Anak dan Istri Tewas di Pantai Payangan, Nasib Nur Hasan Pimpinan Kelompok Tunggal Jati Nusantara

"Pak Hasan dulunya ini kerja di Malaysia. Terus 2010 itu pulang. Kayaknya setelah itu, dia dikenal sebagai paranormal,"

Editor: Faisal Zamzami
Kolase Tribunnews.com: Kanal YouTube Tribunnews
Foto Nur Hasan, pimpinan Tunggal Jati Nusantara. 

SERAMBINEWS.COM, JEMBER - Diyakini mampu menerawang masa depan, Nur Hasan pimpinan kelompok Jati Tunggal Nusantara tak bisa menyelamatkan nyawa anggota keluarga.

Istri kedua Nur Hasan, Ida, dan Pingkan anak dari istri pertama, masuk daftar 11 orang pengikut kelompok Jati Tunggal Nusantara yang direnggut maut ombak pantai selatan. 

Nur Hasan menggorganisir 28 orang untuk meditasi di bibir Pantai Payangan, Dusun Payangan, Desa Sumberrejo, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember, Minggu (13/2/2022) dini hari.

Namun, sapuan ombak kedua menggulung puluhan orang dan 11 di antaranya tenggelam dan tewas. Satu per satu jenazah mereka ditemukan besoknya.

Beruntung, Nuriya Fifa Kirana, anak Nur Hasan dan Ida yang masih berusia dua tahun selamat dari ombak pantai selatan karena digendong salah seorang pengikut Hasan yang selamat.

Nur Hasan merupakan mantan TKI. Sejak pulang dari Malaysia pada 2010 silam, ia dikenal sebagai paranormal dan sehari-hari memakai selendang hijau di rumahnya.

Kelompok Tunggal Jati Nusantara didirikan Nur Hasan sejak 2011. Tahun demi tahun, tepatnya pada 2015, ia memiliki banyak pengikut.

"Pak Hasan dulunya ini kerja di Malaysia. Terus 2010 itu pulang. Kayaknya setelah itu, dia dikenal sebagai paranormal," ujar Budi Harto, Sekretaris Desa Dukuhmencek, Senin (14/2/2022).

Selama ini Nur Hasan tinggal di rumah istri tuanya yang sederhana berwarna merah muda di Dusun Botosari, Desa Dukuhmencek, Kecamatan Sukorambi.

  
Sementara istri mudanya, Ida, tinggal di Dusun Gayam, Desa Kaliwining, Kecamatan Rambipuji. Rumah ida dekat dengan Terminal Tawangalun.

Baca juga: Sosok Nur Hasan, Pimpinan Ritual Maut di Pantai Payangan, Bukan Ustaz dan Pernah Jadi MC Dangdut

Baca juga: VIDEO - Terungkap Nama Asli dari Padepokan Tunggal Jati Nusantara Korban Ritual Maut Pantai Payangan

Identik dengan Selendang Hijau

Entah dari mana asalnya, hampir setiap hari rumah Nur Hasan dikunjungi tamu. Apalagi saban malam Jumat, jumlah tamu bisa sampai 20-an orang.

Cerita yang beredar di antara tetangga, Nur Hasan dianggap punya kekuatan spiritual sehingga mampu terawang nasib orang di masa depan, termasuk mengajak orang mendapat ketenangan jiwa.

"Kemana-mana pakai selendang hijau," sambung Budi Harto.

Tamu-tamu yang datang bukan hanya dari kalangan bawah. Tak sedikit dari mereka membawa mobil. Menurut informasi, rumah Nur Hasan sebagai tempat pengobatan alternatif.

Tapi ada juga orang yang bertamu ke Nur Hasan tujuannya bermacam-macam. Ada yang ingin konsultasi masalah ekonomi, rumah tangga, atau kesehatan.

Kebanyakan, pengikut Nur Hasan dulunya pasien. Berkat getok tular dari mereka yang sembuh, Nur Hasan mendapat banyak pengikut.

Kepala Desa Dukuhmencek, Nanda Setiawan, memastikan Nur Hasan bukanlah kiai atau ustaz. Selain paranormal, dia punya usaha sampingan.

"Kerjanya kadang-kadang MC dangdut, sementara ini jual online kayak tisu," tutur Nanda.

Di rumah Nur Hasan, terdapat tulisan seperti kaligrafi berbunyi Tunggal Jati Nusantara. Selama menerima tamu selalu di ruang tamunya, karena memang tidak punya padepokan. 

Sejak dua tahun lalu Nur Hasan kerap menggelar kegiatan di ruang tamunya tersebut.

Mulanya pengurus desa tidak menaruh curiga karena merasa menganggap kegiatan saban dua bulan sekali itu postif. Membaca Al-Quran, zikir dan selawat, misalnya.

“Awalnya seperti itu, tapi kok lama-lama ada seperti ini, itu saya kurang tahu,” tambah dia.

Dari penelusurannya, 'ritual menantang ombak' para pengikut kelompok Tunggal Jati Nusantara di Pantai Payangan yang dikomandoi Nur Hasan bukan yang pertama.

Nasib Nur Hasan Terancam 

Kapolres Jember, AKBP Hery Purnomo, mengatakan hasil penyelidikan sementara, kelompok Tunggal Jati Nusantara tak hanya pengobatan alternatif.

“Nah ini kesehatan secara fisik maupun batin. Bermacam-macamlah alasan orang yang datang dan bergabung,” jelas Hery.

Setelah ritual maut Minggu Kliwon itu, Nur Hasan langsung diperiksa sebagai saksi oleh personel Satreskrim Polres Jember.

Tidak menutup kemungkinan, status Nur Hasan bisa berubah menjadi tersangka. Karena melakukan kegiatan yang membuat nyawa orang lain celaka.

Sudah 13 orang yang kebanyakan pengikut Hasan sudah dimintai keterangan. Tapi, polisi menemui kendala ketika hendak memeriksa Nur Hasan.

Nur Hasan tiba-tiba mengaku sesak nafas. Sampai-sampai harus dilarikan di RSUD dr Soebandi.

"Gelar perkara akan dilakukan setelah selesai memeriksa semua saksi," ungkap Hery.

Ia menjelaskan, ritual di Pantai Payangan yang dilakukan Nur Hasan dan pengikutnya bertujuan membuang sial melalui proses pembersihan diri.

"Kedua, mengharapkan berkah dari Ratu Pantai Selatan. Mereka membaca doa-doa, termasuk ada doa dalam bahasa Jawa."

"Itu perlu kami dalami lagi tentang bacaan itu, nanti masuk dalam kejawen seperti apa," imbuh Herry sambil menjelaskan, ritual mandi di pantai selatan hanya waktu-waktu tertentu.

Dalam kasus ini polisi hanya bisa menelusuri apakah dalam peristiwa 11 orang tewas ada unsur pidana atau tidak.

Sedangkan untuk menyimpulkan kelompok Tunggal Jati Nusantara menyimpang dari norma-norma agama atau kepercayaan, membutuhkan pengusutan lebih dalam.

Pengusutan itu harus melibatkan tokoh-tokoh agama maupun sesepuh dari kepercayaan tertentu.

Baca juga: Besok, Buruh Berencana Geruduk Kantor Menteri Ida, Tuntutan Cabut Permenaker Tentang JHT

Baca juga: Calon Istri Tewas Kecelakaan, Pria Ini Nekat Ubah Pemakaman sang Kekasih Jadi Acara Pernikahan

Baca juga: Pertemuan Perdana Tim Pelaksaan MoU Helsinki di 2022, Begini Arahan Wali Nanggroe

TribunJakarta: Anak Istri Tewas Tenggelam, Begini Nasib Terbaru Nur Hasan Pimpinan Kelompok Tunggal Jati Nusantara

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved