Harga Kopi Mulai Membaik

Harga kopi arabika gayo yang ketika di awal-awal pandemi Covid-19 sempat anjlok cukup dalam, saat ini mulai kembali membaik

Editor: bakri
SERAMBI/MAWADDATUL HUSNA
Plt Bupati Bener Meriah, Dailami, berkunjung ke Kantor Harian Serambi Indonesia, Rabu (3/11/2021). 

BANDA ACEH - Harga kopi arabika gayo yang ketika di awal-awal pandemi Covid-19 sempat anjlok cukup dalam, saat ini mulai kembali membaik. Saat ini, harga jual biji kopi sudah mencapai 14.000/bambu dan green bean Rp 75.000/kg.

Mulai membaiknya harga kopi ini disampaikan langsung oleh Plt Bupati Bener Meriah, Dailami, saat berkunjung ke Kantor Harian Serambi Indonesia di Desa Meunasah Manyang, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Rabu (3/11/2021).

Kunjungan itu diterima langsung oleh Pemimpin Perusahaan Serambi Indonesia, Mohd Din, News Manager, Bukhari M Ali, Manager Iklan, Hari Teguh Patria, Manajer EO dan Promosi, M Jafar, dan Manajer Sirkulasi, Saiful Bahry.

Dailami menyebutkan, pada tahun pertama pandemi Covid-19, harga kopi di Bener Meriah sempat anjlok ke Rp 5.000-7.000 per bambu. Hal itu terjadi karena buyer-buyer dari luar negeri tidak bisa mengakses ke Bener Meriah atau Aceh Tengah.

“Tahun kemarin kopi kita kalau di glondongan Rp 5.000- Rp 7.000 per bambu. Kemudian lambat laun, covid sudah mulai bersahabat dengan manusia, dan tahun ini harga kopi menjadi Rp 14.000 per bambu. Kalau green bean-nya itu yang kita ekspor hampir Rp 75.000 per kilogram, sebelumnya hanya Rp 45.000 per kilogram,” sebut Dailami.

Ia menyampaikan untuk mengatasi dampak covid pada petani kopi di awal-awal pandemi, pihaknya mengadakan resi gudang untuk menampung kopi dari para petani dengan harga 70 persen dari harga standar.

“Itu yang kita lakukan karena kopi ini sudah tidak ada harganya, dan kemudian terlambat berangkatnya. Maka kita adakan resi gudang. Kemudian ada koperasi-koperasi di Bener Meriah dan kita lakukan kerja sama juga. Kita undang juga Menteri Koperasi untuk membiayai koperasi yang ada di Bener Meriah,” sebutnya.

Namun dikatakan Dailami, efek daripada Covid-19 ini sebenarnya untuk Bener Meriah secara ekonomi tidak begitu besar, karena disana selain kopi juga ada palawija, sayur mayur, kentang, kol, dan lainnya. Ia juga menyampaikan, terkait penambahan lahan secara massal, itu akan sulit dilakukan karena terbentur dengan hutan lindung. Di Bener Meriah 30 persen kopi masih berada di kawasan hutan lindung.

“Tapi sekarang yang sudah dikeluarkan oleh Kementerian ada hutan adat, hutan sosial, yang tidak ada kayu-kayu besarnya bisa ditanam kopi. Itu untuk penambahan lahan dan itu diperkirakan per tahunnya bisa bertambah 200-300 hektar di semua wilayah,” sebutnya.(una)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved