Luar Negeri

Mantan Kepala Intelijen Israel Akui Terlibat Pembunuhan Jenderal Iran Qassem Soleimani

Pembunuhan penting lainnya, kata dia, adalah pembunuhan terhadap pemimpin Jihad Islam, Baha Abu al-Ata.

Editor: Faisal Zamzami
En.shafaqna.com
Mayor Jenderal Qasem Soleimani, komandan Pasukan Quds, cabang Garda Revolusi Iran 

SERAMBINEWS.COM, TEL AVIV - Mantan kepala intelijen Israel mengungkap keterlibatan pihaknya dalam pembunuhan Komandan Pasukan Quds Garda Revolusi Iran Jenderal Qassem Soleimani.

Soleimani tewas dalam sebuah serangan drone Amerika Serikat (AS) di dekat Baghdad, Irak, pada 3 Januari 2020.

Mantan Kepala Intelijen Angkatan Pertahanan Israel (IDF) Mayor Jenderal Tamir Hayman mengatakan, pembunuhan Soleimani merupakan salah satu dari “dua pembunuhan yang signifikan dan penting” selama masa jabatannya.

Pembunuhan penting lainnya, kata dia, adalah pembunuhan terhadap pemimpin Jihad Islam, Baha Abu al-Ata.

Hal tersebut diungkapkan Hayman dalam wawancara dengan Pusat Warisan dan Peringatan Intelijen Israel pada bulan lalu, dikutip dari media Israel, Haaretz.

Hayman menyelesaikan masa jabatannya sebagai kepala intelijen IDF pada Oktober lalu.

“Pembunuhan Soleimani merupakan sebuah pencapaian, karena musuh utama kami, di mata saya, adalah orang-orang Iran.

Dua pembunuhan signifikan dan penting dapat dicatat pada masa jabatan saya,” ungkap Hayman.

Ia menambahkan, Israel telah melancarkan banyak operasi untuk mengganggu penyebaran senjata-senjata dan aliran dana Iran.

Baca juga: Putri Jenderal Qassem Soleimani Sebut Satu-satunya Jalan Melawan Israel adalah Intifada

Baca juga: Jelang Peringatan Meninggalnya Qassem Soleimani, AS & Iran Saling Tuduh Tingkatkan Aktivitas Militer

Menurut Haaretz, Soleimani terlibat dalam aktivitas militer Iran di banyak negara termasuk Irak, Afghanistan, dan negara-negara Kaukasus.

Dia juga dipandang sebagai salah satu orang yang paling dekat dengan pemimpin tertinggi Iran, Ali Khamenei.

Kabar tentang keterlibatan Israel dalam pembunuhan Soleimani sebenarnya sudah muncul beberapa hari setelah kejadian.

Mengutip NBC News, Haaretz melaporkan, informan-informan di bandara internasional Damaskus, Suriah memberikan informasi kepada badan intelijen AS, CIA, tentang kapan pesawat yang dinaiki Soleimani berangkat menuju Baghdad.

Sementara Israel mengonfirmasi informasi intelijen yang diberikan kepada CIA tersebut.

Pekan lalu, Axios melaporkan, mantan Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada wartawan Israel, Barak Ravid, bahwa dia kecewa dengan Israel.

Pasalnya, Trump berharap Israel akan terlibat lebih aktif dalam serangan tersebut.

“Israel tidak melakukan hal yang benar,” kata Trump kepada Ravid.

Putri Jenderal Qassem Soleimani Sebut Satu-satunya Jalan Melawan Israel adalah Intifada

Putri mantan Komandan Brigade Al Quds Iran, Letjen Qassem Soleimani (almarhum) mengatakan, intifada adalah cara penyelesaian Palestina.

Zeinab Soleimani menolak metode perundingan sebagai usaha membebaskan Palestina dari pendudukan Israel.

“Menurut pendapat saya, ada dua solusi untuk rakyat Palestina; pertama adalah intifada dan perlawanan terhadap penindasan Israel,” kata Zeinab dikutip kantor berita Fars News Agency (FNA).

Zeinab mengatakan pendapatnya lewat saluran berita televise al-Mayadeen. “Alhamdulillah, kami melihat orang-orang terus berdiri teguh melawan penindasan ini,” lanjutnya.

Zeinab Soleimani mengemukakan sikapnya atas krisis terbaru di Yerusalem Timur kepada al-Mayadeen berbahasa Arab akhir pekan lalu, bertepatan Hari Quds Internasional.

Dia menambahkan selain intifada, rakyat Palestina juga membutuhkan dukungan dari negara lain.

"Organisasi hak asasi manusia, organisasi internasional, dan negara lain tidak boleh diam dalam menghadapi penindasan ini dan mereka harus mendukung rakyat Palestina," imbuhnya.

Zeinab Soleimani juga menolak pembicaraan dan membuat konsesi kepada rezim Zionis sebagai cara untuk menyelesaikan masalah Palestina.

Menurutnya Palestina akan dibebaskan sekarang jika perundingan menghasilkan dampak positif.

 
Hari Quds Internasional adalah acara tahunan yang menentang pendudukan Israel di Beitul-Muqaddas atau Baitul Maqdis.

Unjuk rasa dan demonstrasi anti-Zionis diadakan pada Jumat terakhir Ramadhan di negara-negara Muslim dan Arab di seluruh dunia, khususnya di Iran, serta sejumlah besar negara non-Muslim.

Hari Quds Internasional diinisiasi almarhum pendiri Republik Islam, Imam Khomeini, pada 1979 sebagai cara untuk mengekspresikan solidaritas dengan Palestina.

Ia menggarisbawahi pentingnya kota suci atau Al Quds bagi umat Islam.

Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Ayatollah Seyed Ali Khamenei dalam pidato hari Quds menekankan Israel bukanlah negara, tetapi basis teroris terhadap rakyat Palestina dan negara-negara Muslim lainnya.

"Sejak hari pertama, Zionis mengubah Palestina yang dirampas menjadi basis teroris. Israel bukanlah sebuah negara, tetapi kamp teroris melawan bangsa Palestina dan negara Muslim lainnya," kata Ayatollah Khamenei.

"Memerangi rezim lalim ini adalah memerangi penindasan dan terorisme. Ini adalah tanggung jawab kolektif," tambah Khamenei.

Baca juga: Polres Gayo Lues Sediakan Door Prize Vaksin Covid-19, dari Sepeda Motor Sampai Cangkul\

Baca juga: Wanita Medan Dihujami 10 Tikaman dan Dirampok Teman Pria, Pelaku Bawa Kabur Mobil dan HP Korban

Baca juga: Diguyur Hujat Lebat, Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta Banjir Setinggi 40 Sentimeter, 30 Menit Surut

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved