Berita Aceh Barat
Keuchik dan Warga Datangi Kebun Plasma, Perusahaan Diminta Perjelas Hasil Kebun
“Kita ingin ada kejelasan menyangkut pengelolaan kebun plasma yang dikelola oleh PT Prima Agro Aceh Lestari (PT PAAL), karena kebun tersebut belum...
Penulis: Sadul Bahri | Editor: Nurul Hayati
“Kita ingin ada kejelasan menyangkut pengelolaan kebun plasma yang dikelola oleh PT Prima Agro Aceh Lestari (PT PAAL), karena kebun tersebut belum ada kejelasan tentang pendapatan penghasilan dan soal pembagian hasilnya bagaimana,” kata Keuchik Ie Itam Tunong, Kecamatan Woyla, Safrizal kepada Serambinews.com, Selasa (11/1/2022).
Laporan Sa'dul Bahri | Aceh Barat
SERAMBINEWS.COM, MEULABOH – Keuchik Gampong Ie Itam Tunong, Kecamatan Woyla, Kabupaten Aceh Barat, Selasa (11/2022) mendatangi lokasi perkebunan plasma yang pernah ditunjuk oleh pihak perusahaan untuk Desa Ie Itam Tunong.
Kedatangan warga ke lokasi kebun plasma tersebut, guna memastikan kondisi lahan yang menurut warga masih kurangnya perawatan.
Sehingga tingkat kesuburannya masih perlu dilakukan perawatan secara intensif.
Selain itu, keuchik dan warga juga ingin adanya kejelasan dalam pengelolaan kebun plasma milik Gampong Ie Itam Tunong, yang hingga saat ini belum ada kejelasannya, baik soal pendapatan dan pembagian hasil.
“Kita ingin ada kejelasan menyangkut pengelolaan kebun plasma yang dikelola oleh PT Prima Agro Aceh Lestari (PT PAAL), karena kebun tersebut belum ada kejelasan tentang pendapatan penghasilan dan soal pembagian hasilnya bagaimana,” kata Keuchik Ie Itam Tunong, Kecamatan Woyla, Safrizal kepada Serambinews.com, Selasa (11/1/2022).
Sejumlah warga dan tokoh masyarakat melihat langsung kondisi kebun plasma di kawasan Gampong Aron Tunong, yang menurutnya butuh perawatan yang lebih baik lagi, sehingga punya hasil yang lebih baik lagi.
Baca juga: Keuchik Ie Itam Tunong Aceh Barat Pertanyakan Hasil Kebun Plasma
“Kondisi perawatan yang kurang baik, kita ingin kebun tersebut nantinya bisa dikelola sendiri oleh masyarakat Ie Itam Tunong seluas 40 hektare,” kata Safrizal.
Warga selama menerima uang dari pihak perusahaan, masih dalam status pinjaman yang diberikan Rp 200 ribu per KK setiap bulannya.
Sehingga pihak warga dan keuchik perlu kejelasan, agar kedepan masyarakatnya jangan terlilit oleh utang yang semakin besar nantinya.
Dikatakannya, kebun plasma yang dijanjikan sekitar tahun 2015 seluas 40 hektare, namun pihak perusahaan tidak memberikan kebun secara tertulis dan hanya secara lisan saja.
Warga yang menuntut lahan plasma tersebut sekitar tahun 2016 dijanjikan dan ditepatinya dengan memberikan uang pinjaman kepada warga Rp 200 ribu per KK setiap bulan.
“Warga kami yang menerima bantuan pinjaman setiap bulan Rp 200 ribu itu sebanyak 107 KK, maka kami mempertanyakan hal itu, agar kedepan masyarakat kami jangan terjerat dengan utang yang terus bertambah,” kata Safrizal.
“Pihak perusahaan belum pernah menjelaskan pada kami, berapa banyak yang sudah ada hasil ataupun belum hasilnya, sehingga kami perlu kejelasan masalah tersebut,” ungkap Safrizal.