Jurnalisme Warga

Ngopi Juga Ngaji

ACEH dikenal sebagai salah satu sentral produksi kopi arabika terbesar. Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Asia. Kopi hasil produksi dari Aceh

Editor: bakri

OLEH NAURATUL ISLAMI, Mahasiswi Prodi PBA Pascasarjana UIN Ar-Raniry dan alumnus Dayah Putri Muslimat Samalanga, melaporkan dari Banda Aceh

ACEH dikenal sebagai salah satu sentral produksi kopi arabika terbesar.

Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Asia.

Kopi hasil produksi dari Aceh meniliki kualitas yang baik di level dunia.

Hingga saat ini kopi berkembang dan menyatu dengan kebudayaan masyarakat.

Ada berbagai alasan yang menjadikan kopi sebagai salah satu minuman yang wajib dicoba.

Bahkan, bagi sebagian besar masyarakat Aceh ‘ngopi’ merupakan rutinitas wajib.

Sebagian orang sering mendapatkan inspirasi ketika sedang jenuh saat beraktivitas.

Bagi penikmat kopi mereka akan mendapatkan kenikmatan tersendiri ketika meminum kopi.

Di setiap daerah, kopi memiliki ciri khas tersendiri.

Demikian pula dengan daerah Aceh yang identik dengan ‘kupi pancong’- nya.

Asal-usul Kopi Dalam buku Hikayat-Hikayat dari Negeri Para Wali dijelaskan tentang asal-usul kopi.

Baca juga: Ngopi dan Inspirasi

Baca juga: HPN, Ngopi Bareng Merdeka, dan Harapan kepada Insan Pers di Pidie

Sebagaimana yang termaktub dalam manuskrip Rihlah Hadhramiyah karangan Habib Alwi bin Thahir al-Haddad, Habib Abu Bakar bin Abdullah al-Attas memaparkan bahwa kopi dijadikan sebagai minuman pertama kali pada masa Syekh Abul Hasan Ali bin Umar as-Syazili.

Saat pelantikan Syekh Abul Hasan Ali bin Umar as-Syazili menjadi wali kutub, banyak orang yang diganggu jin.

Syekh menceritakan hal tersebut kepada Nabi Khidir as saat mereka bertemu.

Setelah mendengar keluh kesah sang Syekh, Nabi Khidir pun memberikan dua batang pohon kopi dan berpesan, “Tanamlah pohon ini, masaklah buahnya, dan anjurkan orang-orang untuk memasaknya juga di rumah-rumah mereka.

” Syekh Ali mengikuti anjuran dari Nabi Khidir.

Beliau menyampaikan nasihat tersebut kepada orang-orang.

Tu Sop Jeunieb sedang bersama para pemuda saat ngopi bersama di Pantai Kuala Bugak, Peureulak, Aceh Timur, Selasa (05/01/2021).
Tu Sop Jeunieb sedang bersama para pemuda saat ngopi bersama di Pantai Kuala Bugak, Peureulak, Aceh Timur, Selasa (05/01/2021). (Foto: Humas HUDA Aceh)

Sejak saat itulah gangguan jin mulai mereda.

Kopi, minuman istimewa Kopi juga menjadi bukti istimewanya umat Nabi Muhammad saw.

Hal tersebut sepadan dengan ungkapan as-Sayyid Abdurrahman ibn Muhammad al-Aydarus dalam risalahnya tentang keistimewaan tersebut.

Di antara kelezatan dan kerinduan surga dari Allah adalah kopi yang tidak didapat pada masa-masa sebelumnya.

Baca juga: Keseruan Ngopi di Atas “Awan” Peringati Satu Dekade Mercedes Benz Club Aceh

Ini merupakan suatu keistimewaan kepada umat terakhir.

Kopi Allah ciptakan sebagai penggerak untuk ketaatan karena lemahnya umat Nabi Muhammad jika dibandingkan dengan umat-umat terdahulu.

Untuk mendapatkan keberkahan yang begitu banyak, setiap orang dianjurkan membaca doa sebelum menikmati kopi.

Dalam kitab Tsabitul Fuad Juzu` 2 halaman 13 tertera bacaan yang diamalkan tergantung kapan kita meminum kopi.

Jika kita meminumnya pada pagi hari, maka yang dibaca adalah Surat Alfatihah dan ayat kursi.

Jika pada siang hari, maka dianjurkan untuk membaca Surah Alfatihah dan Al-Quraisy.

Dan pada akhir malam dibaca Ya Qawiyyu sebanyak 116 kali.

Sedangkan pada selain waktu tersebut dianjurkan untuk membaca Alfatihah dan ayat kursi.

Begitu istimewa dan akrabnya umat Islam dengan kopi hingga diatur sedemikian rupa.

Hal tersebut tidak lain bertujuan untuk mendapatkan keberkahan yang sempurna dalam menikmati minuman yang begitu banyak memiliki manfaat ini, baik dalam dunia medis maupun agama.

Manfaat kopi Dalam bahasa Arab, kopi adalah “al-qahwah”.

Secara bahasa, kata “al-qahwah” diadopsi dari kata “al-iqha`” dengan arti “al-kiraahah” (benci).

Baca juga: Aminullah Ajak Bima Arya dan Peserta JKPI Ngopi di Stand Banda Aceh

Dan ada juga yang mengartikan “al-iq’aad” (melumpuhkan).

Dari ke dua kata tersebut dimaksudkan bahwa kopi dapat mengurangi selera makan.

Efek lain yang ditimbulkan ketika seseorang meminum kopi adalah menghilangkan rasa kantuk.

Semuanya bertujuan untuk muqarabah ilallah (mendekatkan diri kepada Allah).

Sedangkan secara medis, mengonsumsi kopi sesuai dengan anjuran (tanpa gula) juga memiliki beberapa manfaat.

Di antaranya adalah mencegah depresi, meningkatkan daya ingat, mencegah penurunan fungsi otak, dan menurunkan berat badan.

Namun, ada hal yang perlu digarisbawahi, yaitu tidak boleh berlebihan.

Hal ini disebabkan jika dosis kafein dalam kopi terlalu melewati batas konsumsi, maka akan mengakibatkan efek samping.

Tradisi ngopi Masyarakat Aceh akrab dengan istilah mengopi atau ngopi.

Jika kita telusuri berbagai tempat di Aceh, tentunya kita dengan mudah menjumpai kedai-kedai kopi yang tak pernah sepi.

Bahkan, hingga larut malam sekalipun.

Ngopi sudah hampir menjadi rutinitas wajib bagi mayoritas masyarakat Aceh.

Baca juga: Kadisdukcapil Se-Aceh Raker dan Ngopi Bareng di Disdukcapil Aceh Tengah, Miliki Pelayanan Memadai

Sering kita lihat mereka akan melontarkan pertanyaan kaleuh jep kupi? (sudah minum kopi?) ketika berjumpa dengan teman yang sudah lama tidak berjumpa, ataupun teman dari luar daerah.

Sehingga, ngopi bisa menjadi salah satu tradisi yang bisa mempererat ukhuwah.

Tidak ada sekat pembatas umur dan pekerjaan.

Semua pihak dari berbagai kalangan telah menjadikan ngopi sebagai aktivitas mereka.

Dari generasi ke generasi ngopi dijadikan tradisi.

Tidak hanya masyarakat luar saja yang menikmati minuman kopi tersebut.

Ngopi juga begitu erat kaitannya dengan para santri dalam dunia pemondokan.

Bahkan, sering terdengar frasa “Ngaji, ngopi, ngabdi”.

Paduan yang begitu unik, sungguh menarik bukan? Ngopi juga ngaji Dewasa ini bisa kita lihat di berbagai daerah bahwa kedai kopi begitu banyak peminatnya.

Tren ngopi kian menjamur seperti menjamurnya tren bunga saban hari.

Beberapa waktu ini, ada beberapa tempat kedai kopi yang berinisiatif untuk melaksanakan program “Ngopi juga ngaji”, seperti yang digelar di Kupi Nanggroe di Banda Aceh.

Secara tidak langsung, program ini memberi begitu banyak dampak positif.

Ini merupakan langkah efektif untuk menyebarluaskan syiar agama.

Dakwah dengan jalan merangkul masyarakat.

Pemanfaatan waktu dan tempat yang tepat.

Gebrakan kecil seperti inilah yang akan membawa dampak positif yang luar biasa.

Hal ini dapat dijadikan sebagai contoh kepada yang lainnya.

Dengan begitu, rutinitas ngopi tidak hanya sebatas mengobrol dan membuang- buang waktu saja, tapi juga bisa menjadi ladang amal kebajikan untuk mendapatkan manfaat ukhrawi.

Yakni, dengan saling mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan sesama.

Pun demikian dengan adanya program-program seperti ini diharapkan secara perlahan akan mempererat ukhuwah dan menciptakan kader-kader yang paham akan ilmu agama.

Tentunya juga akan menjadikan masyarakat Aceh yang taat beragama dan melestarikan julukan bumi “Serambi Mekkah”.

Di zaman yang begitu canggih ini begitu banyak hal yang bisa dilakukan untuk berbuat baik dan menyiarkan agama.

Kita hanya perlu bersikap bijak dan cermat, serta pandai memanfaatkan kesempatan yang sudah ada.

Sehingga dengan demikian, kita akan bisa menjadi masyarakat yang bermanfaat untuk agama dan negara, serta masyarakat yang membumikan syariat dan melestarikan adat dan budaya.

Amin.

Waallahu a’lam… <211004021@student.arraniry.ac.id>

Baca juga: Ngopi Pagi di Solong Ulee Kareng, Sandiaga Uno Racik Sendiri Kopinya

Baca juga: “Ngopi Bareng” Agen BRILink, BRI Insurance Sosialisasi BRINS Agent

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Indahnya Islam 

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved