Berita Aceh Tamiang
Banjir di Aceh Tamiang Terbesar Sejak 2006, Semua Camat Diminta Siaga
Bupati Aceh Tamiang, Mursil ketika meninjau lokasi banjir di Kecamatan Bandarpusaka khawatir musibah semakin parah mengingat cuaca
Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Nur Nihayati
Bupati Aceh Tamiang, Mursil ketika meninjau lokasi banjir di Kecamatan Bandarpusaka khawatir musibah semakin parah mengingat cuaca
Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang
SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG - Banjir yang melanda Aceh Tamiang dalam dua hari terakhir diklaim yang terburuk sejak banjir bandang melanda kawasan itu pada 2006.
Seluruh camat pun diminta siaga untuk memastikan tidak ada warga yang terlantar.
Banjir yang disebabkan meningkatnya curah hujan ini mencapai puncaknya pada Senin (3/1/2021) pagi.
Hampir seluruh wilayah Aceh Tamiang terkena imbas, sehingga memaksa warga mengungsi.
Bupati Aceh Tamiang, Mursil ketika meninjau lokasi banjir di Kecamatan Bandarpusaka khawatir musibah semakin parah mengingat cuaca masih berpotensi hujan deras.
Dia pun menginstruksikan seluruh Camat di Aceh Tamiang memantau wilayah masing-masing dan terus berkoordinasi dengan Dinas Sosial.
Baca juga: Berikut Ini Gubernur yang Habis Masa Jabatan Tahun 2022, Termasuk Nova Iriansyah dan Anies Baswedan
Baca juga: VIDEO Cassandra Angelie Mengaku Trauma Jalin Asmara dengan Pria Arab
“Semua camat harus ke lokasi, monitor langsung wilayah dan warganya. Laporan kirim ke saya langsung,” perintah Mursil.
Dia berharap para camat berada di garis terdepan untuk memastikan tidak ada warga yang terlantar. “Mengenai bantuan dan dapur umum, koordinasi terus dengan Dinas Sosial dan BPBD,” lanjutnya.
Kecamatan Bandarpusaka memang menjadi salah satu daerah yang mengalami dampak terparah.
Kawasan yang berada di hulu ini sempat terisolir karena beberapa titik ruas jalan tergenang air mencapai dua meter.
Upaya Mursil menerobos masuk ke Kampung Babo, Kecamatan Bandarpusaka pun harus beberapa kali tersendat.
Mobil dinas yang dikendarainya sendiri terpaksa harus ditinggal di Kampung Sekerak, karena akses penghubung di Kampaung Alurjambu sudah tidak bisa dilalui.
“Ketinggian air mencapai perut orang dewasa, mustahil menerobos masuk dengan mobil,” kata Mursil.