Internasional

Wanita Jepang Tuntut Pendonor Sperma Rp 43 Miliar, Pemuda Itu Berbohong, Bayi Dititip ke Pusat Anak

Seorang wanita di Jepang mengajukan gugatan terhadap pendonor sperma yang menghamilinya. Wanita itu menuduh pemuda itu berbohong tentang status sipil

Editor: M Nur Pakar
Kyodo News
Bayi hasil hubungan dengan pendonor sperma yang menipu seorang wanita dititip di pusat anak Tokyo, Jepang. 

SERAMBINEWS.COM, TOKYO - Seorang wanita di Jepang mengajukan gugatan terhadap pendonor sperma yang menghamilinya.

Wanita itu menuduh pemuda itu berbohong tentang status sipil, latar belakang pendidikan dan etnis.

Penggugat yang tidak disebutkan namanya, seorang wanita berusia 30 tahun dari Tokyo, mengatakan dia dan suaminya ingin memiliki anak kedua.

Tetapi khawatir setelah mengetahui suaminya memiliki kondisi keturunan, lapor Tokyo Shimbun melalui Newsweek, Minggu (16/1/2022).

Setelah memutuskan menggunakan donor sperma, mereka menemukan seorang pria berusia 20-an di media sosial.

Pria itu mengaku sebagai pria lajang Jepang lulusan Kyoto University.

Salah satu universitas top Jepang.

Baca juga: Jepang Larang Kedatangan Warga Asing Hingga Akhir Februari 2022, Omicron Jadi Biang Keladi

Setelah berhubungan seks dengan pendonor sebanyak 10 kali, wanita tersebut akhirnya hamil pada Juni 2019.

Wanita itu akhirnya mengetahui bahwa pendonor sebenarnya adalah pria Cina yang sudah menikah yang tidak pernah kuliah di Universitas Kyoto.

Setelah melahirkan, wanita dan suaminya menyerahkan bayinya, yang saat ini dirawat di pusat anak di Tokyo.

Wanita itu menuduh donor menyesatkannya dengan informasi palsu untuk berhubungan seks dengannya.

Dia sekarang menuntut sekitar $2,8 juta dolar sebagai kompensasi untuk tekanan emosional.

Di bawah undang-undang hak untuk mengetahui Jepang, keturunan pendonor sperma memiliki hak hukum untuk mengidentifikasi kedua orang tua kandung mereka.

Dengan banyaknya pendonor yang memilih untuk tetap anonim, menemukan calon pendonor sperma di negara ini menjadi rumit.

Lebih banyak pasangan di Jepang telah beralih ke media sosial untuk mencari pendonor sperma.

Sehingga, lebih dari 10.000 anak dilaporkan telah lahir dengan keterlibatan pihak ketiga.

Mirai Life Research Institute membuka bank sperma pertama di Jepang musim panas lalu.

Baca juga: Agar Pasangan Cepat Hamil? Ini Makanan untuk Kesuburan Pria, Bisa Juga Meningkatkan Kualitas Sperma

Untuk memberikan pilihan yang lebih aman bagi pasangan Jepang yang mencoba untuk hamil, lapor Japan Insider .

Direktur institut tersebut, Dr. Hiroshi Okada, memperingatkan bentuk inseminasi tanpa pengawasan menimbulkan risiko kesehatan dan bahaya lainnya.

"Ini bukan hanya masalah keamanan, tetapi juga bisa menjadi kriminal dan sangat berbahaya," kata Okada.

“Air mani yang diserahkan mungkin membawa agen infeksi," tambahnya.

"Kami tidak tahu apakah sperma itu milik pendonor atau bukan," ujarnya.

"Ketika anak lahir, mungkin sperma itu bukan orang Jepang," ungkapnya.

"Hal gila seperti itu sering terjadi," klaimnya.

Baca juga: 3 Penyebab Jumlah dan Kualitas Sperma Rendah, dari Medis, Lingkungan, Hingga Gaya Hidup

Menurut Okada, 96,4% dari 140 platform untuk donasi sperma tidak aman.

Dia mencatat banyak dari mereka berfungsi sebagai kedok bagi orang-orang yang ingin menipu orang lain.

Tetapi, walau bagaimanapun, untuk umat Muslim, wanita dilarang menggunakan donor sperma, kecuali dari suaminya sendiri.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved