Sepak Bola

Stadion Lebanon Berubah Total, Dari Pertandingan Sepak Bola Menjadi Gudang Tepung

Kondisi stadion sepak bola top Lebanon telah berubah total, karena telah terbengkalai selama beberapa tahun.

Editor: M Nur Pakar
AFP
Kondisi stadion sepak bola Lebanon yang sudah terbengkalai selama beberapa tahun, akibat didera krisis ekonomi berkepanjangan. 

SERAMBINEWS.COM, BEIRUT - Kondisi stadion sepak bola top Lebanon telah berubah total, karena telah terbengkalai selama beberapa tahun.

Bahkan, pernah menjadi tuan rumah bagi beberapa pemain terbaik dunia.

Tetapi hari ini telah menjadi arena yang terbengkalai dan sering digunakan sebagai gudang tepung, bahan utama makanan warga Lebanon.

Anjing-anjing liar juga berkeliaran di sekitar fasilitasnya yang terbengkalai, dindingnya rusak karena dinding dan langit-langitnya ambruk, seperti dilansir AFP.

Stadion Beirut hanyalah salah satu dari beberapa stadion nasional yang telah rusak karena Lebanon menghadapi keruntuhan ekonomi dalam proporsi bersejarah.

Permukaan lapangan sangat buruk sehingga tim nasional terpaksa memainkan kualifikasi untuk Piala Dunia 2022 di luar negeri.

Lebanon akan bermain melawan Suriah di ibu kota Jordania, Amman pada Selasa (12/11/2021) malam.

Baca juga: Tentara Lebanon Pasok Bahan Bakar ke Perusahaan Listrik, Pemadaman Satu Pekan Berakhir

Dibangun pada 1957 dan dinamai menurut presiden kedua Lebanon, Camille Chamoun Sports City menikmati periode kejayaan yang singkat.

Karena dibom berat selama perang saudara 1975sampai 1990.

Kemudian dibangun kembali untuk menjadi tuan rumah Pan-Arab Games 1997, Piala Asia Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) 2000 dan Jeux de la Francophonie 2009.

Pada tahun 2017, Ronaldinho dari Brasil tampil di antara sederet bintang dalam pertarungan antara legenda Real Madrid dan Barcelona.

Tetapi pada Agustus 2020, seperti sebagian besar ibu kota, stadion itu dirusak dalam ledakan mematikan di pelabuhan Beirut.

Sebagian besar disalahkan karena kelalaian pemerintah dalam menjaga pelabuhan.

Bencana masa damai terburuk di negara itu menewaskan lebih dari 210 orang.

Melukai ribuan orang dan menghancurkan gudang gandum di dermaga.

Setelah itu, kantong gandum dan tepung yang disumbangkan disimpan di Sports City.

"Kami harus menemukan lapangan alternatif untuk tim nasional," kata Hashem Haidar, kepala Federasi Sepak Bola Lebanon, kepada AFP, Senin (11/10/2021).

Baca juga: Krisis Lebanon Makin Dalam, Politisi dan Bankir Simpan Jutaan Dolar di Luar Negeri

Mereka memutuskan stadion di selatan kota Sidon, tapi itu pun perlu perbaikan besar-besaran.

"Kami telah mencapai kesepakatan dengan federasi tim lawan untuk memainkan pertandingan leg pertama jauh dari Lebanon," katanya.

Mereka menargetkan stadion Sidon siap menghadapi Iran pada 11 November 2021, kemudian Uni Emirat Arab lima hari kemudian.

Bahkan sebelum ledakan monster tahun 2020, lapangan sepak bola Lebanon telah menurun selama bertahun-tahun.

Stadion tepi laut di Sidon, 40 kilometer dari ibu kota adalah salah satu dari tiga tempat Lebanon untuk putaran final Piala Asia AFC 2000.

Namun berkunjung pada tahun 2018, manajer tim sepak bola Korea Selatan saat itu, pelatih Jerman Uli Stielike terkejut.

"Sebut ini lapangan sepak bola?!" tanyanya.

Pelatih Lebanon dari 2015 hingga 2019, Miodrag Radulovic, pernah terdengar menyesali keadaan Stadion Kota Beirut, yang berjarak berjalan kaki singkat dari Sports City.

"Sayang sekali bermain di lapangan seperti itu," kata pemain Montenegro itu.

Untuk menghindari biaya rumput asli, mereka yang bertanggung jawab atas stadion sepak bola Lebanon telah menggelar astroturf di seluruh negeri.

Kapten tim nasional Hassan Maatouk mengatakan rumput buatan mungkin lebih murah, tetapi mempengaruhi kesehatan dan kinerja pemain.

Baca juga: Tanki Penyimpanan Minyak Lebanon Terbakar, 250.000 Liter Jadi Kepulan Asap Hitam

"Ini memperpendek karir seorang pemain", kata Ansar FC, pemain berusia 34 tahun..

"Musim ini saja, lima pemain dengan klub berbeda mengalami cedera ligamen lutut," katanya, merujuk pada ligamen di sendi lutut.

"Pitch buatan bertanggung jawab secara langsung."

Riyadh al-Sheekha, kepala Organisasi Publik Lebanon untuk Olahraga, Pemuda dan Pramuka, mengatakan stadion telah diabaikan selama bertahun-tahun.

"Prioritas pemerintah ada di sektor lain," katanya.

"Anggaran yang kami dapatkan kecil, bahkan tidak cukup untuk menutupi operasional ," tambahnya.

Politisi lintas partai juga menyalahkan korupsi dan inkompetensi atas kurangnya pemeliharaan stadion.

Sheekha menyerukan lebih banyak pendanaan sektor swasta serta dukungan negara.

Tetapi sulit untuk menemukan mitra swasta untuk mengambil tanggung jawab, terutama dengan kehancuran ekonomi dan pandemi virus Corona," ujarnya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved