Sumur Minyak Tradisional Terbakar
Warga Dilarang Memasak, Sumur yang Terbakar Masih Keluarkan Minyak dan Gas
Sumur minyak tradisional di Desa Mata Ie, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur, masih mengeluarkan minyak bercampur gas.
SERAMBINEWS.COM, IDI - Sumur minyak tradisional di Desa Mata Ie, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur, yang meledak dan terbakar pada Jumat (11/3/2022) malam kemarin, telah berhasil dipadamkan pada Sabtu dinihari.
Namun hingga Minggu (13/3/2022), sumur tersebut masih mengeluarkan minyak bercampur gas.
Oleh karena itu, pihak Muspika mengimbau warga yang berada di sekitar lokasi kejadian agar sementara ini jangan memasak dulu, untuk menghindari terulangnya kejadian serupa.
"Coba lihat itu Pak, kan nampak bayangan yang bening-bening itu, itulah gas. Karena itu kami sudah dua hari diimbau Muspika agar tidak memasak, karena dikhawatirkan terjadi kebakaran," ungkap warga sekitar, Roslina kepada Serambi, Minggu (13/3/2022).
Rumah Roslina memang hanya terpaut 30-an meter dari lokasi sumur. Dia mengaku sudah dua hari ini tak diizinkan memasak.
Akibatnya, untuk makan sehari-hari dia terpaksa membeli.
"Ya terpaksa kami beli nasi untuk makan Pak, karena kalau masak dikhawatirkan terbakar, karena di sekitaran rumah masih ada gas," imbuhnya.
Baca juga: Ledakan Sumur Minyak Telan Korban, Satu Orang Meninggal Dua Luka Parah
Roslina mengaku bahwa ia selalu dihantui rasa takut dengan keberadaan sumur minyak yang tak jauh dari rumahnya.
“Sebenarnya takut, tapi apa boleh buat rumah sudah di sini. Dan pengeboran itu hak pemilik tanah, meski jarak sangat dekat dengan rumah saya," tutur janda dua cucu ini.
Apalagi, sehari-hari, Roslina mengaku mencari uang dari meleles rembesan minyak mentah di sekitar lokasi sumur minyak yang dibor warga desa tersebut.
"Habis shalat Subuh kegiatan saya ngeleles minyak mentah, untuk dijual dengan harga 12-18 ribu per jerigen 5 liter. Kadang-kadang saya dapat rezeki 30-50 ribu per hari, tergantung harganya," ungkapnya.
Baca juga: VIDEO Sumur Minyak Tradisional di Ranto Peureulak Meledak, Sejumlah Warga Terbakar
Keuchik Gampong Mata Ie, Muhammad, juga membenarkan kalau warga yang rumahnya berada dekat dengan lokasi terbakar untuk sementara ini dilarang untuk memasak.
Saat ini, di lokasi sumur terbakar sudah terpaksang garis polisi (police line), tanda dilarang mendekat.
“Karena masih mengeluarkan minyak bercampur gas, Muspika Ranto Peureulak melalui Keuchik dan Kadus telah mengimbau masyarakat agar tidak mendekati titik sumur dengan melewati garis police line, karena sangat berbahaya,” kata Kapolres Aceh Timur, AKBP Mahmun Hari Sandy Sinurat SIK melalui Kapolsek Ranto Peureulak, Iptu Eko Suhendro.
Selain itu, Muspika juga mengimbau masyarakat agar tidak merokok di sekitar lokasi dan memakai masker untuk menghindari agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan terhadap kesehatan.
Kapolsek mengatakan, rencananya pada Senin pagi Forkopimda Aceh Timur (Bupati, Kapolres, Dandim) juga akan berkunjung ke rumah korban kebakaran sumur minyak.
"Kita berharap nantinya segera ada solusi agar sumur minyak ini bisa ditutup agar tidak meluber, yang sangat beresiko dan berbahaya," ucap Kapolsek.
Ambil sampel
Selain mengamankan tempat kejadian perkara (TKP), pihaknya bersama Sat Reskrim Polres Aceh Timur juga menampung minyak yang keluar dari sumur ke dalam sebuah drum untuk dijadikan barang bukti penyelidikan.
Di samping itu, Tim Teknisi Kimia, Biologi, Radio Aktif (KBR) Gegana Sat Brimob Polda Aceh juga melakukan pengambilan sampel, meliputi air, minyak dan gas di sekitar lokasi sumur minyak.
Kapolsek Ranto Peureulak, Iptu Eko Suhendro SH, mengatakan, pengambilan sampel itu bertujuan untuk mengecek apakah adanya pencemaran lingkungan atau tidak, imbas dari kebakaran sumur minyak tradisional tersebut.
Berharap dilegalkan
Menariknya, kejadian sumur minyak terbakar yang merenggut korban jiwa itu ternyata tapi tidak menyurutkan semangat warga untuk tetap melakukan aktivitas pengeboran.
"Seperti yang kita lihat, warga tetap melakukan aktivitas pengeboran secara tradisional," ujar Keuchik Gampong Mata Ie, Muhammad, disela-sela mendampingi Serambi saat meninjau sumur minyak.
Muhammad mengungkapkan, masyarakat berharap pemerintah segera membuat regulasi agar masyarakat tetap bisa bekerja melakukan aktivitas pengeboran dengan aman dan nyaman.
"Ada banyak warga yang menjadikan aktivitas pengeboran tradisional ini sebagai usaha mata pencariannya. Tidak hanya warga desa setempat, tapi banyak warga dari desa dan kecamatan lainnya," ungkap keuchik tersebut.
Rp 750.000/Drum
Lalu berapa harga jual minyak mentah tersebut? Salah seorang pekerja sumur minyak menyebutkan, satu drum minyak mentah yang mereka hasilkan dibeli oleh agen seharga Rp 750.000.
"Kadang-kadang agen beli disini Rp 750 ribu per drum," ungkap pekerja tersebut.
Minyak mentah itu kemudian dibawa ke dapur penyulingan untuk dijadikan BBM.
"Ada yang suling di dapur di sini, ada juga yang bawa ke luar daerah. Ada juga yang sudah jadi BBM baru dibawa keluar daerah," tambahnya.
Disela-sela pekerja memasukkan minyak ke dalam drum, muncul seorang anak laki-laki berusia SD membawa jerigen berisi minyak mentah untuk dijual kepada agen. Tampak anak tersebut menerima uang ratusan ribu rupiah.
Keuchik Gampong Mata Ie, Muhammad, menjelaskan, anak-anak dan kaum ibu di desa itu umumnya memang bermata pencarian mengumpulkan minyak mentah atau meleles minyak yang meluber dari lokasi sumur yang dibor.
Pendapatan yang diperoleh bervariasi, tergantung harga minyak. Informasi yang diperoleh Serambi, agen membeli minyak mentah hasil lelesan itu seharga Rp 60.000 sampai Rp 85 ribu per jerigen isi 35 liter.(c49)