Berita Pidie
Menguak Kisah Toke Tawi, Sosok Saudagar Berlebel Internasional dari Pidie, Begini Penuturan Tuha Nu
Toke Tawi adalah saudagar Aceh yang telah menancapkan kaki bisnisnya di level internasional pada masa kolonial Belanda hingga awal kemerdekaan.
Penulis: Idris Ismail | Editor: Saifullah
Laporan Idris Ismail I Pidie
SERAMBINEWS.COM, SIGLI - Sepanjang mata memandang, rumah panggung berkonstruksi kayu ala arsitek masa penjajahan Belanda masih berdiri kokoh di tengah permukiman warga di Gampong Meunasah Ulee Tutue Raya Kemukiman Gampong Aree, Kecamatan Delima, Pidie, Kamis (18/11/2021).
Meski papan telah lapuk dan luruh dimakan usia, namun 'tongkrongan' rumah megah yang diperkirakan sudah berumur satu abad lebih itu, masih kentara.
Ya, bangunan ini masih kokoh berdiri lewat sokongan tiang penyangga balok ukuran sekitar 30x35 centimeter yang berada persis pada lahan 20x25 meter persegi.
Di tengah bangunan mewah permukiman warga, rumah 'renta' milik Toke Tawi ini ternyata menjadi perhatian dalam balutan 'memori' bagi segenap masyarakat setempat.
Namun siapa sangka sang pemilik rumah mewah dan megah di era masa penjajahan Belanda dan Jepang itu menyimpan misteri yang belum terkuak secara mendetail.
Hanya kini rekan sejawat anak kandung Toke Tawi yaitu Toke Basyah (108), Tgl H Muhammad Nur (93), atau lebih kerap disapa warga Tuha Nu menjadi sedikit rujukan sejarah TokeTawi, saudagar asal Kemukiman Gampong Aree itu.
Baca juga: Melihat Rumah Toke Tawi, Jejak Saudagar Internasional di Gampong Aree, Pidie

Sejenak, Tuha Nu kepada Serambinews.com, Kamis (18/11/2021), menuturkan bahwa Toke Tawi adalah pemilik Firma Haji Tawi & Son.
Toke Tawi adalah saudagar Aceh yang jauh-jauh hari telah menancapkan kaki bisnisnya di level internasional pada masa kolonial Belanda hingga awal kemerdekaan.
Pada era kolonial Belanda dan Jepang, Firma Haji Tawi & Son menjalankan bisnis ekspor impor serta mengirimkan komoditi Aceh ke luar negeri via Pulau Pinang dan Singapura serta memasukkan sejumlah hasil indistri dari luar negeri ke Aceh.
"Toke Tawi itu pembinis ulung, terutama dalam berbagai bidang ekspor serta berbagai jenis kain di negeri jiran, Malaysia (Pinang), Singapore, dan Thailand," sebutnya.
Gampong Aree, khususnya Meunasah Ulee Tutue Raya adalah produsen saudagar pada era Belanda dan Jepang.
Selain Firma Haji Tawi & Son, terdapat beberapa perusahaan lain yang masyhur pada masanya, seperti NV Permai, Puspa, Permata, dan Firma Jacob Kasem.
Baca juga: 4 Bupati Bahas Misteri 400 Kg Emas Saudagar Aceh yang Dipinjam Soekarno, Kirim Utusan Temui Jokowi
Era masa penjahana Belanja dan Jepang, Toke Tawi telah merintis bisnis, terutama pedagangan kain, yaitu mulai wol, sutra hingga kain tupah dari India.
Semua kain tersebut diposkan di Penang, Malaysia sehingga banyak pedagang dan orang Aceh yang memiliki nilai strata sosial tinggi atau pedagang hilir mudik ke Penang, Malaysia.
Seiring perjalanan waktu, Toke Tawi melanjutkan 'kerajaan' bisnis itu kepada anak kandungnya, Toke Basyah.
Ditangan 'dingin' anak Toke Tawi itu, bisnisnya terus berkembang hingga membuka cabang ke Palembang, Padang, Sumatera Barat, Medan, hingga Banda Aceh.
"Toke Basyah juga telah almarhum di Jakarta dan kini hanya tersisa anak Toke Tawi, Irawati yang berada di Medan dengan usaha bisnis susu milo, termasuk milo dari Malaysia,"tutur Tuha Nu seraya mengenang masa lalu.
Nah, sebagai kenangan akhir dalam catatan sejarah, Toke Tawi membangun rumah megah di Gampong Meunasah Ulee Tutue Raya.
Baca juga: Iwan Gayo Buru 400 Kg Emas yang Dipinjam Soekarno dari Saudagar Aceh, Ini Bukti Cek Dikeluarkan BNI
Pada Gampong Aree inilah sebagai pusat kenangan atas kejayaan 'Kerajaan' bisnis tempo silam.
Sayangnya rumah megah ini tidak ditempati oleh para cucu dan cicit Toke Tawi.
Meski begitu, rumah tersebut menjadi bukti sejarah konkret atas kesuksesan 'dinasti bisnis TokeTawi yang telah melegenda.
"Hingga kini generasi Gampong Aree dan Reubee masih memiliki kelanjutan generasi pebisnis, baik dalam skala kecil maupun sedang, dan besar yang berada di berbagai penjuru nasional, Asia maupun Eropa," pungkas Tuha Nu mengenang kisah Toke Tawi.(*)