17 Tahun Tsunami

Fakta Terseretnya PLTD Apung ke Daratan saat Tsunami Menerjang Daratan Aceh

Salah satu bukti betapa dahsyatnya gelombang tersebut adalah terhempasnya PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) Apung (terapung) milik PLN seberat

Penulis: Yeni Hardika | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM
Kapal PLTD Apung Banda Aceh, Sejarah Situs Tsunami Aceh 2004 

"Tak ada kerusakan apa-apa. Kalau pun sekarang difungsikan. masih bisa," kata Ir Subaktian Msc, koordinator Posko Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) kepada Serambi di pendopo Gubernur NAD, Banda Aceh, Sabtu (22/1/2005).

Potret PLTD Apung yang berdiri megah di pelabuhan Ulee Lheu sebelum bencana tsunami melanda Aceh 26 Desember 2004. Saat bencana itu terjadi, pembangkit listrik tersebut hanyut sampai ke Punge. Sedangkan pelabuhan Ulee Lheu proak-poranda. (Dokumen Harian Serambi Indonesia)
Potret PLTD Apung yang berdiri megah di pelabuhan Ulee Lheu sebelum bencana tsunami melanda Aceh 26 Desember 2004. Saat bencana itu terjadi, pembangkit listrik tersebut hanyut sampai ke Punge. Sedangkan pelabuhan Ulee Lheu proak-poranda. (Dokumen Harian Serambi Indonesia) (DOKUMEN HARIAN SERAMBI INDONESIA)

Kisah PLTD Apung tak sebatas menjadi simbol dahsyatnya gelombang tsunami.

Pembangkit listrik itu juga menjadi simbol heroik di tengah bencana yang tak terperikan.

Baca juga: Ustaz Abdul Somad Isi 17 Tahun Tsunami, Nanti Malam di Masjid Baitul Jannah Tungkop

Baca juga: Ini Kisah di Balik Lagu Rafly Kande Berjudul Aneuk Yatim & Ya Robbana, Viral Saat Tsunami Aceh 2004

Paling tidak, sebagaimana pengakuan yang diterima Serambi, ada satu keluarga dari kawasan Punge Blang Cut yang selamat dari hantaman gelombang tsunami, karena PLTD Apung. Lho, kok bisa?

Menyusul gempa dahsyat yang melanda Aceh pada Minggu pagi 26 Desember 2004, Semua orang cemas dan takut.

Semua keluar rumah mencari tempat-tempat yang dinilai aman untuk berlindung dari reruntuhan bangunan.

Adalah keluarga Bang Midun (46) bersama istrinya, Kak Idah (40) dan beberapa anaknya, yang ketika bencana itu menetap di Desa Punge Blang Cut, Banda Aceh.

Ketika gempa, sebagaimana orang-orang lainnya, Bang Midun bersama anak istrinya serta menantu perempuan yang sedang hamil tua berkumpul di luar rumah.

Belum lagi hilang panik akibat gempa, tiba-tiba terdengar jeritan histeris air laut naik.

Semua berlarian mencari selamat, termasuk keluarga besar Bang Midun.

Menurut cerita keluarga dekat Bang Midun yang bertempat tinggal di kawasan Lambhuk Ulee Kareng, di tengah kejaran gelombang tsunami yang maha dahsyat itu, mendadak para korban melihat sebuah kapal diseret gelombang.

Kapal itu diseret dengan posisi melintang.

Dengan posisi kapal seperti itu, gelombang dari arah belakang tertahan di badan kapal, sehingga ada celah air kosong di bagian depan.

"Terbentuk seperti parit besar tanpa air di bagian depan kapal. Di situlah orang-orang berlarian menyelamatkan diri.

Lengah sedikit akan digilas kapal dan gelombang yang datang dari kiri-kanan," ungkap seorang korban yang selamat dari amukan tsunami.

Baca juga: Peringatan 17 Tahun Tsunami Aceh di Pelabuhan Ulee Lheue, Hadir Ridwan Kamil dan Wakil Ketua MPR RI

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved