Kupi Beungoh
Bolehkah Mengucapkan Selamat Hari Raya Kepada Non Muslim?
Hukum mengucapkan selamat hari raya kepada agama lain di luar keyakinan kita dalam keimanan kita sebagai muslim itu tidak diperkenankan yaitu haram
Oleh: Zulhamdi Adnan*)
SERAMBINEWS.COM - Adanya segelintir argumentasi di kalangan masyarakat Muslim, yang mengatakan bahwa tidak ada dalil naqli baik itu dalil al- Qur’an maupun dalil Hadits, yang menyebutkan bahwa adanya pelarangan bagi umat Islam dalam mengucapkan selamat hari raya kepada orang-orang non muslim.
Malahan mereka berpendapat pelarangan tersebut merupakaan karang- karangan manusia yang intoleran saja, menyikapi hal tersebut penulis mencoba mengutip ceramah ustaz Adi Hidayat, Lc. M.A. untuk memberikan penjelasan terhadap permasalahan tersebut di atas.
Hukum mengucapkan selamat hari raya kepada agama lain di luar keyakinan kita dalam keimanan kita sebagai muslim itu tidak diperkenankan yaitu haram hukumnya.
Yang dalam ucapan selamat itu ada unsur pengakuan agama selain Islam itu adalah wilayah keyakinan iman kita, sebetulnya sama saja yang Non Muslim pun menyakini kepercayaan dia yang paling benar, dan itu merupakan keyakinan standar setiap pemeluk agama, dan itu sangat indah dalam Islam
“Laa Ikrahaa Fiddiin” tidak ada paksaan dalam agama, kita tidak boleh paksa orang tapi kitapun tidak boleh mengikutkan keyakinan kita kepada keyakinan orang lain, dan itu merupakan standar dalam berkeyakinan dalam beragama.
Sebagaimana firman Allah SWT. Dalam Surat Ali Imran (3): ayat 19 yang artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam…., Bisa dipahami bahwa yang dimaksud “Agama yang paling diridhai atau yang ditetapkan atau yang sangat dekat dengan Allah adalah Islam, maksudnya tidak ada agama yang lain yang ada di sisi Allah kecuali Islam.
Selanjutnya Firman Allah dalam surat Ali Imran (3): ayat 85 Artinya: “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi” bisa dipahami bawah siapa yang mencari selain Islam atau siapa yang mengakui selain Islam atau siapa yang menetapkan selain Islam, maka Allah tidak akan menerimanya.
Kita sebagai seorang muslim menyakini bahwa hanya agama Islam yang paling benar, seperti orang-orang non muslim yang meyakini bahwa kepercayaannya yang paling benar,
dan itu merupakan urusan masing-masing, dan keyakinan kita ini bukan hanya dikuatkan oleh ayat-ayat al-Qur’an tapi juga dijamin oleh Undang-Undang, jadi kalau kita mengatakan hanya Islam yang benar menurut kepercayaan kita itu UU menjaminnya, dasarnya adalah pancasila,
Sila yang pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, dalam memahami Ketuhanan yang maha esa, maka rumusannya lihat di UUD pasal 29 ayat 1 Negara berdasar atas Ketuhanan yang maha esa jadi konsep bernegara kita itu berdasarkan kepada ketuhanan yang maha esa,
jadi kalau kita menyakini hanya Allah tuhan yang maha esa maka keyakinan kita di jamin oleh Undang-Undang, dalam menjalankan keyakinan ini diatur dalam pasal 29 ayat 1 yang terjemahannya adalah pada pasal 29 ayat 2, yaitu Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk dan untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut kepercayaannya masing- masing, Innaddiina Indallahi Islam : sesungguhnya agama yang paling benar disisi Allah Adalah Islam, sebagaimana Hadis shahih muslim No. 8: Dari umar bin khattab r.a. ketika nabi Muhammad ditanya tentang Islam oleh malaikat jibril “Mal Islam” ?
Apa itu esensi Islam? Nabi menjawab yaitu syahadah, yaitu aku bersaksi bahwa Tidak ada tuhan selain Allah, dan aku bersaksi Muhammad adalah utusan Allah. dan berkomitment bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan yang layak disembah hanya Allah saja, dan merupakan pengakuan bahwa hanya Islam yang benar, dan agama yang lain tidak kita akui kebenarannya, ketika kita mengatakan yang demikian itu Undang-undang menjaminnya.
Karena setiap kita punya keyakinan dan keyakinan kita tersebut undang- undang yang menjaminnya.
Tidak ada keindahan aturan kecuali dalam al-Qur’an, bagaimana menyikapi masalah yang tidak sekeyakinan dengan kita adalah dalam surat Al-Baqarah (2) : 256 La Ikraha Fiddin Kad Tabayyan Rusydu minal ghair, kita menyakini bahwa Allah adalah tuhan yang benar, Islam adalah agama yang benar, tapi kita tidak boleh paksa orang pada keyakinan kita, enggak boleh kita paksa, kalau kita paksa orang supaya masuk Islam, itu tidak boleh, bahkan apabila orang masuk Islam dalam keadaan terpaksa,
maka kita termasuk orang berdosa, kita yang dosa, dalam Islam itu sangat indah, kita akui Islam yang benar, kita akui Allah tuhan yang haq tapi enggak boleh paksa orang pada wilayah keyakinan kita, bagaimana kemudian kita menerangkan nilai-nilai Islam, caranya dakwahi mereka sampaikan risalah, sampaikan keterangan maka turun qur’an surat ke 16 ayat 125 dimanhaj umumnya, “alau ada orang belum mengerti tentang Islam maka terangkan mereka, ajak mereka dengan hikmah toleransi yang paling baik adalah lakum diinukum waliyadin, kita tidak boleh saling menggangu,
inilah toleransi terbaik, jangan saling ganggu, adapun enggak usah ikut-ikutan kami, dan kami pun tidak harus ikut kalian, kamipun enggak ikut ke tempat ibadah anda, kamipun tidak harus menggunakan perangkat pakaian-pakaian yang anda kenakan, anda pakai punya anda kami pakai punya kami.
Kemudian dalam menyikapi permasalahan mengucapkan selamat hari raya kepada orang non muslim, adalah dengan menyampaikan pesan kemuliaan kepada saudara-saudara kita, sebangsa setanah air, yang kiranya akan merayakan nilai ibadah dalam agamanya, dengan mengatakan saudara-saudariku kita hidup berbangsa setanah air,
kemudian kita hidup satu naungan Ibu Pertiwi, mari kita jaga, kerukunan dalam kehidupan ini, kita saling tolong menolong untuk bangsa kita bangsa agar tumbuh menjadi bangsa yang maju dan modern, terlibat dalam kehidupan dunia yang elegan namun kami bermohon maaf, karena, dalam bangsa ini ada bhinneka tuggal ika, berbeda– beda tapi satu tujuan,
yaitu tujuan membangun bangsa, tapi bukan tujuan membangun akhirat, dalam hal kehidupan beragama kami tidak bisa mengucapkan selamat, karena di wilayah itu kita berbeda keyakinan, dan ini dijamin oleh Undang- undang, tapi mohon maaf, ketidak mampuan kami mengucapkan selamat bukan berarti hubungan kebangsaan kitapun harus kemudian menjadi tumbuh sifat negatif,
tumbuh sifat saling membenci, tidak demikian, ini bagian dari ranah keyakinan kita saja, yang dengan itu kita saling menghormati, jadi anda yang berkeyakinan dengan keyakinan anda silahkan, kami tidak ikut- ikutan untuk itu, kami mohon maaf tidak bisa mengucapkan selamat, tapi kami menyanyangi anda kita bahu membahu membangun bangsa, dan bilapun ada urusan- urusan kehidupan yang bisa kami bantu, yang bukan urusan ibadah, maka kita saling terlibat sama-sama dalam keindahan membagun bangsa.
PENULIS Zulhamdi Adnan adalah Akademisi IAIN Lhokseumawe
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca juga: Hanya 200 Ribu Penduduk, Bagaimana Tetangga Baru Indonesia Ini Melakukan Referendum Kemerdekaan?
Baca juga: Namanya Tak Dikenal Dunia, Inilah Bougainville, Negara Baru yang Memilih Merdeka dari Papua Nugini