Luar Negeri

Kisah Pilu Gadis 9 Tahun di Afghanistan, Terpaksa Dijual Sang Ayah untuk Memberi Makan Keluarga

Seorang ayah di Afghanistan mengaku putus asa dan terpaksa menjual putrinya yang berusia 9 tahun untuk membeli makanan bagi keluarganya.

Editor: Faisal Zamzami
CNN via NZHERALD
Tangkap layar Ayah dari Parwana Malik menyerahkan putrinya yang berusia 9 tahun untuk membeli makanan bagi keluarganya di Afghanistan. 

SERAMBINEWS.COM, KABUL - Seorang ayah di Afghanistan mengaku putus asa dan terpaksa menjual putrinya yang berusia 9 tahun untuk membeli makanan bagi keluarganya.

Melansir Newsweek pada Rabu (3/11/2021) Parwana Malik dijual dengan harga sekitar 2.200 dollar AS (Rp 31 juta) kepada seorang pria yang mengaku berusia 55 tahun.

Kepada CNN, Malik mengatakan khawatir "lelaki tua" yang membelinya akan memukuli dan memaksanya melakukan pekerjaan kasar di rumah.

Orang tua Malik mengatakan mereka tidak punya pilihan lain selain menjual putri mereka.

Ketika ekonomi negara mereka runtuh di tengah pengambilalihan Taliban, keluarganya menjadi tidak mampu membeli kebutuhan apa pun termasuk makanan.

Keluarga Malik telah tinggal di kamp pengungsian Afghanistan di provinsi Badghis barat laut selama empat tahun terakhir.

Mereka bertahan hidup dengan bantuan kemanusiaan dan pekerjaan kecil untuk menghasilkan cukup uang yang menyediakan makanan bagi keluarga.

Kakak Malik yang berusia 12 tahun sudah dijual kepada seorang pria beberapa bulan sebelum membantu membayar kebutuhan dasar.

Dalam rekaman yang diambil oleh CNN saat Malik diperkenalkan kepada pria itu, gadis kecil itu tampak menolak dan menangis.

Ayahnya mengatakan kepada pria itu untuk "tolong jaga dia" dan memohon padanya untuk tidak memukulnya.

 
Tapi pria itu mengatakan dia tidak membeli Malik sebagai pengantin, melainkan untuk diurus oleh istrinya sendiri sebagai salah satu anak mereka.

"Dia akan bekerja di rumah saya. Saya tidak akan memukulnya. Saya akan memperlakukannya seperti anggota keluarga. Saya akan bersikap baik," klaim pria itu kepada CNN.

Baca juga: Resmi! Taliban Larang Penggunaan Mata Uang Asing di Afghanistan

Baca juga: Dua Ledakan Disertai Tembakan Guncang Afghanistan, 19 Warga Tewas dan Puluhan Luka-luka 

Setelah Taliban secara resmi mengambil alih Afghanistan pada 15 Agustus, keluarga Malik bersama dengan mayoritas warga Afghanistan merasa situasi mereka memburuk.

Ekonomi runtuh beserta kehidupan normal mereka sehari-hari.

"Hari demi hari, jumlah keluarga yang menjual anak-anak mereka semakin meningkat," kata aktivis hak asasi manusia Mohammad Naiem Nazem kepada CNN.

"Kurangnya makanan, kurangnya pekerjaan, membuat keluarga merasa mereka harus melakukan ini."

Ayah Malik, Abdul Malik, mengatakan dia mencoba segalanya untuk menghasilkan uang sehingga dia tidak harus menjual putrinya.

Kepada CNN, dia mengaku telah melakukan perjalanan ke kota lain untuk mencari pekerjaan tetapi tidak berhasil. Dia juga mengatakan meminjam uang dari kerabat dan istrinya bahkan meminta makanan di sekitar kamp.

"Kami memiliki delapan anggota keluarga," kata Abdul kepada CNN. "Saya harus menjual Malik untuk menjaga anggota keluarga lainnya tetap hidup."

Malik mengatakan kepada CNN bahwa dia berharap bisa menjadi seorang guru dan tidak ingin melepaskan pendidikannya.

Dia juga mengatakan sudah berusaha untuk mengubah pikiran orang tuanya tetapi tidak bisa.

 
Dengan menjual putrinya, Abdul menerima domba, tanah, dan uang tunai senilai sekitar 2.200 dollar AS (Rp 31 juta).

Meskipun ilegal di Afghanistan untuk menikahi anak di bawah usia 15 tahun, itu masih merupakan praktik umum, terutama di daerah pedesaan.

Dengan kelaparan nasional dan kemiskinan di dalam negeri, banyak orang tua menemukan diri mereka dalam situasi yang sama dengan Abdul.

Dengan seorang istri, tiga putri lagi, dan seorang putra di rumah, Abdul menyadari kenyataan pahit bahwa 2.200 dollar AS yang diterima setelah menjual hanya akan mencukupi kebutuhan keluarganya untuk waktu yang singkat.

“Seperti yang saya lihat, kita tidak memiliki masa depan—masa depan kita hancur,” katanya kepada CNN.

"Saya harus menjual anak perempuan lagi jika situasi keuangan saya tidak membaik—mungkin anak berusia 2 tahun."

Baca juga: AJI Bireuen Gelar Nonton Bareng Film A Thousand Cuts

Baca juga: Nilai Eskpor Komoditi Nonmigas Aceh Capai Rp 4,6 Triliun, Naik Sebesar 44,19 Persen

Baca juga: Presiden Iran Bersumpah Tidak Mundur dari Perundingan Nuklir, AS Harus Cabut Sanksi Tak Manusiawi

Kompas: Kisah Tragis Gadis 9 Tahun Afghanistan Dijual Ayahnya untuk Memberi Makan Keluarga.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved