Berita Banda Aceh
Harga TBS Sawit di Aceh Terus Melonjak Capai Rp 3.100/Kg
Petani kelapa sawit di Aceh dan daerah lainnya di Indonesia saat ini sedang gembira, menikmati harga TBS sawitnya yang terus meningkat cukup tinggi
Penulis: Herianto | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Herianto | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM - Petani kelapa sawit di Aceh dan daerah lainnya di Indonesia saat ini sedang gembira, menikmati harga TBS sawitnya yang terus meningkat cukup tinggi.
Harga TBS ditingkat petaninya saat ini berkisar Rp 2.500 – Rp 2.800/Kg, sementara ditingkat Pabrik Kelapa Sawit (PKS) lebih tinggi lagi, antara Rp 2.900 – Rp 3.100/Kg.
Sekretaris Asosiasi Petani Kelapa Sawit Aceh, Fadli yang dimintai tanggapannya terkait terus melonjaknya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Indonesia dan negara produsen sawit lainnya di dunia kepada Serambi mengatakan, hal ini disebabkan meningkatkan permintaan CPO (crude palm Oil) di pasaran dunia dan lokal.
Kenaikan permintaan CPO di pasaran dunia, kata Fadli, disebabkan negara-negara Uni Eropa, saat ini sudah membuka diri untuk mengimpor CPO dari Indonesia, Malaysia dan Thailand.
Baca juga: Harga Kelapa Sawit Naik, Minyak Goreng di Aceh Singkil Tembus Rp 18 Ribu Per Liter
Sebelumnya hanya beberapa negara saja yang mengimpor CPO dari Indonesia, antara lain India, Cina dan Singapura.
Karena sudah banyak negara di dunia ini yang membuka diri mengimpor CPO dari Indonesia, untuk berbagai kebutuhan, mendorong harga TBS sawit yang merupakan bahan baku CPO, ikut melonjak.
Pada tahun lalu, sebut Fadli, harga TBS sawit masih berkisar Rp 900 – Rp 1.200/Kg ditingkat petani dan ditingkat PKS Rp 1.300 – Rp 1.500/Kg, tahun ini harganya terus bergerak naik.
Ditingkat petani sudah mencapai antara Rp 2.500 – Rp 2.800/Kg dan ditingkat PKS Rp 2.900 – Rp 3.100/Kg.
Kenaikan harga TBS sawit di Indonesia, ungkap Fadli, tidak hanya karena besarnya permintaan CPO di pasar luar negeri, tapi di dalam negeri juga sangat tinggi permintaannya, teruma untuk bahan baku bio solar (B30 dan B40).
Setelah di dalam negeri, bisa mengolah CPO menjadi bahan bakar bio solar (B30 dan B40) dan permintaan bio solar di SPBU memasuki tahun kedua pandemi covid 19 tahun 2021 ini, terus melonjak, semakin mendorong permintaan CPO di dalam negeri jadi tinggi.
Baca juga: Pengumuman SKD CPNS 13 November, Ujian SKB di Nagan Raya
Dua faktor utama tadi yang membuat harga TBS sawit petani terus melonjak.
Tapi sampai kapan harga TBS sawit petani bisa bertahan tinggi, menurut Fadli, sangat ditentukan oleh permintaan CPO di pasar dunia dan pasar lokal.
Semakin tinggi permintaan CPO di luar negeri dan pasar lokal, maka harga TBS sawit petani semakin naik. Harga CPO di dalam negeri sementara ini sudah mencapai senilai Rp 14.371,08/Kg.
Akibat kenaikan harga CPO, lanjut Fadli, harga minyak goreng curah yang terbuat dari biji kelapa sawit ikut naik.
Harga ditingkat penyalurnya saat ini sudah mencapai Rp 17.500/Kg dan pengecer sekitar Rp 19.000 – Rp 20.000/Kg.
Kenaikan harga CPO dan besarnya permintaan pasar ekspor CPO di pasaran dunia, kata Fadli, hendaknya menjadi momen bagi Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk mengajak PKS yang ada di Aceh, mengekspor CPO nya jangan lagi melalui Pelabuhan di luar Aceh, melainkan gunakan Pelabuhan Laut lokal yang ada di Aceh.
Misalnya Pelabuhan Krueng Geukueh, Lhokseumawe yang selama ini sudah digunakan PT Karya Tanah Subur (KTS) untuk mengekspor CPO nya ke India, Singapura dan Cina.
Selain itu, Pelabuhan Laut Calang, Aceh Jaya. Pelabuhan Laut Kuala Langsa dan Pelabuhan Laut Krueng Raya, Aceh Besar.
Baca juga: Ayo Segera Vaksin, Polres Aceh Utara Siapkan 8 Tiket Umrah Bagi Warga yang Divaksin, Begini Caranya
Banyak PKS yang memiliki areal kebun di Aceh, belum mengekspor CPO nya melalui Pelabuhan Lokal.
Keuntungan PKS mengekspor CPO nya melalui Pelabuhan Lokal, kata Fadli, pengutan dana replanting/PSR (peremajaan sawit rakyat) yang terdapat dalam pengutan penjualan CPO ke luar negeri, bisa dikembalikan ke Aceh, untuk peremajaan tanaman kelapa sawit rakyat yang sudah tua, diganti dengan tanaman muda yang berkualitas.
Program replanting/PSR yang dibuat Dirjenbun Kementan itu, tujuannya agar produktivitas TBS dan CPO nasional tetap tinggi, sehingga lonjakan permintaan CPO untuk bahan bakar bio solar dan permintaan CPO di pasar luar negeri bisa terus dipenuhi, dengan pelaksanaan peremajaan tanaman kelapa sawit rakyat.
Kakanwil Bea Cukai Aceh, Dr Safuadi, pernah mempublis volume ekspor CPO Aceh tahun 2021 ini dari Januari – September 2021 yang dilakukan dari Pelabuhan Krueng Geukuh, Lhokseumawe, volumenya sudah mencapai 32.000 metrik ton.
Ekspor CPO itu dilakukan beberapa PKS yang ada di Aceh, diantaranya oleh PT Karya Tanah Subur, dari Aceh Barat. Dari ekspor CPO sebanyak itu, menghasilkan bea ekspor senilai Rp 46,4 miliar masuk ke kas negara.
Baca juga: Juara STQH Nasional Terima Bonus dari Pemerintah Aceh
Selanjutnya dana peremajaan kelapa sawit rakyat(PSR) senilai Rp 103 miliar masuk ke kas negara dan nilai ekspornya senilai Rp 484,075 miliar, yang diterima pihak perusahaan pengekspor.
Ini artinya dari satu atau dua perusahaan PKS yang mengekspor CPO melalui Pelabuhan Krueng Gerukuh Lhokseumawe dan Calang, Aceh Jaya, sudah menghasilkan penerimaan negara dan pendapatan PKS yang cukup besar, sementara di Aceh, saat ini ada 35 PKS yang beroperasi.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Cut Huzaimah SP, MP mengatakan, luas areal tanaman kelapa sawit milik perusahaan perkebunan besar di Aceh mencapai seluas 226.100,83 hektar, dengan produksi TBS sebanyak 1.809.616,57 ton dan produksi CPO sebanyak 361.923,31 ton/tahun.
Sedangkan jumlah PKS nya ada 35 unit. Sementara luas areal perkebunan kelapa sawit milik rakyat, sementara ini ada sekitar 242.819 hektar dengan produksi TBS sebanyak 44.436 ton/tahun.
Areal perkebunan kepla sawit terluas milik rakyat ada di Nagan Raya seluas 52.145 hektar, kemudian Aceh Singkil seluas 32.452 hektar dan selanjutnya di Aceh Timur seluas 26.357 hektar.
Untuk tanaman kelapa sawit rakyat, hanya ada di 21 kabupaten/kota, Banda Aceh dan Sabang, tidak ada tanaman kelapa sawitnya.
Baca juga: VIDEO Mewahnya Kapal Tailana,Transportasi Berwisata ke Singkil-Pulau Banyak
Terkait program replanting/peremajaan sawit rakyat (PSR), kata Kadistanbun Aceh, ada 9 kabupaten/kota yang sudah mengusulkan permohonan pada tahun 2021 ini ke Dirjenbun.
Yaitu Aceh Utara seluas 2.500 hektar, Aceh Barat 2.500 hektar, Subulussalam 2.500 hektar, Aceh Tamiang 3.000 hektar, Aceh Singkil 2.000 hektar, Nagan Raya 4.000 hektar, Aceh Jaya 2.000 hektar, Aceh Timur 1.000 hektar dan Aceh Selatan 1.000 hektar.
Dari sembilan daerah yang mengajukan permohonan replanting/PSR kepada Dirjenbun tahun ini, sebut Cut Huzaimah, sampai posisi Nopember 2021 ini, ada delapan daerah yang usulan prosesnya sudah diverifikasi Dirjenbun.
Tapi kapan dana usulan replantingnya bisa dicairkan, Pihaknya belum menerima laporannya dari masing-masing daerah.
“Info terakhir yang kita peroleh, baru dari Aceh Timur yang sudah melaporkan mencairkan dana replanting/PSR nya, itu pun barus sebagian kelompok taninya senilai Rp 99 Juta,” ujar Cut Huzaimah.(*)
Baca juga: VIDEO Bocah Iseng Check Out Belanja Online COD, Keluarga Syok Ada 34 Paket, Tagihan Rp 3 Jutaan