Jurnalisme warga
Menjadi Penulis Bersama FAMe
KAMPUS tempat saya kuliah, Universitas Bina Bangsa Getsempena (UBBG) Banda Aceh, merupakan salah satu kampus cukup banyak mahasiswanya

OLEH INTAN MAKFIRAH, alumnus Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh, melaporkan dari Banda Aceh
KAMPUS tempat saya kuliah, Universitas Bina Bangsa Getsempena (UBBG) Banda Aceh, merupakan salah satu kampus cukup banyak mahasiswanya yang berminat untuk menulis.
Hal itu dapat dilihat dari beberapa artikel para mahasiswa yang telah dipublikasi di media cetak di Aceh, terutama di Harian Serambi Indonesia.
Begitu pula dengan saya, sejak duduk di bangku SMP saya sudah gemar menulis.
Namun, dulu menulis hanya menjadi hobi bagi saya yang tersalurkan lewat goresan tinta ke dalam buku tulis atau kertas yang kemudian dipajang di majalah dinding (mading) sekolah.
Hanya sebatas itu. Begitu masuk kuliah, saya mulai tahu berbagai media yang bisa menampung dan memublikasi tulisan saya.
Hal itu membuat saya lebih semangat dan antusias untuk lebih mendalami dunia kepenulisan.
Berkat hal itu pula, saya mulai mengirim tulisan saya dengan berbagai judul ke media cetak, mengetahui tulisan saya dipublikasi, membuat saya sangat gembira dan bangga, terlebih respons baik terus saya dapatkan di kampus begitu tulisan saya mulai dimuat.
Hingga beberapa waktu lalu, Tim Forum Aceh Menulis (FAMe) mendatangi UBBG untuk mengajak bekerja sama sebagai upaya melatih para mahasiswa yang gemar menulis.
Forum ini merupakan wadah yang menampung dan memfasilitasi semua orang yang tertarik pada dunia tulismenulis untuk mendalami dan mempelajarinya secara bersama- sama.
Mereka juga menghadirkan orang-orang hebat yang pastinya ahli di bidang literasi sebagai pemateri.
Hal ini tentunya akan menambah ilmu dan informasi peserta didik seputar dunia menulis. Tentu saja hal ini direspons dengan sangat positif oleh Rektor UBBG, Ibu Dr Lili Kasmini MSi.
Beliau langsung menyetujuinya. Kegiatan awal FAMe di UBBG pun dibuka resmi oleh Bu Rektor pada 22 November 2021.
Kelas menulis perdana ini mengusung tema “Jadilah Penulis Milenial yang Produktif dan Inspiratif” dengan pemateri Yarmen Dinamika selaku Pembina FAMe sekaligus wartawan.
Narasumber kedua adalah Ayu ‘Ulya selaku Koordinator Perempuan Peduli Leuser yang juga Pegiat FAMe.
Saya turut menghadiri kegiatan ini dengan antusias.
Tak hanya saya, seratusan mahasiswa UBBG lainnya juga turut hadir dan tekun menyimak.
Baca juga: Belajar Merangkai Kata dan Mencerap Motivasi Menulis
Pak Yarmen dalam presentasinya menyebutkan bahwa penulis yang hebat adalah pembaca yang lahap serta tahan untuk terus tumbuh.
“Membaca untuk mencari tahu dan menulis untuk memberi tahu.
Baca juga: Forum Mahasiswa Aceh Dunia Gelar Menulis Cerdas Era 4.0 Secara Virtual
Kedudukan si pemberi tahu lebih mulia,” tambahnya. Beliau sangat mengapresiasi para mahasiswa yang tekun mengikuti kelas menulis bersama FAMe.
Masih segar pula di ingatan saya ungkapan beliau bahwa, “Untuk menjadi seorang penulis tak perlu bakat.
Baca juga: Universitas BBG Banda Aceh Bekerja Sama dengan FAMe Latih 100 Mahasiswa Menulis
Menulis bukanlah bakat, melainkan kemauan yang terus diasah dan mendapat apresiasi.”
Ia berlogika, kalau menulis itu bakat, maka seseorang baru tergerak menjadi penulis jika ayah atau ibunya, demikian pula kakek atau neneknya adalah seorang penulis.
Padahal, jika ada seseorang yang belum mampu menulis, lalu ia memiliki kemauan dan minat besar untuk belajar menulis, maka dialah yang akan menjadi penulis yang sesungguhnya.
Baca juga: Mahasantri Juara Lomba Menulis di Ma’had Aly Babussalam Terima Hadiah Kitab Tgk Syiah Kuala
Kalimat tersebut sangat memotivasi dan menenteramkan hati, membuat jiwa-jiwa calon penulis menjadi bergejolak untuk berusaha agar mampu meraih impiannya menjadi penulis yang andal.
Seusai penyampaian materi Pak Yarmen, giliran Kak Ayu ‘Ulya presentasi.
Perempuan hebat ini benar-benar memotivasi saya.
Kak Ayu yang kini ahli menulis masih saja mengaku bahwa ia harus mempelajari cara-cara menulis dari bawah terlebih dahulu.
Beliau menceritakan pengalaman yang tadinya sama sekali tak tahu-menahu mengenai dunia kepenulisan sampai akhirnya memiliki banyak karya yang telah terpublikasi.
Baca juga: Mahasiswa USK & Siswi di Lhokseumawe Juara I Lomba Menulis Artikel Ilmiah Se-Aceh, Ini Para Pemenang
Saya juga masih ingat saat Kak Ayu memperlihatkan foto awal mula ia bergabung bersama FAMe, tampak seperti orang bingung.
Itu karena menulis itu tak mudah. Lalu ia tayangkan melalui infocus foto seorang anak kecil yang berjalan sendirian.
Ia mengibaratkan dirinya bagai seorang anak kecil itu, yang berjalan sendirian tanpa tahu arah.
Hal ini diartikan sebagai Kak Ayu yang saat itu masih awam terhadap dunia kepenulisan.
Baca juga: Puluhan Mahasiswa Unimal Ikut Pelatihan Menulis Siaran Pers
Ceritanya berlanjut dengan kembali menayangkan gambar.
Kali ini gambar yang diperlihatkan adalah sekumpulan orang yang tengah jalan bersama.
Kak Ayu kembali menggambarkan dirinya bagai orangorang yang terdapat di dalam gambar tersebut.
Dia yang tadinya seorang diri dan tak mampu memahami sendiri tentang kiat-kiat menulis, setelah bergabung dengan FAMe dan belajar bersama, membuat ia menjadi lebih tahu arah dan proses untuk menjadi penulis.
Sebelum pemaparannya, Kak Ayu lebih dulu bertanya kepada peserta mengenai apa yang terlintas di pikiran mereka tentang gambar tersebut.
Para mahasiswa sangat antusias menjawab.
Untuk yang menjawab benar, Kak Ayu memberikan buku sebagai hadiah.
Hal ini menambah kemeriahan acara. Setelah itu, Kak Ayu kembali dengan materinya mengenai dunia kepenulisan.
Kelas FAMe nantinya akan dilaksanakan setiap hari Rabu pukul 08.00 WIB di Aula Mini UBBG.
Alhamdulillah, sudah berjalan dua minggu.
Narasumber berikutnya adalah Kak Ihan Nurdin, pegiat FAMe yang kini Pemred AcehTrend.
Presentasinya tentang Teknik Menulis Berita juga sangat diminati peserta.
Ke depannya, kegiatan ini akan diisi dengan materi-materi dalam dunia kepenulisan yang berbeda di setiap minggunya.
Pematerinya pun orangorang yang berbeda pula yang tentunya ahli di bidang literasi.
Para peserta yang mengikuti kelas FAMe adalah para anggota UKM Jurnalistik yang memang sebagian besar tertarik pada dunia kepenulisan.
Tak hanya para anggota UKM, para mahasiswa lainnya yang senang menulis juga turut serta bergabung bersama kelas FAMe di UBBG.
Tidak ada paksaan dalam kegiatan ini.
Para peserta adalah orang-orang yang memang tertarik dan punya minat mendalami dunia kepenulisan, meski tak berbakat.
Kegiatan juga dilaksanakan di luar jam mata kuliah sehingga tidak mengganggu aktivitas perkuliahan para mahasiswa.
Para pemateri hebat yang mau mendedikasikan waktunya untuk kegiatan ini adalah orangorang luar biasa.
Bahkan guru FAMe adalah beberapa orang yang profesor dan puluhan magister.
Semua mereka rela menyisihkan waktu di tengah padatnya rutinitas demi memberikan tambahan ilmu bagi para mahasiswa UBBG.
Mahasiswa UBBG tentu saja sangat beruntung bisa mendapatkan kesempatan ini, terlebih pihak FAMe sendiri yang akan mendatangi langsung ke UBBG.
Sebagai seorang yang sangat tertarik dengan dunia tulis- menulis, tentu hal ini menjadi keberuntungan tersendiri bagi saya.
Lewat FAMe, saya akan mendapatkan tambahan ilmu sekaligus mengetahui lebih lanjut arah penulisan saya.
Tak hanya itu, mungkin melalui kegiatan ini level tulisan saya bisa semakin bertambah.
Dengan menghadiri acara pembukaan ini saya semakin takjub dan kagum kepada para penulis yang kini menjadi pemateri ini.
Mereka adalah sosok- sosok inspiratif yang tentunya sangat memotivasi.
Seusai penyampaian materi, kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab antara peserta dengan pemateri.
Beberapa mahasiswa menyampaikan pertanyaan dijawab langsung oleh Pak Yarmen dan Kak Ayu.
Setelah itu, kegiatan ditutup dengan sesi foto bersama. Kelas FAMe, insyaallah akan menjadi kelas para calon penulis hebat dari Aceh di masa mendatang.
Baca juga: Hari Santri Nasional 2021, Tradisi Menulis Santri Aceh Harus Dibangkitkan Seperti Ulama Terdahulu