Berita Aceh Besar
Bibit Padi Ciherang dan Inpari Masih Diminati Petani Aceh Besar
Harga eceran bibit padi Ciherang dijual sekitar Rp 95.000/bungkus (5 Kg) dan Inpari Rp 110.000/bungkus.
Penulis: Herianto | Editor: Taufik Hidayat
Laporan Herianto | Aceh Besar
SERAMBINEWS.COM, JANTHO - Pedagangan penjual bibit padi di Lambaro, Aceh Besar menyatakan, bibit padi Ciherang dan inpari masih tetap menjadi pilihan dominasi kelompok tani padi di Aceh Besar, untuk musim tanam rendeng tahun 2021/2022 ini.
“Jelang akhir tahun 2021 kemarin, per hari untuk dua jenis bibit padi itu bisa laku 50 bungkus, sekarang karena sudah banyak yang melakukan pembibitan, penjulannya sudah menurun menjadi 10 bungkus per hari,” kata Pedagangan Bibit Padi di Pasar Lambaro, Aceh Besar, Ibnu kepda Serambinews.com, Minggu (2/1) di Lambaro.
Ibnu mengatakan, harga jual bibit Ciherang dan Inpari ini tidak begitu mahal. Bibit padi Ciherang harga ecerannya dijual sekitar Rp 95.000/bungkus (5 Kg) dan Inpari Rp 110.000/bungkus (Kg). Inpari ini banyak jenisnya, mulai Inpari 32 sampai Inpari 99, begitu juga Ciherang. Harga jual bibitnya berkisar Rp 95.000 – Rp 110.000/Kg.
Pada saat musim pembibitan jelang akhir trahun lalu, sebut Ibnu, omset penjualan bibit ciherang dan inpari, per hari bisa mencapai 50 bungkus, sekarang sekitra 10 bungkus/hari, karena sudah banyak yang melakukan pembibitan. Kalaupun ada yang beli, untuk penyisipan, bibit tanaman padi yang dimakan tikus dan terendam air hujan.
Petani padi di Aceh Besar dan Banda Aceh, masih suka dengan bibit padi Ciherang dan Inpari, pertama produktivitasnya tinggi sekitar 8 ton/hektar, tahan hama, sedikit tahan terhadap kekurangan air, rasa berasnya pulen dan enak.Kemudian, pada saat panen, pedagang pengumpul padi di gampong berani beli dengan harga Rp 4.500 – Rp 4.700/Kg.
Terkait permintaan pupuk, kata Ibnu, untuk sementra ini, karena penebusan pupuk subsidi belum dibuka, petani membeli pupuk non subsidi. Untuk pupuk urea non subsidi harganya Rp 500.000/sak (50 Kg), pupuk TSP non subsidi Rp 600.000/sdak (50 Kg), ZA non subsidi Rp 400.000/sak (50Kg) dan KCL non subsidi Rp 500.000/sak (50 Kg).
Dari keempat jenis pupuk non subsidi itu, lanjut Ibnu, yang paling banyak dibeli, masih tetap urea dan TSP, sedangkan ZA dan KCL belum. Jenis kedua pupuk ini dibutuhkan pada saat menjelang padi mau berbuah.
Kepala UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih TPHP Distanbun Aceh, Habiburrahman STP, MSc yang dimintai penjelasannya terkait pemanfatan bibit lokal padi unggul daerah dalam musim tanam rendeng tahun 2021/2022 ini kepada Serambi Minggu (2/1) mengatakan, ada beberapa jenis/varitas bibit padi lokal unggul daerah, yang masih tetap di tanam oleh kelompok tani padi di berbagai daerah.
Misalnya di Abdya, petani padi setempat masih menanam bibit padi varitas Sigupai dan Batuta Aceh. Kedua jenis bibit padi lokal unggul ini, sedang menuju tahap akhir pelepasan menjadi varitas unggul nasional oleh Kementan.
Baca juga: Petani Binaan LSM Flofa Tingkatkan Produksi Bawang Merah Setelah Gunakan Ground E dan Foxxin
Selanjutnya, ada lagi beberapa varitas lainnya yang baru masuk dalam tanda daftar Kementan, belum boleh dikomersilkan di luar kabupaten, yaitu bibit padi Ramos dari Selawah Aceh Besar, Rom Gayo dari Aceh Tengah, Sanbey dari Simuleu, Arias dari Aceh Timur, Sikuneng dari Bireuen dan Cantik Manis dari Pidie.
“Ke delapan jenis bibit padi varitas lokal unggul dari Aceh itu, masih terus ditanam anggota kelompok tani padi di masing-masing daerahnya. Kita harapkan, ke delapan jenis bibit padi lokal dari Aceh itu, dalam waktu yang tidak lama lagi bisa di lepas menjadi bibit padi unggul nasional, jangan hanya Ciherang dan Inpari saja,”ujarnya.
Sementra ini, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Cut Huzaimah SP, MP, melalui Kabid Produksinya, Syafrizal yang dimintai penjelasannya terkait target tanam padi bulan Desember 2021 kemarin mengatakan, laporan yang masuk dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten/Kota, pada bulan Desember 2021 lalu, dari target tanamnya 66.256 hektar, baru realisasai tanamnya sekitar 32.911 hektar, atau baru 50 persen.
Sisa target tanam padi bulan Desember 2021, seluas 33.346 hektar lagi itu, kata Syafrizal, akan dilanjutkan tanamnya pada bulan Januari 2022 ini. Termasuk Aceh Besar, dari yang ditargetkan 12.200 hektar, realisasai tanam padinya baru ada 5.461 hektar. Begitu juga Aceh Utra targetnya 12. 698 hektar, realisasaiu tanamnya 4.084 hektar, Pidie target 6.578 hektar, realisasai tanamnya 2.337,9 hektar, Bireuen target 6.678 hektar, realisasinya 712 hektar.
Untuk wilayah Pantai Barat, ada satu daerah yang realisasi tanam padinya sudah terlampaui, yaitu Aceh Barat. Targetnya 3.550 hektar, sedangkan realisasinya sudfah mencpai 5.848 hektar. Abdya, realisasi tanamnya baru 525 hektark, dari taregtnya 3.380 hektar. Nagan Raya baru seluas 856 hektar, dari targetnya 2.585 hektar. Aceh Jaya juga demikian, masih rendah baru 214 hektar, dari targetnya 1.026 hektar.
Baca juga: Satu Bocah Meninggal di Aceh Utara, Tenggelam saat Mandi di Genangan Banjir