Setelah Tempuh Perjalanan 10.000 Km Naik Motor, Pasutri Asal Aceh Tiba di Nol Kilometer Merauke

Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh itu mengirim WA tersebut dari Merauke, Papua, ujung paling timur Indonesia.

Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Amirullah
Foto kiriman: Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad
Dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Dr Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad bersama istrinya, Fitri Zulfidar, akhirnya tiba di Tugu Kilometer Merauke-Sabang di Merauke, Papua, pada hari Minggu (10/10/2021) pukul 14.00 WIT setelah menempuh perjalanan 73 hari naik sepeda motor dari Banda Aceh. Merekalah pasutri pertama dari Aceh yang tiba di sana dengan mengendarai sepeda motor. Ini mereka lakukan dalam misi Touring Indonesia Harmoni. 

Menariknya, di sepanjang perjalanan, baik di daerah yang terkenal ada terorisnya maupun yang nihil, tidak sekalipun perjalanan KBA dicegat atau diadang. Tidak juga oleh perampok atau begal.

Padahal, KBA dan istri sering inap di rumah penduduk jika tidak ada penginapan di daerah setempat. Selebihnya, pasutri ini mencari penginapan murah.

KBA juga setiap hari update progres perjalanannya di Instagram.

"Benar, perjalanan kami aman-aman saja. Alhamdulillah, tidak ada yang cegat, tak ada yang mempersulit. Semua kegiatan touring kami, hari per hari, ada di IG saya," kata KBA.

Dia dan istri punya kiat khusus saat melakukan perjalanan superjauh ini. "Kami selalu berprasangka baik terhadap orang-orang yang kami temui," tandas KBA.

Ia juga sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah berjasa membantu kelancaran misi Touring Indonesia Harmoni sejak dari Aceh hingga ke Papua kini.

Baca juga: Dituding Hambat Pembagian Lahan Eks HGU PT CA Hingga Dilaporkan ke Ombudsman, Begini Klarifikasi BPN

"Banyak biker yang bantu kami dan teristimewa jasa Pak Ma'ruf," ungkap KBA.

Pak Ma'ruf yang dimaksud KBA adalah AKP Ma'ruf Suroto selaku Polisi Pahlawan Perbatasan di jalur Papua-Papua Nugini.

Mumpung sudah tiba di tujuan akhir, Tanah Papua, KBA dan istri tak ingin buru-buru pulang. Mereka melaju lagi ke tempat khusus yang punya guratan sejarah dalam likur pergerakan kemerdekaan Indonesia: Boven Digoel.

Sejumlah tokoh nasional pernah dibuang ke Boven Digoel, di antaranya Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir.

Kedua toko pergerakan nasional itu dibuang ke lokasi sepi dan berhutan lebat itu pada 28 Januari 1935 silam hingga setahun kemudian. Mereka dianggap musuh pemerintah kolonial Belanda karena membangkang.

Selain Hatta dan Sjahrir, mereka yang dibuang ke Digul di antaranya Mohamad Bondan, Maskun, Burhanuddin, Suka Sumitro, Moerwoto, Ali Archam, dan sejumlah pejuang lainnya.

Bagi para pejuang pergerakan, Digoel adalah tempat pembuangan yang paling menyeramkan.

Digoel dibangun oleh Gubernur Jenderal De Graeff pada 1927 sebagai lokasi pengasingan tahanan politik. Di sekeliling Digul terdapat hutan rimba dengan pohon yang menjulang tinggi.

"Alhamdulillah, ini hari kami sampai di Boven Digoel. Sungguh penuh perjuangan untuk sampai ke tempat bersejarah ini," kata KBA pada Selasa (12/10/2021) pukul 14.15 WIB.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved