Kerusuhan di Kazakhtan
Kemerosotan Ekonomi Akibat Covid-19 Picu Kerusuhan di Kazakhtan
Pakar Bank Dunia telah memperkirakan bahwa kemiskinan dan ketidaksetaraan dapat tumbuh di negara itu karena pandemi virus corona yang berkepanjangan.
SERAMBINEWS.COM, NURSULTAN - Zaki Syaikh, seorang analis di Inggris yang bekerja di universitas di tiga negara Asia Tengah, mengatakan kejatuhan ekonomi masyarakat Kazakhtan akibat pandemi Covid-19 telah memicu kerusuhan di negara itu.
Kesulitan hidup membuat orang berpikir tentang jalan yang telah dilalui Kazakhstan sejak kemerdekaannya pada 1991.
Sementara beberapa sektor ekonomi telah berubah secara luar biasa, kemajuan tersebut tidak memberikan manfaat yang memadai bagi daerah berpenghasilan tidak dari sektor energi di negara itu.
Masalah perdagangan, lemahnya permintaan global untuk energi dan komoditas telah memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian negara Asia Tengah itu.
Penyebaran pandemi Covid-19 di awal tahun 2020 menyebabkan pergolakan sosial dan ekonomi yang sangat besar karena jalur pertumbuhan berbasis komoditas yang ditempuh oleh negara tidak memungkinkan untuk mengejar pola siklus konvensional.
Tingkat pertumbuhan diperkirakan akan tetap serendah 2,5 persen pada 2021 dan 3,5 persen pada 2022 sementara inflasi meroket di atas 7 persen.
Para pakar Bank Dunia telah memperkirakan bahwa kemiskinan dan ketidaksetaraan dapat tumbuh di negara itu karena pandemi virus korona yang berkepanjangan.
Menyusutnya pertumbuhan tidak hanya menyebabkan hilangnya pendapatan per kapita, tetapi juga menyebabkan pembalikan rencana untuk mengurangi tingkat kemiskinan. Sebanyak 26 persen wanita dan 22 persen pria dilaporkan kehilangan pekerjaan, menurut Amelie Schurich-Rey, seorang analis.
Analis pemeringkat, Anton Tabach menilai indikator pemeringkatan terkait stabilitas keuangan menunjukkan tren penurunan di negara itu. Dia mencatat selama periode 2012-2020, pendapatan dalam anggaran menurun dari 27 persen menjadi 17 persen.
Sebaliknya, pengeluaran meningkat dari 20-25 persen dari PDB. Pada 2020 utang publik adalah 23,4 persen dari PDB. Selama sembilan bulan di tahun 2020, impor negara itu turun 9,6 persen, ekspor turun 18,2 persen dibandingkan tahun 2019, menciptakan masalah neraca pembayaran.
Kazakhstan mengimpor peralatan mesin, produk kimia, logam, dan produk. Pendapatan dari penjualan gas dan minyak, menurun tajam akibat turunnya harga bahan baku.
Analis pemeringkat lain, Anton Prokudin menyatakan bahwa rata-rata pertumbuhan PDB tahunan di bawah skenario dasar akan berada di sekitar 4,8 persen antara 2022-2026.
Dalam skenario baseline, pertumbuhan PDB riil diproyeksikan sebesar 3,9 persen pada tahun 2022.
Baca juga: Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev: Tembak Mati Perusuh, Stabilkan Harga Bahan Bakar
Ketergantungan pendapatan minyak
Selanjutnya, karena pendapatan tetap bergantung pada pendapatan minyak, para ahli mengantisipasi defisit dalam proyeksi anggaran karena konsolidasi pasar yang lebih lambat. Porsi penerimaan migas dalam struktur penerimaan APBN 2020 sebesar 45 persen.