Kupi Beungoh

Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (XII) - Ukraina dan Permainan "Frenemy" Erdogan

Oxymoron itu kini menjadi kunci rahasia yang diketahui umum terkait dengan sapak terjang Presiden Edorgan dalam kebijakan luar negeri negerinya.

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Sebagai akibat sikap Turgut Özal yang sangat “mendengar” AS itu Kepala Staf Angkatan Bersenjata Turki mengundurkan diri.

Kenapa Kastaf Turki pada masa itu, Jenderal Necip Torumtay mengundurkan diri?

Jawabannya hanya satu, karena Ozal telah melanggar sebuah hukum besi yang ditinggalkan dan menjadi pegangan angkatan bersenjata Turki, yakni prinsip bapak Turki modern dalam hubungannya dengan negara-negara Arab dan negara-negara Islam, Kemal Ataturk.

Baca juga: Pasukan Khusus Chechnya Bertempur dari Rumah ke Rumah di Kota Mariupol yang Terkepung

Baca juga: Mayat Tentara Rusia Korban Perang di Ukraina Diangkut Tengah Malam Pakai Pesawat dan Kereta Api

Sosok Mustafa Kemal

Mutafa Kemal Attaturk dikenal sebagai tokoh yang menjadikan Turki sebagai negara sekuler, namun ia membuat sebuah doktrin pertahanan penting, yang menjadi pegangan negara dan rakyat Turki sampai dengan hari ini, terutama dalam keamanan dan hubungan internasional.

Doktrin itu adalah “Turki tidak boleh terlibat intervensi dalam perselisihan baik sesama negara Arab, maupun sesama negara Islam.”

Doktrin Attaturk kemudian terlihat jelas dalam Perang Teluk kedua, walaupun Turki anggota NATO, tetapi Turki tidak ikut.

Ketika AS meminta semua sekutunya untuk memusuhi Iran, Turki juga tidak mau mendengar.

Walaupun dalam konteks hegemoni kawasan, Turki tidak senang dengan pembangunan senjata nuklir Iran, Turki tetap saja tidak mau dalam barisan yang sama dengan anggota NATO di belakang AS.

Baca juga: Parlemen Inggris Kecam Perdana Menteri Boris Johnson, Samakan Perang Ukraina dengan Brexit

Baca juga: Menteri Luar Negeri Turki Klaim, Rusia dan Ukraina Akan Segera Mencapai Kesepakatan Damai

Simalakama Turki, AS, dan Rusia

Ada cukup banyak daftar dosa AS terhadap Turki, dan juga daftar dosa Turki terhadap AS.

Di antara sekian banyak dosa AS terhadap Turki adalah AS membantu tentara Republik Kurdi yang berperang di Suriah melawan Assad.

Pada saat yang sama tentara Republik Kurdi juga melakukan perlawanan dengan Turki, karena ingin mendirikan negara Kurdi yang mempunyai wilayah di Irak, Suriah, dan Turki.

Dukungan AS kepada tentara Republik Kurdi adalah ancaman nasional Turki yang sudah cukup lama, dan Edorgan sangat marah dengan hal itu.

Kondisi itu menjadi lebih kompleks dengan kehadiran Rusia, yang dekat dengan Iran dan mempunyai tujuan hegemoni tersendiri dari kepentingan Turki sekalipun hubungan Turki dan Rusia juga cukup baik.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved