Berita Banda Aceh
PMI Banda Aceh Imbau Skrining Darah Untuk Hindari Kelahiran Anak Talasemia
Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Banda Aceh bekerja sama dengan Abbott dan Yayasan Darah Untuk Aceh menggelar talkshow Talasemia
BANDA ACEH - Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Banda Aceh bekerja sama dengan Abbott dan Yayasan Darah Untuk Aceh menggelar talkshow Talasemia dan Kebutuhan Transfusi Darah di halaman Kantor PMI Kota Banda Aceh, Selasa (1/3/2022).
Dokter spesialis anak, Dr Eka Destianti SpA(K) MKed (Ped) yang menjadi narasumber dalam talkshow tersebut mengatakan, masyarakat sebaiknya melakukan skrining darah untuk mengetahui apakah membawa sifat talasemia atau tidak.
Ia sangat menganjurkan anak-anak muda yang ingin menikah untuk skrining darah terlebih dahulu.
"Dari hasil skrining nanti kita bisa lebih sadar untuk mengambil keputusan.
Secara ilmu pengetahuan kalau kedua pasangan sama-sama membawa sifat talasemia, kemungkinan anak bisa lahir normal sebesar 25 persen, kemungkinan anak kena talasemia 25 persen, dan kemungkinan sebagai pembawa sifat 50 persen," kata Dr Eka kepada peserta talkshow.
Para pegiat talasemia, lanjut Dr Eka, punya mimpi pada tahun 2035 nanti tidak ada lagi kelahiran anak dengan talasemia di Aceh.
Untuk mewujudkan mimpi itu dibutuhkan kesadaran masyarakat dan partisipasi banyak pihak, terutama generasi muda yang belum menikah untuk melakukan skrining.

Ketika seseorang mengetahui kondisinya sebagai pembawa sifat, ia bisa membicarakan masa depan dengan pasangannya secara matang.
Kesadaran ini diharapkan dapat menurunkan tingkat kelahiran anak dengan talasemia.
Baca juga: Bupati Aceh Timur Kunjungi Balita Penderita Talasemia
Baca juga: Bupati Muzakkar: 30 Anak Talasemia di Bireuen Butuh Transfusi Darah Rutin
"Yang paling penting itu skrining dulu, setelah itu kita pelan-pelan sampai akhirnya bisa rendahkan, yaitu nol kelahiran talasemia," tuturnya.
Pada 2018 lalu, menurut data yang dikumpulkan Dr Eka dan rekannya, terdapat sekitar 550 orang penyintas talasemia di Aceh.
Ia menyebutkan jumlah talasemia saat ini mengalami peningkatan, namun belum diketahui pasti berapa jumlahnya.
Menjadi penyintas talasemia tidak mudah karena memiliki ketergantungan terhadap darah.
Pasien biasanya menjalani transfusi darah setiap tiga minggu atau sebulan.
Seorang penyintas talasemia, Annisa Octiandari Pertiwi, menceritakan pengalamannya dalam talkshow tersebut.