Info Singkil
Bupati Aceh Singkil Ekskavasi Situs Singkil Lama
"Pemerintah Daerah dipastikan memberikan dukungan dana maupun bentuk lainnya, untuk melakukan penelitian lebih lanjut situs Singkil Lama,"
Penulis: Dede Rosadi | Editor: Nurul Hayati
"Pemerintah Daerah dipastikan memberikan dukungan dana maupun bentuk lainnya, untuk melakukan penelitian lebih lanjut situs Singkil Lama," kata Dulmusrid.
SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Bupati Aceh Singkil, Dulmusrid menyatakan komitmennya dalam mendukung ekskavasi situs Singkil Lama.
Baik dalam bentuk pendanaan maupun kebijakan lain.
"Pemerintah Daerah dipastikan memberikan dukungan dana maupun bentuk lainnya, untuk melakukan penelitian lebih lanjut situs Singkil Lama," kata Dulmusrid.
Pernyataan Dulmusrid tersebut disampaikan usai mendengarkan pemaparan hasil penelitian situs Singkil Lama dari arkeolog, sejarawan dan antropolog yang tergabung dalam Yayasan Warisan Aceh Nusantara (Wansa), Selasa (22/3/2022).
Menurut Dulmusrid perlu penelitian lebih lanjut, untuk mengungkap sejarah peradaban Singkil.
Penelitian sebutnya, tidak hanya di situs Singkil Lama.
Baca juga: Arkeolog Minta Pemkab Singkil Jaga Situs Singkil Lama, Kaya Nilai Sejarah dan Ilmu Pengetahuan
Tetapi ke-116 desa lain di Aceh Singkil.
Alasannya pusat perdagangan rempah di pelabuhan Singkil Lama, komoditinya, seperti kapur barus, bunga lawang, dan kayu damar, berasal dari pedalaman Singkil.
Komoditi itu sebutnya, masih ada hingga masa kini.
"Jadi penelitiannya diperluas hingga ke-116 desa dalam 11 kecamatan di Aceh Singkil," tukasnya.
Adapun penelitian yang telah dilakukan Wansa sebut Bupati Aceh Singkil, menunjukan Singkil Lama, memiliki sejarah 'emas' pada masanya.
Sebelumnya arkeolog, sejarawan dan antropolog yang tergabung dalam Yayasan Warisan Aceh Nusantara (Wansa) paparkan hasil penelitian di situs Singkil Lama, kepada Bupati Aceh Singkil, Dulmusrid, Selasa (22/3/2022).
Baca juga: Arkeolog Sebut Singkil Lama Jalur Rempah Dunia, Jadi Buruan Bangsa Firaun Hingga Penjajah Eropa
Di lokasi tim yang bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Aceh serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh itu, melakukan ekskavasi dan observasi.
Hasilnya menemukan sebaran keramik, besi, logam, batu bata, genteng dan kuburan yang diperkirakan antara abad ke-17 akhir sampai awal abad ke-19.