Konflik Rusia vs Ukraina
Bertindak Cepat ketika Ukraina Diserang, Warga Myanmar Marah ke Dunia, Ternyata Ini Sebabnya
Reaksi dunia terhadap penggulingan pemerintah Aung San Suu Kyi menggambarkan ‘setengah hati’ jika dibandingkan dengan Ukraina.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Amirullah
Bertindak Cepat ketika Ukraina Diserang, Warga Myanmar Marah ke Dunia, Ternyata Ini Sebabnya
SERAMBINEWS.COM, NAYPYIDAW – Warga Myanmar menunjukkan kemarahan mereka kepada dunia.
Hal itu dipicu oleh respon dunia terhadap invasi Rusia ke Ukarina yang dimulai sejak Kamis (24/2/2022).
Myanmar mungkin bersolidaritas bersama rakyat Ukraina, tetapi mereka memiliki banyak alasan untuk marah dengan tanggapan dunia.
Hal itu tidak terlepas dengan krisis yang mereka hadapi di dalam negeri.
Negara-negara Barat dan sekutu utama Asia menanggapi invasi Rusia ke Ukraina dalam beberapa hari dengan menjatuhkan sanksi keras.
Baca juga: Konflik Rusia Vs Ukraina: Pesawat Kiamat Putin Lepas Landas, Punya Kemampuan Tahan Ledakan Nuklir
Baca juga: Konflik Rusia vs Ukraina, Rusia Bawa Senjata Mematikan Ini, Sekali Meledak Tubuh Manusia Menguap
Reaksi dunia terhadap penggulingan pemerintah Aung San Suu Kyi oleh militer Junta Myanmar yang berdarah satu tahun lalu menggambarkan ‘setengah hati’ jika dibandingkan dengan Ukraina.
Warga Myanmar telah dengan berani melawan militer melalui pembangkangan sipil dan pemberontakan bersenjata sejak kudeta 1 Februari 2021.
Pemerintah Myanmar yang berkuasa saat ini dengan cepat mengutuk invasi Rusia ke Ukraina melaui sidang majelis PBB.
Lantas mengapa negara-negara seperti Singapura dan Australia yang menolak memberikan sanksi ke Myanmar, namun bergerak begitu cepat untuk memberikan sanksi kepada Rusia?
Mengapa negara-negara seperti Finlandia dan Swedia membuang netralitas mereka untuk mempersenjatai Ukraina?
Mengapa pusat perbankan seperti Swiss dan Monako bergerak untuk membekukan aset oligarki Rusia?
Hal-hal itu kemudian menjadi pertanyaan umum bagi masyarakat di Myanmar dan juga Pemerintah Persatuan Nasional Myanmar (NUG).
Baca juga: Mulanya Keras Mendukung Ukraina, PM India Narendra Modi Kini Berbalik Dukung Rusia, Ini Alasannya
Mengapa Dunia berbeda dalam melihat situasi ini?
Melansir dari Radio Free Aisa (RFA), Jumat (4/3/2022), alasan pertama adalah bahwa Rusia telah menginvasi sebuah negara berdaulat.
Dengan melakukan itu, Rusia telah menjungkirbalikkan prinsip-prinsip inti hukum internasional dan dasar-dasar perdamaian dan keamanan dunia.
Myanmar mengalami penggulingan pemerintahan demokratis dengan kekerasan.
Junta jelas telah melakukan kejahatan perang yang mengerikan, tetapi tindakannya berada di dalam wilayah kedaulatan Myanmar.
Tetangganya di Asia Tenggara dan negara-negara lain dapat bersembunyi di balik prinsip-prinsip non-intervensi yang diakui dalam urusan internal negara.
Baca juga: Rusia Dituduh Gunakan Bom Termobarik di Ukraina, Apa Saja Dampak Senjata Paling Mematikan Ini?
Kedua, ada kekhawatiran yang sangat nyata bahwa konflik Ukraina akan meningkat.
Rusia telah mengancam perang yang lebih luas di Eropa, dan jika mereka terjebak dalam perperangan di Ukraina, mereka dapat menargetkan anggota NATO yang memasok Ukraina dengan bantuan senjata.
Mantan anggota Uni Soviet dan negara-negara Blok Timur memiliki banyak alasan untuk takut akan pembenaran perang oleh Putin.
Penggunaan kekuatan militer Rusia juga dalam skala yang berbeda.
Sementara militer Myanmar telah memprovokasi kemarahan dengan membakar ratusan rumah sekaligus.
Ketiga, Myanmar memiliki kepentingan global yang marjinal.
Mereka pernah menjadi ‘kesayangan’ sebagian besar komunitas internasional karena demokratisasinya yang singkat setelah beberapa dekade pemerintahan dipegang oleh militer.
Baca juga: Presiden Zelensky Klaim 9.000 Tentara Rusia Tewas dalam Pertempuran dengan Prajurit Ukraina
Tetapi sebaliknya secara strategis dan ekonomi tidak signifikan di mata kebanyakan negara.
Bandingkan dengan Ukraina, yang merupakan pemasok utama makanan ke Eropa, kekuatan industri, dan jalur pasokan energi yang penting.
Lebih penting lagi, dan salah satu alasan keputusan Presiden Vladimir Putin untuk menyerang, adalah bahwa Ukraina menjadi semakin dekat dan saling bergantung dengan Eropa.
Keempat, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah memenangkan hati pemimpin Barat melalui kepemimpinannya.
Sementara pemimpin sipil Aung San Suu Kyi dapat mempertahankan dukungan luas di Myanmar.
Tak hanya itu, dia telah mendiskreditkan dirinya di Barat karena pembelaannya terhadap pembersihan etnis oleh militer terhadap minoritas Muslim Rohingya.
Baca juga: Militer Myanmar Lakukan Pembunuhan Massal, 40 Laki-laki Dikubur Satu Liang
Sangat mengejutkan betapa sedikit simpati internasional untuk Aung San Suu Kyi sejak di kudeta.
Meskipun dia dituntut dalam persidangan pengadilan yang tertutup .
Akhirnya, perhatian Barat pada Ukarina berujung pada rasisme.
Barat dengan cepat membela sesama dan negara Barat yang mudah dikenali.
Sebagian, ini berbicara tentang politik diaspora di Barat, mengingat kehadiran komunitas Ukraina di AS dan di seluruh Eropa, sesuatu yang tidak dinikmati Myanmar pada tingkat yang sama. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)