Berita Luar Negeri
Hong Kong Kaji Lockdown, Kewalahan Terinfeksi Omicron
Lockdown terpaksa ditempuh karena pemerintah setempat kewalahan menghadapi pasien yang menumpuk di rumah sakit (RS)
JAKARTA - Hong Kong berencana menerapkan karantina penuh akibat penyebaran varian omicron covid-19.
Lockdown terpaksa ditempuh karena pemerintah setempat kewalahan menghadapi pasien yang menumpuk di rumah sakit (RS).
Padahal, selama dua tahun terakhir, Hong Kong sukses menerapkan strategi zero covid-19.
Menteri Kesehatan Hong Kong Sophia Chan mengakui tengah mempertimbangkan kebijakan membatasi mobilitas masyarakat.
Pernyataan tersebut menampik Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam yang sebelumnya menyebut mengesampingkan lockdown, dan hanya melakukan tes covid-19 secara massal kepada 7,4 juta penduduk.
"Kami masih berdiskusi.
Dari perspektif kesehatan masyarakat, untuk menghasilkan efek terbaik dari tes wajib, kami perlu mengurangi pergerakan orang sampai batas waktu tertentu," imbuhnya dilansir AFP, Senin (28/2/2022).
"Untuk mengurangi pergerakan orang, maka warga harus tetap di rumah atau sebisa mungkin menghindari jalan-jalan," jelasnya.

Saat ini wabah covid-19 varian omicron tengah menyebar luas di pelbagai wilayah Hong Kong.
Tercatat, ada 26 ribu kasus infeksi baru dan 83 kasus kematian per Minggu (27/2) kemarin.
Baca juga: Hong Kong Dihantam Gelombang Kelima Virus Corona, Kasus Harian Melonjak Tinggi
Baca juga: Hong Kong Akan Vaksin Covid-19 Anak Berusia Tiga Tahun
Sebelum dilanda gelombang covid-19, kota tersebut hanya mencatatkan 12 ribu kasus sejak awal pandemi.
RS setempat dikabarkan telah menyentuh puncak kemampuannya menampung pasien covid-19 sejak beberapa minggu sebelumnya.
"Saat ini kami menghadapi masalah transportasi mayat dari rumah sakit ke kamar mayat umum.
Makanya ada beberapa jenazah yang awalnya direncanakan dibawa ke kamar jenazah umum, tapi tetap di rumah sakit," ungkap Kepala Manajer Otoritas Rumah Sakit Lau Ka-hin kepada wartawan.
Tingkat kematian akibat covid-19 dalam sepekan di Hong Kong sudah mencapai 8 kasus per satu juta orang penduduk.