Letusan Gunung Berapi di Tonga Setara 1000 Bom Nuklir Hiroshima, Gelombang Suara Capai 1200 Km/Jam

Dua ilmuwan Australia mengatakan letusan gunung berapi bawah laut di Tonga setara dengan 1.000 bom nuklir AS yang menghancurkan Hiroshima, Jepang.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Amirullah
AFP
Citra satelit gunung berapi bawah laun di pulau kecil Hunga Tonga dan Hunga Ha'apai, sekitar 50 kilometer utara ibukota Tonga, Nuku'alofa. 

Letusan Gunung Berapi di Tonga Setara 1000 Bom Nuklir Hiroshima, Gelombang Suara Capai 1200 Km/Jam

SERAMBINEWS.COM, NUKUʻALOFA – Pada Sabtu (15/1/2022) malam waktu setempat, masyarakat Tonga dikejutkan dengan peristiwa letusan gunung berapi bawah laut.

Letusan itu menimbulkan gelombang Tsunami yang menghantam Tonga hingga ke Jepang.

Letusan gunung berapi itu berada di pulau kecil Hunga Tonga dan Hunga Ha'apai, sekitar 50 kilometer utara ibukota Tonga, Nuku'alofa.

Akibat erupsi tersebut, ibukota Tonga menjadi gelap gulita setelah diselimuti abu vulkanik.

Dua ilmuwan Australia mengatakan letusan gunung berapi bawah laut di Tonga setara dengan 1.000 bom nuklir AS yang menghancurkan Hiroshima, Jepang. 

Bom nuklir yang dijatuhkan di Hiroshima, yang dinamai "Little Boy", berisi muatan setara 12.000 - 15.000 ton TNT dan mampu menghancurkan area seluas 13 kilometer persegi.

Tonton videonya di bawah ini.

Baca juga: Karifan Raja Tonga untuk Rakyatnya, Warga yang Berusia 16 Tahun Diberi Lahan 7,5 Hektare

Baca juga: 4 WNI di Tonga Masih belum Diketahui Kabarnya

Abu vulkanik gunung berapi di Tonga yang keluar saat terjadi ledakan memiliki kecepatan dua kali lipat kecepatan suara.

Sementara gelombang suara terlihat menyebar ke seluruh kawasan Pasifik dengan kecepatan 1200 kilometer per jam.

Di Fiji – 800 kilometer jauhnya, suara ledakan sangat terdengar dengan jelas, bahkan di Auckland, 2000 kilometer jauhnya, suara itu juga terdengar. 

Dua ilmuwan yang menjelaskan dampak buruk dari letusan gunung berapi di Tonga itu adalah Brian Schmidt dan Profesor Richard Arculus.

Brian Schmidtadalah  seorang ilmuwan pemenang hadiah Nobel dan wakil rektor Universitas Nasional Australia (ANU).

Sementara Profesor Richard Arculus, seorang ahli terkenal di School of Earth Science Research di ANU College of Sains. 

Kedua ilmuwan tersebut menulis analisis mereka dalam sebuah artikel di The Sydney Morning Herald.

Baca juga: Lima WNI Dilaporkan Hilang Kontak dan Belum Diketahui Nasibnya Setelah Tsunami Menerjang Tonga

Baca juga: Detik-detik Gunung Api Bawah Laut Tonga Meletus dan Sebabkan Tsunami di Jepang

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved