113 Tahun Meninggalnya Tjoet Njak Dhien
Mersah Paloh, Tempat Tjoet Njak Dhien tak Lagi Jadi Tempat Ibadah karena Bangunan Lapuk dan Bocor
"Kondisi bangunan tidak memungkinkan lagi difungsikan sebagai mersah seperti sebelumnya. Tiang bangunan rapuh, atap bocor, dan bahkan beberapa bagian
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Mursal Ismail
Kampung Celala berada pada lintasan Takengon-Nagan Raya, berbatasan dengan Beutong Ateuh.
Dulu Mersah Paloh adalah tempat singgah bagi para pelintas yang datang dari Nagan Raya atau sebaliknya dari Aceh Tengah.
"Letaknya persis di tengah-tengah, para pelintas dulu kan jalan kaki, tiba di Mersah Paloh biasanya sore menjelang malam baik yang datang dari Nagan maupun dari Angkop," cerita Reje Kampung Celala Awaluddin.
Bangunan Mersah Paloh masih seperti sedia kala, belum pernah direnovasi atau diperbaiki.
"Sejak dulu bangunannya begitu," ujar Reje Awaluddin.
Ia mengharapkan Pemerintah turun tangan memperbaiki kondisi rumah bersejarah itu.
"Ini salah satu tempat bersejarah. Karena Tjoet Njak Dhien pernah tinggal di rumah ini," katanya.
Selain rumah, menurut Awaluddin ada beberapa peninggalan lain dalam bentuk lumbung padi atau "keben" tapi sudah dirubuhkan semua akibat pembangunan.
Diceritakan dalam buku
Kisah tinggalnya Tjoet Njak Dhien dan pasukannya di Mersah Paloh Celala diceritakan dalam buku "Perang Gayo Alas Melawan Kolonialis Belanda" ditulis oleh MH Gayo, diterbitkan PN Balai Pustaka 1982.
Selama di Celala, tulis MH Gayo, juga mendapat pengawalan kuat dari pejuang-pejuang Gayo.
Tjoet Njak Dhien pasukannya meninggalkan Celala pada pertehan tahun 1901 menuju Beutong.
Keberangkatan Tjoet Njak Dhien diantar dan dikawal pejuang-pejuang Gayo.
Pada 4 November 1905 Tjoet Njak Dhien ditangkap Belanda atas "bocoran" dari Pang Laot, salah seorang panglima pasukan Tjoet Njak Dhien.
Pang Laot merasa kasihan karena alasan kesehatan Tjoet Njak Dhien yang makin memburuk.
Seperti tertera dalam catatan sejarah, Belanda kemudian membuang Tjoet Njak Dhien ke Batavia pada 1906.
Kemudian ditempatkan di Sumedang, Jawa Barat hingga ia meninggal dunia pada 6 November 1908 yang tahun ini genap 113 tahun. (*)