Feature
Kisah Kreatif Ridho, Anak Muda Aceh yang Merintis Usaha Jual Kopi Keliling Bermodalkan Mobil Tua
Sebagian orang menyebutnya coffee truck, namun ada juga yang menamainya coffee mobile dan coffee car (mobil kopi keliling).
Laporan Sara Masroni | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Pria berbadan tegap berisi itu sedang sibuk membersihkan sisa kopi di mesin espresso.
Ia mengerjakannya di bagian belakang sebuah mobil tua yang dihias secara minimalis dan estetik.
Beberapa cup diatur rapi, lampu-lampu sedikit menambah kesan menarik.
Sebagian orang menyebutnya coffee truck, namun ada juga yang menamainya coffee mobile dan coffee car (mobil kopi keliling).
Itulah bisnis yang kini dijajal oleh Ridho Rinaldi (26), alumni Jurusan Teknik Pertanian Universitas Syiah Kuala.
Ia memulai usaha coffee car sejak akhir 2018 lalu.
• VIDEO Akses Masuk Kapal Ikan Dangkal, Fasilitas Bernilai Miliaran di Singkil Utara Jadi Terbengkalai
Diketahui tren coffee car tengah menjamur dan bertumbuh khususnya di Banda Aceh.
Sepanjang jalan menuju pusat kota, masyarakat dengan mudahnya menemukan mobil kopi keliling yang nangkring di setiap sudut dan pinggiran jalan.
Uniknya, konsep ngopi di tempat terbuka ditambah beberapa hiasan lampu estetik, menjadi daya tarik para milenial dan gen Z untuk melepas lelah atau sekadar mencari suasana menikmati lalu lalang kendaraan dan keindahan kota sambil menyeruput kopi.
Beberapa milenial kemudian memanfaatkan tren dan kesempatan ini sebagai pekerjaan pokok dan sampingan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Bicara hasil, cukup menjanjikan. Puluhan cup dapat terjual setiap harinya dari usaha tersebut.
Salah satunya yang dilakukan Ridho, milenial yang tinggal di Lueng Bata, Banda Aceh ini bisa menghabiskan 40-70 cup setiap harinya dari usaha coffee car yang dirintisnya.
• VIDEO Hendak Berlibur ke Takengon, Mobil Livina Terbakar saat Menanjak di Jalan KKA Bener Meriah
"Omzet bisa sampai Rp 5-8 jutaan per bulan. Cukuplah untuk hidup mandiri, terutama untuk kita anak-anak muda ini," ungkap Ridho kepada Serambinews.com saat ditemui berjualan di sekitaran Jalan Tentara Pelajar, Merduati, Banda Aceh pada Minggu (13/2/2022) malam.
Ia bercerita, awal merintis usaha tersebut terilhami dari garis keluarga sebelah ayah yang berasal dari Bener Meriah, salah satu lumbung kopi terkenal di dunia dengan varian Kopi Gayonya.
Sempat dua tahun tinggal di Bener Meriah pasca-tsunami, membuat Ridho paham betul bagaimana proses kopi mulai dari paling hulu yakni petaninya, hingga diseduh jadi minuman siap seruput.
Ia belajar bagaimana mengenal kopi yang nikmat dan tidak, serta berpotensi disukai banyak orang.
Berbekal pernah tinggal di lumbung kopi, Ridho bersama abangnya, Darma Satria, mendirikan coffee car yang dinamai Parkiran Kopi pada 2018 silam.
Setahun setelahnya, sang abang lulus PNS ke Sabang. Ia pun melanjutkan bisnis tersebut sendirian dan dibantu beberapa pekerja.
Sembari menyeduh kopi di belakang mobil, Ridho bercerita merintis bisnis ini sempat menghabiskan puluhan juta.
Pos anggaran untuk aset banyak dihabiskan untuk mobil, modifikasi tempat berjualan dan membeli mesin kopi matic untuk espresso.
Beruntung Ridho mendapatkan mobil tua dalam keadaan mati.
Mobil yang dibelinya seharga Rp 10 jutaan itu disulap menjadi estetik lengkap dengan rak kopi pada bagian belakangnya.
Karena dalam kondisi mati, ia pun harus merogoh kocek lagi sebesar Rp 15 jutaan untuk memperbaiki mobil tersebut.
Sementara untuk modifikasi rak di belakang mobil sebagai tempat menyeduh kopi, Ridho harus merogoh kocek sekitar Rp 3-5 juta.
Selanjutnya, harga mesin kopi berkisar di antara Rp 4 jutaan.
• Puting Beliung Kembali Rusak Rumah di Bener Meriah, Atap Seng Beterbangan
"Sebenarnya kalau teman-teman mau, modal Rp 10 jutaan pun sudah cukup untuk memulai bisnis seperti ini. Karena mesin kopi (espresso) bisa beli bekas dan harganya lebih terjangkau," ungkap Ridho.
Ia menjelaskan, terkait pengadaan mobil yang cost-nya terkesan lebih mahal, bisa diakali dengan bekerja sama teman lain yang sudah memiliki mobil.
Bila tak ada jalan lain, bisa juga menggunakan sepeda atau membuat lapak minimalis dari kayu yang harganya lebih terjangkau.
Ridho mengaku, usaha coffee car memang sedang bertumbuh di Banda Aceh.
Baik itu dari sisi penjual maupun pembeli, trennya terus meningkat setiap tahun.
Meski demikian, ia berpesan bila memulai bisnis harus punya dua syarat, yakni hobi di bidang tersebut dan pandai melihat peluang bisnis.
Peluang bisnis dimaksud, lanjut Ridho, bukanlah yang sedang tren melainkan peluang berupa relasi, pengetahuan dan tempat dibesarkan.
Ia bercerita, punya latar belakang berkuliah di jurusan Teknik Pertanian Unsyiah (sekarang USK) dan pernah dibesarkan di lingkungan petani kopi membuatnya punya pemahaman yang cukup merintis bisnis tersebut.
"Cita-cita saya sejak lama bisa punya brand dari hasil pertanian, membantu pemerintah mengurangi pengangguran dengan membuka lapangan kerja seluas-luas, serta menjadi orang yang bermanfaat bagi orang banyak," ungkap Ridho sesekali melayani pembeli yang berdatangan.
Ia berpesan, anak-anak muda khususnya di Aceh supaya tidak pilih-pilih belajar banyak hal. Karena menurutnya, kesempatan bisa datang dari mana saja.
Ketika menemukan kesempatan yang cocok dan menghasilkan, baru kemudian fokus di sana.
Selanjutnya, kata Ridho, sebelum memulai bisnis, ikuti satu sosok terlebih dahulu.
Jadilah karyawan di awal dan mulai dari nol, supaya tahu proses secara fundamental dan punya strategi yang cukup dalam memulai usaha sehingga mampu meminimalisir risiko bisnis nantinya.
"Jangan karena banyak modal langsung mulai usaha, nanti gak tahu gimana proses belajarnya, bisa banyak rugi. Saya saja sempat dua kali rusak dan ganti mesin kopi espresso karena belum tahu celanya," kata Ridho.
Ia berharap, pihak berwenang juga dapat memberikan support kepada anak-anak muda di Aceh dalam berbisnis.
Kemudian saat ada yang berjualan di lapak tertentu, Ridho berujar pihak berwajib tidak sekadar mengusir para milenial atau masyarakat yang berjualan di sana, melainkan turut memberikan solusi.
"Buat teman-teman yang baru memulai usaha coffee car seperti ini, tetap semangat dan selalu kreatif. Kesuksesan selalu menyertai orang-orang yang tak berhenti belajar dan berikhtiar," pungkasnya.(*)