Internasional

Pasukan Rwanda Temukan Budak Seks dan Masjid Hancur di Mozambik

Pasukan Rwanda yang membantu meredam pemberontakan di Mozambik menemukan wanita yang dijadikan budak seks. Yang lebih menyedihkan, juga ditemukan

Editor: M Nur Pakar
BBC
Warga Mozambik menunggu untuk menyambut presiden Rwanda yang pasukannya telah membebaskan Kota Cabo Delgado dari tangan militan Al-Shabab. 

Memaksa para pejuang, yang selalu berjaga-jaga, untuk melarikan diri.

Mantan tawanan lainnya, seorang wanita berusia 24 tahun, mengatakan telah menyaksikan mereka membunuh dua wanita yang mencoba melarikan diri.

Para militan menanamkan rasa takut dan ketidakpercayaan di antara mereka.

Beberapa tawanan akan saling memberi tahu jika mereka mendengar rencana untuk melarikan diri.

Para militan aktif di malam hari dan memaksa untuk tidur di siang hari, katanya.

Mereka akan membawa para wanita ke desa-desa yang mereka kuasai untuk memanen makanan, kebanyakan singkong.

Tapi itu hampir tidak cukup untuk memberi makan para pejuang dan tawanan mereka.

"Tolong bantu menyelamatkan mereka yang masih di penangkaran," pintanya.

Dia ingin kembali ke rumah untuk suami dan anak-anaknya, tetapi dia tidak tahu bagaimana akan bereaksi.

Sedangkan pasukan Mozambik ditempatkan di daerah-daerah yang baru-baru ini diduduki oleh para militan.

Tetapi orang tidak dapat tidak memperhatikan betapa lengkap dan terkoordinasinya tentara Rwanda dibandingkan Mozambik.

Di Pemba, wartawan bertanya kepada Presiden Rwanda Paul Kagame tentang biaya operasi.

"Ini adalah fakta bahwa itu mahal," jawabnya,

"Jadi, kami membutuhkan lebih banyak dukungan," ujarnya.

Dia dikritik karena cara memperlakukan perbedaan pendapat di Rwanda tetapi telah menjadi pahlawan di Mozambik.

Pada acara yang diselenggarakan pemerintah, masyarakat setempat mengibarkan bendera dan foto dirinya.

Baca juga: Théoneste Bagosora, Pelaku Genosida 800.000 Warga Rwanda Meninggal di Mali

Pemerintah Mozambik mendesak orang-orang untuk kembali ke rumah mereka.

Pasukan Rwanda akan tetap berada di Cabo Delgado sampai mereka dimukimkan kembali.

Para militan mungkin berada di belakang, tetapi warga khawatir konflik masih jauh dari selesai.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved