Luar Negeri

Rusia dan Ukraina Sepakat Gencatan Senjata, Perang Bisa Saja Pecah Jika Dilanggar

Para perunding konflik Rusia dan Ukraina sepakat gencatan senjata permanen di Ukraina timur harus dipatuhi tanpa syarat.

Editor: Faisal Zamzami
WSJ
Invasi Rusia ke Ukraina. 

SERAMBINEWS.COM - Para perunding konflik Rusia dan Ukraina sepakat gencatan senjata permanen di Ukraina timur harus dipatuhi tanpa syarat.

Pengumuman itu muncul setelah pertemuan selama berjam-jam di Istana Elysee, Paris, yang disebut Normandy Format.

Normandy Format adalah percakapan empat arah antara perwakilan dari Ukraina, Rusia, Jerman, dan Prancis untuk menengahi perdamaian di Ukraina timur sejak 2014.

Berbicara setelah pertemuan Rabu, kepala perunding Moskow Dmitry Kozak mengatakan gencatan senjata harus dipatuhi tanpa syarat tetapi banyak masalah lain di Ukraina timur masih belum terselesaikan.

"Kami sepakat bahwa terlepas dari perbedaan yang berbeda dari perjanjian Minsk yang ada antara Ukraina dan wilayah Donetsk dan Luhansk, gencatan senjata di Donbas harus dipatuhi tanpa syarat," kata Kozak seperti dikutip CNN.

Kozak menambahkan kewajiban mengimplementasikan perjanjian semacam itu terletak pada angkatan bersenjata Ukraina dan formasi bersenjata Republik Rakyat Donetsk (separatis timur) dan Republik Rakyat Luhansk.

Sementara itu, negosiator Ukraina Andriy Yermak mengatakan semua pihak mendukung gencatan senjata permanen dan Ukraina siap berunding sepanjang waktu untuk mencegah perang dan mengurangi ketegangan di sekitar perbatasan.

Yermak menyebut pembaruan pembicaraan Normandy Format sebagai sinyal yang sangat positif dan perjanjian substantif pertama sejak akhir 2019.

"Pekerjaan berlanjut dan saya dapat memberitahu Anda bahwa Ukraina seperti biasa siap untuk bernegosiasi, untuk bertemu 24/7."

  
"Karena bagi kami, untuk (Ukraina) Presiden (Volodymyr) Zelensky, untuk seluruh tim, tujuan menghentikan perang, mengakhiri perang dan mengembalikan wilayah kami dan hari ini yang juga termasuk meredakan ketegangan di sekitar perbatasan Ukraina, adalah prioritas," kata Yermak.

Kozak dan Yermak mengatakan pembicaraan akan dilanjutkan dalam waktu sekitar dua minggu di Berlin.

Baca juga: Rusia Jadikan Pemimpin Oposisi Alexei Navalny dan Kelompoknya Sebagai Teroris dan Ektremis

Baca juga: Amerika Serikat Siap Kerahkan 8.500 Tentara, Pantau Pergerakan Militer Rusia di Perbatasan Ukraina

Kekhawatiran Rusia

Sementara itu sebanyak 100.000 tentara Rusia tetap dikumpulkan di perbatasan Ukraina, meskipun ada peringatan dari Presiden AS Joe Biden dan para pemimpin Eropa tentang konsekuensi serius jika Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi.

Rusia telah berulang kali membantah merencanakan invasi.

Tetapi Rusia berpendapat bahwa dukungan NATO untuk Ukraina, termasuk peningkatan pasokan senjata dan pelatihan militer, merupakan ancaman yang berkembang di sisi baratnya.

Pada hari Kamis, Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev menuduh NATO gagal memenuhi janji non-ekspansinya, dengan mengatakan aliansi itu telah bergerak lebih dekat ke perbatasan Rusia.

Medvedev mengatakan proses negosiasi jaminan keamanan adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan ketegangan saat ini antara Rusia, Ukraina dan Barat.

"Mereka berjanji untuk tidak memperluas NATO, tetapi tidak menepati janjinya," kata Medvedev.

"Mereka mengatakan bahwa 'kami tidak menandatangani apa pun.' Tapi kita semua tahu betul siapa dan kapan diberikan kepada siapa janji-janji seperti itu, jaminan-jaminan seperti itu."

Medvedev menambahkan semuanya harus dilakukan untuk menghindari perang.

Tanggapan Amerika Serikat

Ketika Normandy Format berlangsung pada hari Rabu, AS menyampaikan tanggapan tertulis atas keprihatinan Rusia atas Ukraina.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menolak merinci secara spesifik yang disampaikan ke Moskow tetapi mengatakan pihaknya menegaskan kembali tanggapan publik Barat untuk menegakkan "kebijakan pintu terbuka" NATO.

"Tidak ada perubahan. Tidak akan ada perubahan," kata Blinken tentang dukungan AS dan NATO terhadap kebijakan pintu terbuka aliansi tersebut.

"Kami menjelaskan bahwa ada prinsip-prinsip inti yang kami berkomitmen untuk tegakkan dan pertahankan, termasuk kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina, dan hak negara untuk memilih pengaturan dan aliansi keamanan mereka sendiri," tambahnya.

Blinken mengatakan tanggapan AS terhadap Rusia menetapkan jalur diplomatik yang serius ke depan jika Rusia memilihnya.

Baca juga: Hasil Survei BI, Angka Keyakinan Konsumen terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tetap Tinggi

Baca juga: Berikut Doa Agar Dimudahkan Rezeki Setiap Hari, Dapat Dibaca Usai Sholat

Baca juga: Daftar Khatib Jumat 28 Januari 2022 di Masjid Aceh Utara, Lhokseumawe, dan Bireuen

Tribunnews.com: Rusia dan Ukraina Sepakat Gencatan Senjata Permanen Harus Dipatuhi Tanpa Syarat

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved