Internasional
Media China, Venezuela dan Korut Dukung Presiden Vladimir Putin, Perang Ukraina Akibat Keangkuhan AS
Media Venezuela dan China ternyata mendukung Presiden Rusia Vladimir Putin atas invasi ke Ukraina. Media pemerintah Rusia juga memberikan putaran
SERAMBINEWS.COM, LONDON - Media Venezuela dan China ternyata mendukung Presiden Rusia Vladimir Putin atas invasi ke Ukraina.
Media pemerintah Rusia juga memberikan putaran positif pada invasi ke Ukraina.
Sebaliknya, berita utama di Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Kanada menunjukkan kebrutalan invasi Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sehingga, menjadi cerita yang berbeda di negara-negara yang bersahabat dengan Putin, termasuk Venezuela dan Cina.
Di Venezuela, pakar Alberto Aranguibel menyebut invasi 24 Februari 2022 sebagai "la guerra necesaria," atau "perang yang diperlukan," lapor The Guardian, Jumat (11/3/2022).
Dia menyebut Putin sebagai korban kampanye demonisasi paling brutal dan intens yang pernah ada.
Baca juga: Ukraina Akan Tarik Pasukan Perdamaian PBB Dari Afrika, Dibutuhkan di Dalam Negeri
Faktanya, lanjutnya, mungkin hanya sebanding dengan yang telah dilancarkan terhadap Presiden Nicolás Maduro setidaknya selama satu dekade.
Di China, akademisi Wang Shuo menulis di Global Times yang dikelola negara bahwa konflik tersebut sebenarnya bukan kesalahan Putin, melainkan kesalahan Amerika Serikat (AS).
"Ini menjadi krisis yang diciptakan AS," tulisnya.
Dia menambahkan keegoisan strategis AS telah membawa lebih banyak bencana ke dunia.
Dia bukan satu-satunya yang menuding AS dan sekutunya.
Kantor berita Korea Utara ((Korut) KCNA mengutip seorang pejabat Kementerian Luar Negeri mengatakan akar penyebab krisis Ukraina sepenuhnya terletak pada kebijakan hegemonik AS dan Barat.
Baca juga: Terjebak Perang Ukraina-Rusia, Dokter Bertahan di Bunker bersama Macan Kumbang dan Jaguar
Dimana, memaksakan diri sendiri dalam keangkuhan dan penyalahgunaan kekuasaan terhadap negara lain.
Pekan lalu, parlemen Rusia mengesahkan undang-undang yang menjatuhkan hukuman penjara hingga 15 tahun bagi siapa saja yang dengan sengaja menyebarkan berita palsu tentang militer.
Karena itu, beberapa jurnalis internasional telah keluar dari Rusia, karena khawatir akan ditangkap karena liputan tidak mendukung Putin.(*)
Baca juga: Ceko Beri Kesempatan Kerja ke Pengungsi Ukraina Tanpa Perlu Izin Kerja