Breaking News

Konservasi

Pak Bitel, Peraih Kalpataru dari Simeulue, Punya Cara Unik dalam Pembibitan Bakau

Penanaman bakau yang dilakukan Pak Bitel berhasil memulihkan hutan mangrove di pesisir Simeulue dan memberi manfaat yang besar bagi lingkungan.

Penulis: Taufik Hidayat | Editor: Taufik Hidayat
Pak Bitel, Peraih Kalpataru dari Simeulue, Punya Cara Unik dalam Pembibitan Bakau - suhermiadi-bitel-terima-kalpataru.jpg
hand over dokumen pribadi
Suhermiadi Bitel (kanan) saat menerima Kalpataru di Kantor DLHK Aceh, Selasa (23/11/2021)
Pak Bitel, Peraih Kalpataru dari Simeulue, Punya Cara Unik dalam Pembibitan Bakau - bitel.jpg
hand over dokumen pribadi
Suhermiadi Bitel memperlihatkan bibit bakau yang menggunakan media tanam pelepah rumbia sebagai pengganti polybag.

Laporan Taufik | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Seorang pejuang lingkungan dari Kabupaten Simeulue bernama Suhermiadi Bitel, meraih penghargaan Kalpataru atas jasanya menyelamatkan kawasan pesisir yang mencakup 12 desa di Pulau Simeulue.

Penghargaan itu diserahkan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, melalui pejabat Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Aceh kepada Pak Bitel, Selasa (23/11/2021) di Banda Aceh.

Penghargaan Kalpataru untuk kategori Penyelamat Lingkungan ini diberikan kepada Pak Bitel dan Komunitas Peduli Laut Simeulue (Kompilasi) karena dinilai berhasil mengembalikan kawasan hutan mangrove seluas 20 hektare, dengan melakukan penanaman bakau dan kelapa sejak empat tahun lalu.

Kepada Serambinews.com, Pak Bitel mengatakan, sejak tahun 2017, ia bersama empat rekannya yakni Irma, Taufik, Afrian Amin dan Said Vazri, mulai menanam bakau dan jenis tanaman mangrove lainnya di kawasan Teluk Sinabang, yang kehilangan fungsi hutannya sejak Tsunami Aceh tahun 2004, dan perambahan oleh warga setempat. Sehingga kawasan itu rawan abrasi dan angin kencang.

Setiap hari, mereka menanam sedikitnya 20 batang bakau. Saat itu, kebanyakan warga mencemoohnya, bahkan mencabuti bibit bakau yang ditanam karena dianggap mengganggu areal tambat perahu nelayan. Tapi Pak Bitel tak peduli. Ia dengan sabar mengganti tanaman yang dicabut/dirusak warga, sambil terus memperluas areal penanaman.

Setelah beberapa tahun aktivitas itu ia lakukan bersama komunitasnya, jumlah pohon bakau yang ditanam sudah lebih dari 50 ribu batang. Kawasan yang dulu kritis pun kini kembali hijau. Ancaman abrasi dan terpaan angin kencang mulai berkurang. Sedikit demi sedikit, ekosistem mangrove di kawasan itu pun pulih.

Warga yang dulu mencemoohnya, kini mulai sadar bahwa apa yang dilakukan Pak Bitel ternyata memberi manfaat yang besar bagi ekosistem laut dan lingkungan di sekitarnya. Mereka pun kemudian ikut membantu penanaman, melanjutkan apa yang telah dirintis Pak Bitel empat tahun lalu.

“Karena laut adalah masa depan bagi anak-cucu kita. Khususnya bagi warga Simeulue yang mayoritas menggantungkan hidup pada hasil laut,” kata Pak Bitel dengan penuh keyakinan.  

Baca juga: Upaya Konservasi Perairan Menunjukkan Hasil, Nelayan Butuh Inovasi Alat Tangkap Ramah Lingkungan

Pelepah Rumbia Pengganti Media Tanam

Selain aktif menanam, Pak Bitel juga sering terlibat dalam kegiatan membersihkan lingkungan di wilayahnya, dan ia punya kepedulian tinggi terhadap isu sampah, khususnya sampah plastik. Karena itu ia pun berusaha tidak menggunakan polybag dalam metode pembibitan bakau. Tapi menggunakan pelepah rumbia bahkan batu karang sebagai pengganti wadah media tanamnya.

Pak Bitel mengungkapkan, bibit bakau yang biasa ia tanam, didapat dari alam dengan cara mengambil anakan bakau. Bibit tersebut kemudian ia bawa pulang untuk dibesarkan hingga layak tanam.

Biasanya, bibit tanaman dibesarkan di dalam polybag berisi tanah. Tapi berbeda dengan Pak Bitel. Ia menggunakan pelepah rumbia bahkan batu karang sebagai media tanam, untuk menghindari penggunaan polybag yang menurutnya akan menambah persoalan dalam menangani sampah plastik.

Dalam menggunakan pelepah rumbia sebagai pengganti media tanam, pelepah yang sudah kering dipotong-potong kemudian dilubangi dan memasukkan bagian pangkal/akar tanaman ke dalam lubang.  “Cara seperti ini sama sekali tidak menggunakan tanah, karena akar tanaman akan tumbuh di dalam pelepah. Hanya perlu disiram secara rutin,” ungkap Pak Bitel.

Pada saat hendak ditanam, bibit bakau bisa langsung ditanam bersama pelepah rumbia tersebut, tanpa harus dilepas seperti ketika menggunakan polybag.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved