bersiap mengajukan EUA (emergency use authorization) atau persetujuan penggunaan darurat.
Zullies kemudian optimistis bahwa molnupiravir dapat membantu para tenaga medis dalam menangani Covid-19.
"Ini (molnupiravir) bisa jadi alternatif lain dari favipiravir. Kalau hanya mengandalkan favipiravir kan juga jumlahnya terbatas karena seluruh dunia membutuhkan," ujarnya.
Sementara terkait cara kerjanya, dia menjelaskan obat molnupiravir mirip dengan favipiravir, yakni menghambat reproduksi virus.
"Sebenarnya kalau secara spesifik sangat mirip dengan (obat) favipiravir karena (obat) bekerjanya di satu enzim yang namanya RNA-dependent RNA polymerase," ungkapnya.
Menkes RI Sebut Tengah Kaji Obat Molnupiravir
Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan pihaknya kini tengah melakukan kajian dan uji klinis terhadap obat-obatan Covid-19, termasuk Molnupiravir.
"Seperti yang sekarang lagi ramai didiskusikan molnupiravir. Jadi obat-obatan tersebut sudah kita approach pabrikannya dan kita sudah juga merencanakan untuk, beberapa malah sudah mulai uji klinis," kata Budi dalam keterangan pers virtual, Senin (4/10/2021).
Bahkan menurut pengakuannya, Kemenkes akan menggandeng Rumah Sakit dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan rumah sakit untuk melakukan vertikal review dan uji klinis obat baru tersebut,
Budi menambahkan pihaknnya juga sudah melakukan pendekatan pada produsen obat-obatan Covid-19 tersebut.
"Akhir tahun kita mengetahui apakah obat-obatan ini cocok untuk masyarakat," ujarnya.
Baca juga: PTPN Grup (BUMN) Buka Lowongan Kerja S1-S2 Berbagai Jurusan, Ada 4 Posisi dibuka, Cek Syaratnya!
Baca juga: Nilai Mutu Pendidikan, Banda Aceh Gelar Asesmen Berbasis Komputer
Baca juga: Karang Taruna Aceh Utara Bagikan 1.270 Paket Masker dan Vitamin Gratis untuk Masyarakat
Kompastv: Pemerintah Upayakan Obat Covid-19 Molnupiravir Ada di Indonesia Jika Sudah Dapat Izin