Berita Aceh Tengah
BPCB Aceh Surati Kadis Dikbud Aceh Tengah, Hentikan Proyek Situ Mendale, Tunggu Verifikasi Ahli
Kedua proyek fisik itu, yakni pada Situs Loyang Mendale dan Loyang Ujung Karang untuk menunggu hasil verifikasi dari Balai Pelestarian Cagar Budaya
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Mursal Ismail
Pengerjaan dilakukan sangat ceroboh dan serampangan sehingga berpotensi merusak situs cagar budaya.
Ketua Tim Peneliti Arkeologi Gayo Prasejarah Ceruk Mendale Aceh Tengah, Dr Ketut Wiradnyana MSi, menangis saat menyaksikan gambar dan video yang memperlihatkan penimbunan dan penataan lokasi galian arkeologi Mendale yang terkesan ceroboh dan serampangan.
Pihaknya menyesalkan, sebab tindakan ceroboh tersebut bisa merusak areal galian dan menghilangkan jejak-jejak Gayo Prasejarah yang tersimpan di sana.
"Saya sedih, saya menangis. Tidak pernah saya menangis seperti ini. Sangat ceroboh, saat melihat rekaman video dan kiriman gambar dari Takengon dari lokasi galian Ceruk Mendale.
Mereka tidak mengerti apa yang mereka lakukan," ujar Dr Ketut Wiradnyana, Sabtu (13/11/2021).
Penataan kawasan Ceruk Mendale yang dilakukan oleh Pemkab Aceh Tengah, menurut Ketut Wiradnyana tidak bisa dilakukan secara serampangan.
"Seharusnya konsultasikan dulu dengan kita. Tapi saya heran, tidak ada konsultasi sama sekali, padahal kita baru saja bertemu di acara di Brastagi yang juga dihadiri Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Tengah.
Sama sekali tidak pernah disinggung soal penataan yang bersinggungan dengan areal galian arkeologi itu," lanjut Ketut Wiradnyana.
"Agar Pemkab Aceh Tengah menghentikan kegiatan penataan tersebut, sampai dilakukan perencanaan yang matang yang tidak merusak atau menghilangkan temuan Ceruk Mendale," ujarnya.
Ketut Wiradnyana yang juga Kepala Balai Arkeologi Sumatera Utara melakukan penggalian dan penelitian arkeologi di Ceruk Mendale, Ceruk Ujung Karang, Peteri Pukes, Muslimin, dan lain-lain selama 10 tahun.
Mereka berhasil menemukan kerangka dan benda-benda tinggalan dari prasejarah.
Dari hasil uji karbon tinggalan-tibggalan prasejarah itu berusia 8.400 tahun Sebelum Masehi (SM).
"Itu hasil penelitian panjang dan sangat penting artinya dalam arkeologi.
Yang kita temukan ini mengungkap jejak-jejak masa Gayo prasejarah. Penting dan besar sekali maknanya dalam dunia ilmu pengetahuan," tukas Ketut Wiradnyana.
Lubang-lubang galian menurut Ketut, juga memilik arti besar dalam aktivitas dan ilmu arkeologi.