Berita Luar Negeri
Rusia dan AS Sedang Terlibat Perlombaan Senjata, Begini Pengakuan Vladimir Putin
Presiden Rusia Vladimir Putin dengan terbuka mengakui bahwa saat ini perlombaan senjata antara Rusia dan Amerika Serikat sedang berlangsung
Rusia dan AS Terlibat Perlombaan Senjata, Begini Pengakuan Vladimir Putin
SERAMBINEWS.COM - Amerika Serikat dan Rusia ternyata sedang terlibat dalam perlombaan senjata.
Rusia dan Amerika Serikat merupakan negara pemilik senjata nuklir terbanyak di dunia.
Bahkan kedua negara terus memproduksi berbagai senjata mematikan.
Apalagi, militer kedua negara sering berselisih di laut dan di udara.
Presiden Rusia Vladimir Putin dengan terbuka mengakui bahwa saat ini perlombaan senjata antara Rusia dan Amerika Serikat sedang berlangsung.
Kondisi ini dipicu oleh keluarnya AS dari Perjanjian Rudal Anti-Balistik (ABMT) dua dekade lalu.
Hadir pada sesi pleno Pekan Energi Rusia hari Rabu (13/10/2021), Putin menyebut selama ini perlombaan senjata antara Rusia dan AS sedang berlangsung.
"Perlombaan senjata sedang berlangsung, sayangnya. Dan itu telah dimulai setelah penarikan AS dari ABMT," kata Putin, seperti dikutip TASS.
Baca juga: Rusia Sebar S-500, Bisa Cegat Rudal Balistik Antarbenua, Rudal Jelajah Hipersonik dan Pesawat Tempur
Pada kesempatan itu Putin mengingat kembali momen tahun 2003, di mana ia mendesak AS untuk tidak menarik diri dari ABMT.
Baginya, perjanjian tersebut adalah hal mendasar untuk terhindar dari serangan senjata nuklir.
"Ini bukan hanya perlindungan, ini adalah upaya untuk mendapatkan keuntungan strategis dengan menghilangkan potensi nuklir dari lawan yang mungkin," lanjut Putin.
Baca juga: Harga Emas Hari Ini Naik, Cek Rincian Lengkap Harga Emas Per Gram, Senin (18/10/2021)
Mengacu laman Kementerian Luar Negeri AS, ABMT merupakan perjanjian kontrol senjata tentang pembatasan sistem rudal anti-balistik yang digunakan untuk menangkal serangan rudal balistik.
Berdasarkan perjanjian tersebut, Rusia dan AS hanya diizinkan untuk memiliki dua kompleks ABM, di mana masing-masing di antaranya hanya boleh berisi maksimal 100 rudal anti-balistik.
Baca juga: Rudal Amerika Serikat Berhasil Cegat Serangan Lima Roket ke Bandara Kabul Afghanistan
Pada 13 Desember 2001, Presiden AS saat itu, George W. Bush, memberi pemberitahuan tentang penarikan diri AS dari perjanjian.