Internasional
ISIS Serang Penjara Suriah dan Pangkalan Militer Irak, Sinyal Kebangkitan Kembali Jihadis
Kelompok ISIS pada Jumat (21/1/2022) menyerang sebuah Penjara Suriah yang menahan rekan-rekannya. Saat bersamaan, anggota ISIS lainnya menyerang
SERAMBINEWS.COM, HASAKEH - Kelompok ISIS pada Jumat (21/1/2022) menyerang sebuah Penjara Suriah yang menahan rekan-rekannya.
Saat bersamaan, anggota ISIS lainnya menyerang sebuah pangkalan militer di Irak.
Keduanya, dalam operasi mematikan yang hampir bersamaan yang menghidupkan kembali ketakutan akan kebangkitan Daesh atau ISIS.
Kelompok jihadis belum mengomentari serangan itu dan tidak ada indikasi mereka terkoordinasi, seperti dilansir AP, Jumat (21/1/2022).
Menurut analis, Daesh sedang mencoba meningkatkan barisan dan persenjataannya dalam upaya mengatur ulang kekuatan di kedua negara itu.
Di Suriah, serangan Daesh menghantam penjara di Suriah timur laut yang menahan teman-temanya dalam jumlah besar.
Serangan itu menewaskan sedikitnya 20 pasukan keamanan Kurdi dan membebaskan beberapa pejuang Daesh.
Badan Pemantau HAM Suriah yang berbasis di Inggris mengatakan pembobolan penjara yang dimulai Kamis (20/1/2022) malam menjadi serangan paling signifikan kelompok itu.
Baca juga: Jet Tempur Rusia Gempur Persembunyian Militan ISIS di Suriah
Seusai "kekhalifahan" mereka dinyatakan kalah di negara yang dilanda perang itu hampir tiga tahun lalu.
Ketika operasi Daesh meluncurkan upaya membebaskan sekitar 3.500 rekan pejuang di penjara Ghwayran di kota Hasakah, Suriah/
Para jihadis juga membunuh 11 tentara dalam serangan di pangkalan militer di timur Irak.
Serangan itu menandai operasi paling mematikan para jihadis di Irak tahun ini.
Sementara operasi Irak dengan cepat dirahasiakan, pasukan Kurdi di Suriah terus memerangi jihadis di Hasakah.
Beberapa jam setelah serangan penjara dimulai dengan bom mobil Daesh Kamis malam, kata Observatorium.
"Jumlah mereka yang tewas di antara pasukan keamanan internal Kurdi dan penjaga penjara mencapai 20 orang," kata kepala Observatorium Rami Abdel Rahman kepada AFP.