Luar Negeri

Jangan Anggap Remeh, WHO Sebut Omicron Bukan Penyakit Ringan

WHO mengatakan, varian Omicron diketahui tidak menyebabkan penyakit parah, tetapi lebih cepat menular dibandingkan varian sebelumnya.

Editor: Faisal Zamzami
KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo
Ilustrasi Omicron 

"Vaksin booster di sejumlah kecil negara tidak akan mengakhiri pandemi sementara miliaran orang sama sekali tidak terlindungi (vaksin)," katanya.

Penasihat WHO Bruce Aylward mengatakan, sebanyak 36 negara bahkan belum mencapai 10 persen cakupan vaksinasi Covid-19.

Sebanyak 80 persen pasien yang mengalami penyakit parah di seluruh dunia belum divaksinasi.

Dalam laporan epidemiologi mingguannya, WHO mengatakan kasus Covid-19 meningkat 71 persen atau 9,5 juta kasus dalam sepekan.

Sementara kasus kematian akibat infeksi virus corona turun 10 persen, atau sekitar 41.000 kasus.

Di sisi lain, pemimpin teknis WHO untuk Covid-19, Maria van Kerkhove menyinggung munculnya varian terbaru B.1.640 atau varian IHU yang diidentifikasi di Perancis.

Dia mengatakan, varian ini pertama kali tercatat di sejumlah negara pada September 2021 lalu, termasuk di antara varian yang dipantau oleh WHO, namun belum menyebar secara luas.

Untuk diketahui, ada dua kategori lain yang digunakan WHO untuk melacak varian yaitu variant of concern yang mencakup Delta dan Omicron, serta variant of interest.

Studi: Varian Omicron Berpengaruh Beda terhadap Paru-paru

Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa varian Omicron kemungkinan tak separah dibandingkan varian Delta dan memberikan dampak pada paru-paru dengan cara berbeda.

Kepala Penasihat Medis Gedung Putih Dr. Anthony Fauci mengatakan, sebuah penelitian dari Hong Kong mengungkapkan bahwa meskipun varian Omicron bereplikasi lebih cepat dibandingkan Delta di bronkus, terdapat replikasi yang kurang efisien di paru-paru.

“Model hamster dari Universitas Tokyo menunjukkan Omicron menginfeksi dan menyebar dengan buruk di paru-paru, dan kurang patogen dibandingkan Delta. Peneliti Belgia pada hamster Suriah melihat hal yang sama," ujar Fauci seperti dikutip dari FOX News, Senin (3/1/2022).

Penelitian pada tikus dan hamster yang didanai NIH mengonfirmasi virulensi yang lebih rendah pada model hewan.

Sementara itu, penelitian di Pusat Penelitian Vaksin di NIH, dalam model primata bukan manusia, sedang berlangsung dan akan menunggu hasilnya.

Fauci menambahkan, data ini masih awal dalam banyak hal, tetapi semua indikasi menunjukkan tingkat keparahan yang lebih rendah dari Omicron dibandingkan Delta.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved