Bumi yang Tak Pernah Diam
Memasuki bulan Desember 2021 kita dikejutkan dengan letusan gunung api Semeru, Sabtu, 4 Desember 2021

OLEH Ir. FAIZAL ADRIANSYAH, M. Si. , Geolog dan Kepala Pusat Latihan serta Pengembangan Kajian Hukum Administrasi Negara (Puslatbang KHAN) RI melaporkan dari Banda Aceh
Memasuki bulan Desember 2021 kita dikejutkan dengan letusan gunung api Semeru, Sabtu, 4 Desember 2021.
Gunung Semeru sebelumnya sudah beberapa kali erupsi.
Artinya, ancaman letusan kembali sangat memungkinkan dari gunung api aktif.
Hal ini mengingatkan kita untuk kembali menengok gunung api aktif yang ada di Aceh, yaitu Seulawah Agam, Peuet Sagoe, dan Burni Telong.
Belum selesai masalah Semeru, tiba-tiba terjadi gempa di Nusa Tenggara Timur (NTT) 14 Desember 2021.
Gempa di NTT seakan mengulang kembali peristiwa 29 tahun lalu, tepatnya pada 12 Desember 1992 terjadi gempa yang diikuti tsunami dengan ketinggian run-up diperkirakan 2-20 meter menghantam daratan hingga radius 500 meter.

Peristiwa itu menimbulkan korban jiwa diperkirakan 2.100 orang.
Mengapa di bumi tempat kita tinggal sering terjadi bencana seperti gempa, letusan gunung api, tsunami, tanah longsor yang terus berulang? Untuk menjawab hal tersebut, marilah kita mengenal secara dekat tempat kita hidup hari ini, yaitu Bumi.
Allah menciptakan alam semesta tidak untuk bermain-main atau bersenda gurau sebagaimana firman Allah dalam Surah Addukhan ayat 38, "Dan Kami tidak menciptakan langit dan Bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main.
" Penciptaan alam semesta ini sangat rumit, kompleks, tapi teratur dan serasi, karena itu Allah mengingatkan manusia bahwa penciptaan alam semesta jauh lebih dahsyat dari sekadar menciptakan manusia sebagaimana dalam Surah Alghaafir ayat 57, “Sesungguhnya penciptaan langit dan Bumi lebih besar daripada penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
” Berapa luaskah alam semesta ini? Para ilmuwan hanya menyatakan bahwa alam semesta ini sangat luas, tapi berapa luasnya tak sanggup diukur oleh manusia.
Di antara alam semesta ini terdapat sebuah planet unik bernama Bumi, orang sering menyebutnya “planet biru” karena keindahannya ketika dilihat dari angkasa luar.
Berapakah besar Bumi di antara alam semesta? Sebagai pembanding ukuran Bumi mari kita lihat besarnya planet tetangga Bumi, yaitu Yupiter.
Ternyata diameter Yupiter sebelas kali diameter bumi, volumenya 1.321 kali dari pada bumi kita dan bila dibanding dengan Matahari 1,2 juta kali lebih besar daripada Bumi.
Jadi, betapa kecilnya Bumi kita di seluruh alam semesta.
Tiada ucapan lain bagi orang beriman ketika mengetahui keberadaanya di tengah alam semesta selain ucapan “Allahu Akbar”.
Apakah bumi dan benda langit lainnya diam? Oh, tidak! Mereka semua bergerak dengan kecepatan fantastis.
Menurut para ilmuwan astrofisika, kecepatan Bumi mengelilingi Matahari 107.200 km/jam.
Mengapa kita diletakkan Allah di muka Bumi, di antara miliaran benda langit lainnya? Mengapa bukan di planet lain? Tentu ini rahasia Allah, hanya Allah Yang Mahatahu.
Namun, dalam Al-Qur’an Surah Al-Araf ayat 10 Allah telah menjelaskan bahwa kita ditetapkan di muka bumi dan Allah tidak membiarkan kita begitu saja, melainkan diberikannya fasilitas kehidupan mulai sumber daya alam yang berlimpah, oksigen, sinar matahari, iklim yang nyaman, dan berbagai kemudahan lainnya untuk keberlangsungan kehidupan.
Mari kita tengok tempat hidup kita yang bernama Bumi?
Seperti apa Bumi ini?
Para ilmuwan menyatakan bahwa Bumi yang bulat ini terdiri atas tiga bagian, yaitu kulit Bumi yang merupakan bagian luar tempat kita hidup sekarang, lalu selimut Bumi disebut juga mantel bumi, dan terakhir inti Bumi atau bagian tengah dari Bumi.
Sebagai ilustrasi lihatlah telur rebus terdiri atas kulit telur, putih telur, dan kuning telur, nah seperti itulah kira-kira Bumi kita.
Inti Bumi merupakan bagian bumi yang sangat panas, bisa mencapai 6.000 derajat Celsius tebalnya, sekitar 3.000 km.
Timbul pertanyaan, mengapa kita tidak merasakan panas di permukaan Bumi? Inilah anugerah Allah yang melindungi kita di permukaan Bumi dengan keberadaan mantel bumi yang sangat tebal sekitar 2.900 km, ditambah lagi permukaan bumi yang Allah sediakan air yang berlimpah, termasuk benua es yang besar di kutub utara dan selatan.
Itu sebabnya, kehidupan di muka bumi bisa beralangsung.
Tempat kita hidup dan tinggal saat ini adalah di lapisan Bumi terluar yang disebut lempeng Bumi.
Lempeng Bumi tebalnya antara 30-70 km, ini setipis kulit telur bila dibandingkan dengan besarnya Bumi.
Lempeng bumi ini ternyata tidak diam, dia terus bergerak satu sama lain.
Gerakan lempeng ini ada tiga jenis; ada yang saling menjauh, ada yang berselisihan; dan ada yang bertumbukan.
Nah, kita kepulauan Indonesia berada di lempeng yang bertumbukan, yaitu lempeng Eurasia, Lempeng Hindia Australia, dan Lempeng Pasifik.
Tumbukan ketiga lempeng ini telah dimulai jutaan tahun lalu.
Itulah yang melahirkan kepulauaan Indonesia dengan berbagai bentuk yang unik.
Jawa, memanjang diikuti dengan pecahan Bali, NTB, NTT; Kalimantan berbentuk bongkahan besar, Sulawesi seperti huruf K, demikian juga Maluku, sementara Irian seperti kepala burung.
Baca juga: BREAKING NEWS: Gempa Berkekuatan 7,5 Mag Guncang NTT, BMKG Keluarkan Peringatan Tsunami
Baca juga: Muspika Darussalam Aceh Besar Galang Dana di 29 Gampong untuk Korban Bencana Erupsi Gunung Semeru
Khusus Sumatra cukup unik konon dulu sejajar dengan pulau Jawa, tapi karena tekanan lempeng Hindia Australia yang sangat kuat menyebabkan Pulau Andalas ini bergeser ke barat laut sehingga di antara Sumatra dan Jawa muncul Gunung Krakatau.
Proses tumbukan ini juga menjadikan kawasan Indonesia kaya dengan sumber daya mineral, seperti emas, perak, tembaga, besi, dan mineral industri lainnya seperti pasir kuarsa, batu gamping, marmer, kaolin, gypsum sampai batu akik.
Di dalam perut bumi juga terbentuk sumber daya energi seperti batu bara, minyak, dan gas bumi serta potensi geotermal sebagai pembangkit listrik masa depan yang menjanjikan.
Di balik anugerah sumber daya alam yang berlimpah tersebut, kita juga harus menyadari bahwa kita memiliki potensi bencana alam.

Tumbukan lempeng Bumi ternyata juga memunculkan banyak aktivitas vulkanik sehingga Indonesia kaya dengan gunung api.
Ada sekitar 129 gunung berapi yang masih aktif di Indonesia atau sekitar 13 persen dari jumlah seluruh gunung berapi di dunia.
Gunung api ini berdiri sepanjang 7.000 kilometer dari Aceh hingga ke Sulawesi Utara, melewati Jawa, Nusa Tenggara, dan Maluku.
Dari 129 gunung api aktif di seluruh Indonesia itu, tiga di antaranya berada di Aceh, yaitu gunung api kelas A.
Gunung api kelas A adalah gunung api yang harus diwaspadai untuk meletus kembali.
Ketiga gunung api tersebut adalah Seulawah Agam di Aceh Besar, Peuet Sagoe di Pidie, dan Burni Telong di Bener Meriah.
Tumbukan lempeng juga berpotensi menimbulkan gempa tektonik, yaitu getaran lempeng-lempeng bumi.
Gempa tektonik ini dampaknya sangat luas dan kerusakan yang ditimbulkanya bersifat masif dan menghancurkan.
Karena gelombang gempa bergerak horizontal ke kanan dan kiri serta vertikal ke atas dan bawah, bayangkan seperti orang mencabut paku.
Maka makin lama gempa makin berbahaya.
Inilah yang terjadi pada 17 tahun lalu, tepatnya 26 Desember 2004.
Gempa Aceh yang diikuti tsunami adalah bencana alam terbesar dalam seratus tahun terakhir.
Kita berdoa semoga tidak pernah ada lagi bencana berskala dunia seperti bencana Aceh.
Baca juga: VIDEO Detik-detik Warga Panik Selamatkan Diri Pasca Gempa M 7,5 Guncang NTT
Baca juga: Satu Lagi Jenazah Korban Erupsi Gunung Semeru Ditemukan dengan Kondisi Luka Bakar
Baca juga: Ceramah Habib Bahar Sindir Jenderal Baliho Tak Turun ke Semeru, Pengacara Angkat Bicara