Berita Pidie

Warga Sukon Baroh Teupin Raya Adakan Toet Apam Massal, Pakai Daun Kelapa Kering

Lalu adonan yang sudah diaduk itu kemudian dimasak dalam sebuah gerabah (periuk tanah) yang berukuran kecil.

Editor: Nur Nihayati
Dok warga
Ketua DPRK Pidie, Mahfuddin Ismail MAP (tengah) saat melihat kaum ibu memproses apam (penganan) khas Pidie di Gampong Sukon Baroh, Kecamatan Glumpang Tiga, Pidie, Rabu (16/2/2022). 

Lalu adonan yang sudah diaduk itu kemudian dimasak dalam sebuah gerabah (periuk tanah) yang berukuran kecil.

SERAMBINEWS.COM, SIGLI - Masyarakat di Gampong Sukon Baroh Teupin Raya, Kecamatan Glumpang Tiga, Pidie mengadakan toet apam massal di Meunasah desa setempat, Rabu (16/2/2022).

Toet apam adalah membuah penganan dari tepung beras dicampur santan bernama apam dengan cara dimasak di gerabah khusus.

Apam merupakan salah satu penganan khas Pidie sudah ada sejak zaman dulu.

Ketua DPRK Pidie, Mahfuddin Ismail MAP di sela-sela kegiatan mengaku antusias warga di kampung halamannya sangat tinggi.

"Warga berbondong-bondong hadir ke meunasah Sukon Baroh dalam rangka memuliakan bulan Ra’jab.

Yaitu melakukan toet apam. Budaya toet apam ini sudah menjadi tradisi turun menurun masyarakat Pidie, "katanya.

Baca juga: Tradisi ‘Toet Apam’ Bangkit Kembali di Pidie

Baca juga: Keren, Teut Apam Masuk Kurikulum Sekolah di Pidie, Kadisdik: Lestarikan Makanan Khas Daerah

Apam (sejenis serabi) merupakan penganan tradisional Aceh, yang dibuat dari campuran tepung beras, santan, air putih, garam dan gula pasir.

Lalu adonan yang sudah diaduk itu kemudian dimasak dalam sebuah gerabah (periuk tanah) yang berukuran kecil.

Uniknya kegiatan toet apam ini tetap memasak dengan pola gampong yaitu memakai ôn ‘ue thô (daun kelapa kering).

“Masaknya lebih enak menggunakan daun kelapa kering dibandingkan kompor,” tambah Hajjah Hayati Binti Amin, seorang tokoh perempuan di Gampong ini.

Kekompakan masyarakat atas niat dan berinisiatif untuk bersama-sama menggelar tradisi tôet apam di meunasah sangat dikagumi.

Tentu hal ini dilakukan untuk menjaga tradisi masyarakat Aceh tempo dulu khususnya Pidie yang sudah turun - temurun.

“Semangatnya adalah selain Silaturrahmi terjalin antar sesama masyarakat, menjaga kekompakan warga, bersedekah apam untuk orang lain, juga sebagai bentuk menjaga kelestarian budaya indatu.

Supaya generasi muda - mudi sekarang tahu tradisi tôt apam itu adalah tradisi para pendahulu kita,” ujarnya.

Kemudian apam yang telah dimasak bersama kuah santan siap dihidangkan kepada para tamu yang sengaja diundang ke meunasah. (*)

Baca juga: Lestarikan Tradisi Masyarakat Pidie, Ratusan Pelajar ‘Toet Apam’ Pakai Kain Sarung

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved