Jurnalisme Warga

Keterlibatan Mahasiswa dalam Tanggap Darurat Bencana

Meski proses belajarmengajar di kelas terganggu, tetapi sejumlah mahasiswa STIKes Muhammadyah Lhokseumawe ikut melakukan pengkajian

Editor: bakri
Foto kiriman warga
Mahasiswa yang tergabung dalam KBM Unsam Langsa turun ke jalan selama 3 hari galang dana untuk membantu koban banjir. 

Beberapa tim medis dari salah satu fasilitas Kesehatan (faskes) di Kota Lhokseumawe menuju ke lokasi terdampak bencana banjir tersebut.

Sedangkan tim medis diperan oleh mahasiswa yang tergabung dalam tim simulasi.

Sebelum bencana banjir terjadi sejumlah tim medis sudah melakukan penilaian risiko bencana pada wilayah-wilayah yang rentan terjadi bencana dengan tujuan menentukan tingkat risiko bencana berdasarkan hasil kajian terhadap ancaman, kerentanan, dan kapasitas.

Para mahasiswa menggalang dana di Lhokseumawe untuk para korban banjir Aceh Utara, Rabu (5/1/2022).
Para mahasiswa menggalang dana di Lhokseumawe untuk para korban banjir Aceh Utara, Rabu (5/1/2022). (SERAMBINEWS.COM/SAIFUL BAHRI)

Metode yang digunakan berdasarkan Perka BNPB Nomor 2 Tahun 2012 dengan menggunakan 3 kelas interval tingkat risiko yaitu tinggi, sedang dan rendah.

Pada suatu wilayah dapat dikatakan sebagai bencana apabila suatu peristiwa yang mengganggu kehidupan maupun penghidupan yang disebabkan oleh faktor alam, faktor nonalam, maupun faktor manusia itu sendiri sehingga peristiwa tersebut dapat menyebabkan korban jiwa manusia, harta benda maupun terjadi gangguan psikologis lainnya.

Apabila salah satu faktor tersebut terjadi dan adanya korban maka itu dapat dikatakan sebagai bencana.

Baca juga: Danlanal Lhokseumawe Antar Bantuan Tanggap Darurat untuk Korban Banjir di Lima Desa

Baca juga: Masa Tanggap Darurat Penanganan Banjir Aceh Utara 14 Hari, Akibat Meluap Krueng Keureuto dan Pase

Salah satu faktor alam tersebut dapat berupa banjir maupun longsor yang merupakan tema dalam simulasi ini.

Faktor-faktor tersebut dapat dikatakan sebagai ancaman bencana, sedangkan ancaman bencana tidak dapat dikurangi ancamannya.

Namun, untuk mengurangi risiko bencana maka diperlukan suatu usaha yang dapat mengurangi kerentanan dan dapat meningkatkan kapasitas suatu wilayah.

Salah satu contoh dalam meningkatkan kapasitas adalah dengan mempelajari pendidikan pengurangan risiko bencana dan melakukan pelatihan atau simulasi pengurangan risiko bencana, karena pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu elemen kajian penilaian risiko bencana.

Mahasiswa atau mahasiswi yang tergabung dalam simulasi ini, sebelum ancaman bencana banjir dan longsor terjadi mereka telah melakukan penilaian prabencana, yaitu mengumpulkan informasi tentang pola daerah, data sumber daya seperti tenaga kesehatan, dana, prasarana dan sarana.

Tujuan dari pengumpulan informasi ini untuk meningkatkan kapasitas pada wilayah-wilayah yang berisiko dari ancaman bencana, terutama penambahan atau perbaikan prasarana dan sarana yang sudah rusak, penambahan tenaga kesehatan yang selalu siap siaga 24 jam.

Pada pagi hari yang sama, pukul 05.30 WIB, Pos kesehatan mendapat informasi dari kepala desa bahwa di desa mereka telah terjadi banjir sehingga menyebabkan beberapa masyarakat yang menjadi korban.

Begitu mendapatkan informasi tentang korban masyarakat, maka kepala pos kesehatan langsung mengarahkan tenaga kesehatan ke lokasi terdampak bencana.

Tenaga kesehatan langsung merespons dengan memberikan pertolongan pertama korban jiwa.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved